(06) Cemburu

247 30 0
                                    


Selesai pengajian, aku dan Siska langsung pulang ke rumah.

"Alesha, lo liat ga tadi? Akhwat yang di depan kita kayaknya dia suka banget sama Ka Abi," ucap Siska sambil menyetir motor.

"Hm, iya Sis, kayaknya memang Kak Abi itu idaman para akhwat," ucapku dengan sedih.

"Eh, kok lo kayak sedih gitu sih jawabnya," ucap Siska mencurigaiku.

"Biasa aja," ucapku.

"Ehem, ciee, apa jangan-jangan lo suka ya sama Kak Abi? Lo cemburu ya sama akhwat tadi?" ujar Siska menggodaku.

"Apaan sih, Sis? Lagian, biarpun aku suka sama dia, dia juga gak mungkin suka sama aku,"

"Inget, Alesha! Gak ada yang gak mungkin di dunia ini jika Allah mengkehendaki,"

"Emang kamu gak marah kalau aku suka sama Kak Abi?" tanyaku serius.

"Ya nggak lah, lagi pula gue lagi dekat ana santri, orangnya sholeh dan ganteng lagi," jawab Siska.

"Wah, kok baru kasih tau Sis?"

"Hehe, belum tepat waktunya aja,"

"Hm, iya deh, terserah kamu, Sis. Sebenarnya, aku mau jujur,"

"Jujur apa?" tanya Siska.

"Sebenarnya, aku suka sama Kak Abi," ucapku jujur pada Siska.

"Hem, udah gue duga, Al. Selama ini sebelum lo kenal sama Kak Abi, belum pernah gue liat lo berubah kayak gini," ucap Siska.

"Berubah gimana?" tanyaku.

"Pokoknya lo berubah banget. Lo sekarang udah keislamian banget padahal dulu lo itu, you know lah," ucap Siska.

"Alhamdulillah dong, Sis. Kamu mau gak bantuin aku dekat sama Kak Abi?"

"Oke lah, buat sahabat gue, apasih yang nggak? Nanti gue kasih saran buat mendekati Kak Abi. Tunggu sampai di rumah. Lo mampir ke rumah gue dulu ya?" ajak Siska mampir ke rumahnya.

"Ok deh, Sis. Sebenarnya, aku minta bantuan ke kamu karena kalo masalah percintaan, kamu kan udah berpengalaman," ucapku sambil tertawa.

"Hahaha, gak juga. Gue cuma punya mantan 25," jawab Siska sambil tertawa.

"Arghhh, kok gak pernah cerita! Gitu ya, sembunyi-sembunyi selama ini, ga dianggap sahabat ama Siska."

"Hehe, enggak, Al. Bukan begitu, sih. Gue pacaran cuma buat main-main, jadi ngapain di ceritain."

Kemudian, kami sampai di rumah Siska.

"Eh, kita udah sampai nih," ucap Siska.

"Al, ayo masuk?" Siska mengajakku masuk ke rumahnya.

Akupun masuk ke rumahnya dan duduk di ruang tamu. Siska membawakan makanan dan minuman untukku.

"Ayo, Al, dimakan itu di buka aja segel minumannya,"

Akupun memakan camilan yang disediakan dan Siska pun mulai memberikan sarannya.

"Menurut pendapat gue, tipe-tipe seperti Kak Abi mungkin lebih tertarik ama wanita yang baik-baik, pintar dalam agama, memiliki akhlak yang baik, Positif vibes, Smart woman. Wanita yang bervalue intinya, kalo di rangkum jadi wanita Sholeha! Kalo cantik doang banyak kok wanita cantik yang mau Ama dia, namun kayaknya bukan sekedar cantik yang dia cari."

"Jadi, kalo lo mau dia tertarik, maka Lo harus memiliki point-point yang gue bilang tadi."

"Hem, iya, aku juga udah mulai memperbaiki diri Sis," ucapku.

"Hem, iya, aku juga udah mulai memperbaiki diri, Sis," ucapku.

"Ya, bagus kalo begitu, Al. Semangat ya memperbaiki diri. Gue masih ga nyangka, loh. Kita temenan dari kecil, dan gue tau betul dulu lo itu tomboy banget. Sekarang, haha, salut gue ama Abi yang bisa buat lo berubah tanpa perlu berkata. "

"Huhu, ini ngejek apa gimana nihh? Sis. Doain ya, semoga aku bisa istiqomah," ucapku.

Kamipun mengobrol panjang lebar dan setelah itu aku pulang.

Keesokan harinya.

Aku memulai hari dengan semangat yang tinggi. Setelah mendengar saran dari Siska kemarin, aku semakin termotivasi untuk memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Aku mulai istiqomah dalam mengaji setiap harinya.

Aku mulai istiqomah untuk melakukan sholat sunnah.

Aku mulai rajin mengkaji ilmu agama. Dan yang tak kalah penting, aku mulai aktif berdakwah di Instagram dengan ilmu yang aku peroleh selama proses hijrahku.

Hingga suatu ketika...

"Ciee, yang udah jadi ustadzah Instagram," ucap Ririn, teman sekolahku.

"Aamiin, doain ya semoga beneran jadi ustadzah," jawabku sambil tersenyum.

"Oh iya, Alesha, aku lagi senang banget nih. Kamu tahu kan Vano, anak kelas sebelah yang ganteng itu? Dia nembak aku!"

"Hah?" jawabku terkejut.

"Terima ga ya? Kalo ga di terima sayang gasih? Selain ganteng, Kayaknya dia lelaki yang Sholeh, soalnya aku lihat di ig nya ada video-video dia lagi ngaji." tanya Ririn minta pendapat, kebetulan Ririn beragama Islam sama sepertiku.

"Maaf ya Rin sebelumnya, kembali lagi keputusan sepenuhnya ada di kamu. Namun, ada baiknya kamu mempertimbangkan dulu beberapa hal. Meskipun Vano pinter ngaji namun kebaikan seorang lelaki gak hanya dilihat dari penampilan atau pencapaiannya saja."

"Yang terpenting adalah melihat perilaku dan keteladanan agamanya sehari-hari. Apakah dia menjalankan ajaran agama dengan baik, seperti menjaga diri dari perbuatan yang tidak halal seperti pacaran? Jangan hanya terpesona oleh penampilan luarnya saja atau prestasinya, tetapi perhatikan nilai-nilai agama yang dia tanamkan dalam dirinya."

"Ingatlah bahwa pacaran sendiri tidak dianjurkan dalam Islam, karena membuka peluang terjadinya perbuatan yang melanggar aturan agama, seperti zina. Jadi, penting bagi kita untuk memilih jalan yang sesuai dengan ajaran agama dan menjaga hubungan yang halal."

"Emm iyasih, tapi dia orangnya sopan ko Al! lagi pula kalo kami pacaran kami tau batasan, kayaknya gapapa pacaran kalo ga ngapa-ngapain!" Bela Ririn.

"Pacaran sama aja mendekati Zinah Rin!" jawabku.

"Al, sekarang lo ga asik ahh dikit-dikit di larang, dulu pas gue curhat ama Lo enak bangett"

"Yaudah deh Al, gue pamit dulu yaa" lalu Ririn pergi meninggalkanku.

"Maaf ya Rin, jika bagimu aku tak se asyik dulu, namun sebagai teman sejati, tugasku adalah memberikan nasehat yang baik dan memandu menuju jalan yang benar menurut ajaran agama. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Rin, dan ingin memastikan bahwa kamu menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini." ujarku dalam hati.

Hm, begitulah kenyataannya. Pada saat aku mulai berhijrah, teman-temanku banyak yang menjauhiku. Sedih? Tentu saja. Namun, insyaAllah, aku akan tetap istiqomah dalam hijrahku.

Ketika kita memutuskan untuk mengikuti jalan yang lebih dekat dengan ajaran agama, tidak jarang ada perubahan dalam lingkungan sosial kita. Beberapa teman mungkin tidak memahami atau tidak sepenuhnya mendukung keputusan kita. Ini adalah ujian yang nyata.

Namun, ketahuilah bahwa ketika kita berjalan di jalan yang benar menurut ajaran agama, Allah akan menggantikan yang hilang dengan yang lebih baik. Mungkin saat ini terasa sepi tanpa kehadiran teman-teman yang dulu akrab, tetapi Allah akan mengirimkan sahabat-sahabat baru yang mendukung dan memperkuat iman kita.

Jangan pernah ragu untuk terus berpegang teguh pada hijrahmu. Ingatlah bahwa ini adalah perjalanan yang membangun hubunganmu dengan Allah dan meningkatkan kualitas hidupmu secara keseluruhan. Tetaplah kuat, istiqomah, dan percayalah bahwa Allah selalu bersamamu.

Bersambung....



















Hijrahku karna-Nya Bukan Karnamu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang