[Eps.21]

2.8K 431 257
                                    

"Gue balik duluan, Guys. Happy weekend!"

Setelah pamit, Wira kemudian menghilang di balik pintu, meninggalkan aku yang masih membereskan perlengkapan dan kamu yang masih berkutat dengan pekerjaan. Dias sudah lebih dulu pulang karena ada janji dengan temannya sekitar lima belas menit yang lalu.

"Jadi nungguin Mas Satya dulu?"

Kamu mengangguk. "Iya, tadi bilangnya udah deket kok. Kamu gapapa kan pulang sendiri?"

"Ya gapapa, dong. Ini abis nyuci gelas aku pulang."

Aku kemudian berjalan menuju pantry untuk mencuci gelas yang seharian ini kupakai. Saat langkahku sampai di meja Dias yang terletak di dekat pantry, pintu masuk kembali terbuka dan kulihat Mas Satya hadir bersama seseorang.

Mas Juna.

"Tuh, bener kan kata Wira. Mala masih di sini," ujar Mas Satya pada Mas Juna saat melihatku.

Garis bibir Mas Juna melengkung sempura saat mata kami bertemu.

"Mas Juna nyari saya?" tanyaku saat kedua lelaki itu berjalan memasuki ruangan lebih dalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Juna nyari saya?" tanyaku saat kedua lelaki itu berjalan memasuki ruangan lebih dalan.

"Dia nungguin lo tadi di bawah," ucap Mas Satya lagi.

Aku seketika menoleh padamu yang sedang menatap Mas Juna lekat-lekat.

"Saya tadi nge-chat, tapi kayaknya kamu nggak baca, ya?" Akhirnya Mas Juna bicara.

"Oh, iya? Duh, maaf, Mas. Kayaknya saya nggak sadar. HP-nya di tas," kataku dengan tangan menunjuk tas di meja.

Mata Mas Juna yang semula menatapku tiba-tiba menangkap matamu yang masih memperhatikan setiap gerak-geriknya.

"Apa kabar, Jae?" Mas Juna menghampirimu dengan tangan terulur untuk berjabat akrab.

"Baik, Jun. Lo apa kabar?" Kamu menyambut sapaan tersebut tak kalah akrab.

"Baik juga. Sibuk, nih? Jum'at masih lembur aja."

"Iya, kerjaan gue belom beres soalnya kemarin mendadak ke Jakarta," jawabmu sambil terkekeh. "Jemput Mala?"

Mas Juna tidak tampak terkejut mendengar pertanyaanmu.

But, I am.

Bagaimana mungkin kamu bisa mengajukan pertanyaan seperti itu?

"Sebenernya niat awalnya mau ngajak Mala makan sambil ada yang mau diomongin." Mas Juna kembali melempar senyum padaku. "Tapi karena gue sampe naik ke sini ya bisa dibilang literally jemput kali, ya?"

Kamu mengangguk-anggukan kepala. "Kebetulan mau balik banget tuh dia. Mau cuci gelas dulu. Iya kan, La?"

Aku tidak menjawab dan hanya mencoba memahami apa arti pertanyaan dan tatapanmu yang sekarang terkunci padaku.

Dear, You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang