"Di depan ada pertigaan, ambil kanan ya, Mas," kataku pada Mas Juna yang mengemudi dengan serius.
"Kok kamu hapal banget, sih? Udah pernah ke sini sebelumnya?" tanya Mas Juna sambil menoleh sekilas kearahku.
"Eh?" Aku menggigit bibir. "Iya, udah pernah ke sini sebelumnya, diajak Mbak Kinar bikin kue tapi udah lama banget, sih."
"Hmm.... Eh, ini rumahnya yang nomer berapa?"
"Nomer 24. Empat rumah lag— Eh, itu tuh, yang pada rame."
Jemariku menunjuk ke depan saat kulihat sosok Wira dan Dias yang baru saja keluar dari mobil Wira yang sudah terparkir apik di depan rumah Mas Satya. Kedua pemilik rumah sudah berdiri di depan pintu ditemani Mas Brian yang sedang mengunyah sesuatu.
"Nanti pulangnya kabarin, ya. Biar saya jemput lagi," ujar Mas Juna saat mobilnya berhenti di belakang mobil Wira.
"Nggak usah, Mas. Aku bisa nebeng yang lain. Kasian kamu kejauhan nan—"
"Gapapa. Selama sayanya sanggup, kamu tetep sama saya." Tangan Mas Juna terulur dan mengusap pipiku pelan. "Saya ikut keluar dulu, nyapa sebentar."
Aku tidak lagi mengatakan apa-apa karena Mas Juna sudah lebih dulu keluar dari mobil dan langsung disambut dengan hangat oleh teman-temanku.
"Malaaaaa!!!" Mbak Kinar menyambutku sambil merentangkan tangan saat aku mengikuti langkah Mas Juna.
"Mbakkkk!!!" Aku berseru tak kalah heboh dan menyambut undangan peluk Mbak Kinar.
"Nggak nyangka bakal ada lo sih, Jun," kata Mas Brian.
"Ini nganter doang kok. Terus nyapa bentar. Ntar gue dikira ayam main pergi aja," kata Mas Juna sambil terkekeh. "Ya udah, gue balik, ya."
Acara melepas rindu antara aku dan Mbak Kinar langsung terhenti saat Mas Juna berpamitan.
"Loh? Kok balik, Mas? Nggak ikut aja?" tanya Mbak Kinar.
Mas Juna menggeleng. "Nggak, nanti jemput lagi aja."
"Ya elah, Jun. Pake dianter-jemput segala. Kita nggak bakal ada yang mepet Mala juga kali," canda Mas Brian yang membuat Mas Juna tertawa. "Takut banget."
"Hahahaha... Nggak gitu maksudnya, Yan."
"Udah, sih. Ikutan aja, Jun." Mas Satya merangkul Mas Juna dan menariknya masuk ke dalam.
"Eh, nggak usah. Nggak apa-apa. Acara tim kalian, ah. Gue nggak enak." Mas Juna masih berusaha menolak.
"Gue tuan rumahnya dan gue bosnya mereka." Mas Satya menyuarakan otoritasnya. "Siapa yang keberatan kalo Juna ikutan?"
"Gue nggak," kata Wira.
"Gue juga." Dias membeo.
"Lebih banyak lebih seru." Mbak Kinar ikut-ikutan.
"Lo juga bukan orang lain kali, Jun." Mas Brian meninju lengan Mas Juna pelas sambil menaikan sebelah alisnya. "Sekalian story telling, kok bisa tiba-tiba jadian sama copywriter kebanggan kita?"
Mas Juna kembali tertawa.
"Gue waktu di nikahan Satya sama Kinar sampe kesandung tau nggak? Terus si Wira sama Dias langsung pengumuman. Parah lo ya, masa cuma ngasih tau sama Wira sama Dias doang?" Kali ini Mas Brian menunjuk-nunjuk aku. "Pas gue bisikin Jae juga ternyata dia nggak tau. Parah sih, Mal. Lo parah banget!!!"
Oh, jadi ini alasan kamu bisa mengatakan kalau kekasihku adalah sepupu Mbak Kinar pada perempuan itu? Karena Mas Brian?
"Iya, gue aja nggak tau, dong?!? Bahkan baru sadarnya pas foto. Kalo nggak dibisikin Kinar juga gue nggak bakal tau kalian udah jadian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, You.
RomanceKisah tentang Nirmala, Jaevier, dan Arjuna yang terjebak dalam segitiga cinta tak kasat mata. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa sebesar apapun kasih sayang dan sekuat apapun ikatan cinta yang dimiliki tidak akan cukup untuk mempertahankan hubun...