Mungkin tidak ada yang pernah menyangka, bahkan diriku sendiri pun tidak sampai hati mengira bahwa sejak pertama kali aku bertemu denganmu, pertama kali kamu berbasa-basi menawarkan kopi, protesmu atas kekakuanku, juga sepenggal kisah tentang mantanmu hari itu nyatanya membawa pengaruh besar kepadaku yang diam-diam mulai mengagumimu.
Sosokmu perlahan mulai mengisi deskripsi tentang 'lelaki idaman' versi aku yang sejak dulu tak pernah aku tau.
Jujur aku merasa tidak begitu nyaman untuk berhadapan dan bercengkrama denganmu. Aku akan dengan otomatis mengalihkan pandangan setiap kali kamu bicara padaku. Padahal aku adalah orang yang selalu kesal setiap kali lawan bicaraku tidak menatapku tepat di manik mata. Tapi bertatapan denganmu selalu berhasil membuat jantungku bekerja dua kali lebih cepat dari ritme biasa. Kadang-kadang aku sampai khawatir suaranya akan sanggup ditangkap oleh indera pendengaranmu padahal posisi kita terhalang oleh meja kita masing-masing.
Jadi aku selalu senang setiap kali kamu berbicara dengan Wira atau Dias karena artinya kamu harus memiringkan tubuh untuk menatap mereka dan aku akan dengan leluasa memandangi setiap gerak-gerikmu. Mulai dari cara tanganmu yang selalu tidak bisa diam ketika bicara sampai kepalamu yang selalu menengadah setiap kali menertawakan kelakar Mas Brian saat lelaki itu datang.
Aku tidak lagi membawa kopi dari rumah. Sebagai gantinya, aku membuat kopi di pantry karena itu satu-satunya tempat dimana aku bisa berbincang denganmu tanpa saling menatap. Aku dan kamu akan sibuk meracik ramuan kopi tapi juga sambil bercengkrama tentang lain hal yang biasanya di luar pekerjaan.
"Seneng deh gue, jadi punya temen ngopi. Soalnya si Wira sama Dias nggak bisa ngopi," katamu saat pertama kali kita membuat kopi bersama di kantin.
"Serius, Mas? Masa cowok nggak minum kopi, sih?" kataku pelan yang hanya kamu jawab oleh gelak tawamu. "Mas Satya juga?"
"Dia ngopinya sore. Kayak bapak-bapak."
Giliran aku yang tertawa. "Jangan di-judge gitu dong, Mas. Gue juga suka ngopi sore soalnya."
"Lo ngopi item dua kali???"
"Eh, nggak. Kalo sore biasanya yg ringan-ringan aja. Kalo pagi sih iya soalnya I'm not a morning person banget. Nggak ngopi item ya tidur aja udah."
"Oooh, kopi-kopi starling gitu ya?"
"Hah? Apaan tuh?"
"Itu yang suka ada di pinggir jalan. Tukang kopi sachet yang keliling pake sepeda."
"Kok starling?"
"Starbucks keliling."
Aku tertawa keras, terlampau keras sampai-sampai Dias melongok ke dalam pantry.
Kamu, dengan segala kelakar lucu atau pun tidak lucu yang kamu miliki, selalu bisa meningkatkan keriangan untukku yang memang sudah menyukaimu sedalam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, You.
RomanceKisah tentang Nirmala, Jaevier, dan Arjuna yang terjebak dalam segitiga cinta tak kasat mata. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa sebesar apapun kasih sayang dan sekuat apapun ikatan cinta yang dimiliki tidak akan cukup untuk mempertahankan hubun...