[Eps.06]

2.9K 469 23
                                    

"Gilaaaaaaaaa, kalo baru tunangan auranya emang beda gini ya?"

Aku yang baru saja menyalakan komputer seketika menoleh ketika mendengar Wira berseru nyaring, menyambut Mas Satya yang baru saja tiba dengan senyum terkulum sempurna.

"Baru lamaran padahal. Gimana kalo nikah coba?" Dias membeo yang seketika dijawab tawa oleh Mas Satya.

"Ntar juga pada ngerasain sendiri lah. Berasa pecah bisul tau nggak! Bebannya berkurang satu," jawab Mas Satya sumringah. "Eh, by the way Jae hari ini ke Jakarta, ya. Gantiin gue."

"Meeting sama Lion Games itu ya, Bang?"

Mas Satya mengangguk. "Kayaknya extend juga. Dia bakal bujuk mereka sekitar dua sampe tiga harian gitu. Mudah-mudahan sih deal. Doain aja."

"Aamiin..." ujar kami bertiga bersamaan.

"Eh, Bang, ngomong-ngomong Bang Jae sama Mbak Hani serius balik lagi?"

Mas Satya kembali tersenyum mendengar pertanyaan Wira seraya mengedikan bahu.

"Nggak tau sih. Gue juga kemarin kaget pas mereka dateng berdua soalnya Hani sempet bilang nggak akan bisa dateng. Taunya malah dateng gandengan."

"Pantesan aja waktu ribut di grup soal plus one Bang Jae diem-diem bae." Dias mencibir.

"Benar juga Anda! Saya baru sadar!" Wira terkejut total.

"Yaaaa doain aja beneran balikan, lah. Soalnya bahaya banget kalo nggak balikan. Jae-nya masih gampang banget goyah sama Hani."

"Kalo balikan, ntar balik bucin. Nggak balikan, ntar balik galau. Serba salah betul hidupnya Bang Jae."

"Hahahahaha... Doain yang terbaik aja lah buat mereka. Ini juga kemarin dia yg minta sama gue supaya dia aja yang meeting ke Jakarta. Sekalian nganterin Hani."

"Oh iya, dulu putusnya karena Mbak Hani pindah kerja ke Jakarta ya? Padahal Bandung-Jakarta mah deket, kenapa pake putus segala sih."

Aku perlahan mencari hal yang bisa kulakukan untuk mendistraksi perhatian dari percakapan mereka sambil menghela napas berat. Mendengar namamu disebutkan ternyata sekarang tidak terasa semenyenangkan dulu, apalagi dengan diikuti oleh nama perempuan itu.

Ah, sekarang aku paham. Mungkin seperti ini juga yang kamu rasakan ketika bertengkar dengan perempuan itu.

Aku tidak pernah menyangka kalau kehadiranmu di kehidupanku nyatanya sudah menjelma menjadi sesuatu yang penting untuk keberlangsungan moodku.

Aku tidak pernah menyangka kalau kehadiranmu di kehidupanku nyatanya sudah menjelma menjadi sesuatu yang penting untuk keberlangsungan moodku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear, You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang