"Ada yang mau pesen makanan nggak?" tanyaku sambil mendongak dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
"Lagi dapet ya lo?" tanya Mas Brian yang aku jawab dengan cengiran.
"Iya, males jalan jadi pesen aja. Kalian mau juga nggak? Biar sekalian nih pesennya." Aku mengacungkan ponsel yang menampilan layanan pesan antar.
Wira menggeleng. "Gue pass. Pengen makan ayam penyet di bawah."
"Gue ikut Bang Wira aja nanti. Udah lama nggak makan ayam penyet juga."
Aku mengangguk. "Lo, Mas?" tanyaku pada Mas Brian yang kini sedang mengecek ponselnya.
"Gue juga nggak, Mal. Nyokap gue nungguin di resto ujung jalan itu ngajak makan siang bareng."
"Oke." Aku mengalihkan pandangan pada Rara.
"Gue ikut Mas Wira sama Mas Dias aja kayaknya, Mbak."
"Ya jelas ikut kita, masa ikut Bang Brian?" sambar Wira yang membuat Rara tertawa sambil garuk-garuk kepala.
Aku pun hanya terkekeh pelan dan kembali memilih menu makan siang untuk disantap setengah jam lagi saat jam istirahat.
Mas Satya sudah sebulan ini jarang sekali makan siang di luar karena sering membawa bekal yang disiapkan Mbak Kinar.
"Tagline-nya kurang nendang nggak sih, Mal? Bisa diedit biar lebih gi— Mal, are you okay?!?"
Aku tidak mengindahkan pertanyaan Mas Brian karena kakiku dengan segera berlari ke kamar mandi.
Perutku tiba-tiba terasa seperti ditendang keras dan bersiap mengeluarkan seluruh isinya saat itu juga.
Dan beruntung semuanya benar-benar terjadi tepat saat aku sudah berdiri di depan wastafel. Aku mengeluarkan isi perutku dan membuat suara-suara yang sudah aku pastikan terdengar sangat menjijikan saat tiba-tiba seseorang mengusap-usap tengkukku.
"Kok tiba-tiba, Mbak? Emang lagi nggak enak badan?" Suara Rara terdengar khawatir.
Aku menggeleng. "Nggak tau. Cuma lagi dapet aja padahal," kataku sambil menyeka mulut dengan air. "Lo keluar aja, gih. Gue gapapa, kok."
Kalimat itu selesai dengan perutku yang tiba-tiba terasa mual lagi. Detik berikutnya aku kembali membuat suara-suara aneh yang mengganggu pendengaran.
Aku tidak tahu berapa kali aku muntah, yang jelas aku benar-benar merasa perutku 100% kosong karena sekarang aku lemas luar biasa. Anggota tim yang lain sudah meninggalkan segala pekerjaannya dan mengerubungi aku yang kini terduduk lesu di sofa.
"Masih mual, Mbak?" tanya Rara yang sudah membuatkan aku segelas teh hangat yang tidak terlalu pekat.
Aku hanya mengangguk seraya menerima gelas yang diberikan Rara. Tapi dengan segera aku simpan di meja karena tanganku gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, You.
RomanceKisah tentang Nirmala, Jaevier, dan Arjuna yang terjebak dalam segitiga cinta tak kasat mata. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa sebesar apapun kasih sayang dan sekuat apapun ikatan cinta yang dimiliki tidak akan cukup untuk mempertahankan hubun...