Tak lama setelah itu, akhirnya aku sampai di depan rumahku dan siap membayar ojek. Saat itu, aku melihat Kak Abi sedang berjalan di depan rumahku. Ia mengenakan sarung, baju koko, dan peci.
"Alesha," sapa Kak Abi dengan tersenyum sambil berjalan.
Meskipun ia tersenyum ke arahku, tapi ia tidak menatap mataku. Aku tahu bahwa Kak Abi sangat menjaga pandangannya.
Kak Abi terus berjalan ke depan, sepertinya ia menuju masjid. "MasyaAllah, dia benar-benar lelaki idaman. Ah, sudahlah," gumamku dalam hati.
Aku terus memandangi Kak Abi, melihatnya berjalan. Entah mengapa, ketika aku melihat Kak Abi, perasaan itu muncul kembali. Aku telah mencoba sekuat tenaga untuk menghilangkan perasaan itu, namun semakin aku berusaha, semakin aku terluka.
Setiap kali melihat Kak Abi, hatiku berbunga-bunga. Aku terpesona oleh tingkah lakunya yang baik, tutur katanya yang lembut dan sopan, wajahnya yang teduh.
Dan pada saat itu, tiba-tiba hatiku berucap, "Ya Allah, jika cinta ini adalah yang terbaik bagi-Mu, izinkanlah cinta ini menjadi cinta yang halal."
Tiba-tiba, saat aku sedang tenggelam dalam lamunan, terdengar suara petir yang begitu kuat.
"Jegaaaarrr!"
Sontak, aku langsung berlari masuk ke dalam rumah, terkejut dengan suara petir yang menggelegar.
"Alesha, dari mana aja kamu?" tanya Mama ketika aku masuk ke dalam rumah.
"Dari pengajian, Ma," jawabku.
"Kok pulangnya sore banget?" tanya Mama.
"Tadi hujan, Ma. Jadi Lesha nunggu hujan reda dulu sebelum pulang," jelasku.
"Yaudah, sekarang mandi dulu dan bersihin badan," kata Mama.
Aku mengangguk dan dengan cepat menuju kamar mandi untuk mandi. Setelah membuka air, aku merasakan air yang hangat mengalir di tubuhku, menghilangkan lelah setelah berada di luar dalam cuaca hujan. Aku menggunakan sabun dan sampo dengan hati-hati, membersihkan diri sepenuhnya.
Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuh dengan handuk dan mengenakan pakaian yang bersih dan nyaman. Aku merasa segar dan rileks setelah mandi.
Kemudian, aku keluar dari kamar mandi dan menemui Mama. "Selesai, Ma," ucapku.
Mama tersenyum puas. "Bagus, habis ini sholatlah dulu terus makan ya!"
"Siapp Ma" jawabku.
Pukul 18.04 WIB.
Adzan Maghrib pun tiba. Setelah adzan selesai, aku langsung melaksanakan sholat dan setelah itu mengaji.
Hati ini terasa tenang setelah sholat dan mengaji. Namun, akhir-akhir ini aku merasa gelisah dan cemas.
Setelah selesai sholat dan mengaji, aku keluar dari kamar. Aku melihat Kakakku, Kak Reza, yang sedang duduk di ruang tamu sambil asyik bermain game.
"Kak, sudah sholat?" tanyaku pada Kak Reza.
"Iya, bentar lagi. Tanggung ini," jawab Kak Reza.
"Sholatlah, kak. Jika sholat saja tidak engkau anggap penting, lalu apa yang penting bagimu?" ujarku pada Kak Reza.
Kak Reza pun langsung berhenti bermain game dan langsung beranjak ke kamar mandi tanpa menjawab perkataanku.
••••
Pukul 20.00 WIB.
Sehabis sholat Isya',
aku duduk di teras rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]
Teen Fiction~Alesha Khumairah Setiap kita yang sudah berhijrah tentu punya alasan di balik hijrahnya. Apapun itu, jadikanlah Allah yang utama sebagai alasan di balik hijrahmu, agar hatimu tidak kecewa nantinya. ~Muhammad Abi Ghazali Jika engkau mencintai seoran...