[Eps.36]

2.6K 432 97
                                    

"Mas Juna nggak berubah ya, Bu? Dari kecil senyumnya dia tetep gitu, lucu banget."

"Iya. Makanya Ibu kadang suka sedih kalo liat dia pergi kerja. Rasanya kayak baru kemarin dia ngikutin pantat Ibu kemana-mana. Sekarang dia udah bisa cari uang sendiri, kemana-mana sendiri, nentuin pilihan dia sendiri."

Aku tersenyum pada Ibu yang sejak tadi tidak henti-hentinya menceritakan hal-hal baik tentang Mas Juna sambil membuka-buka album foto yang menampilkan potert-potret Mas Juna sejak usia balita sampai momen-momen yang mungkin diabadikan oleh rekan-rekannya atas permintaan Mas Juna saat lelaki itu mengenyam pendidikan di negeri orang beberapa tahun silam.

Bohong, baik Ibu dan Mas Juna ternyata berbohong saat mengatakan kalau banyak kekonyolan atau pun hal-hal absurd yang dilakukan Mas Juna dulu. Karena yang kudengar sejak aku sampai di rumah ini sekitar empat jam lalu adalah hal-hal menyenangkan dan menenangkan hati. Hal-hal yang membuatku semakin menyadari bahwa hatiku telah memilih lelaki yang tepat.

Dari mulai bagaimana Mas Juna sebagai anak bungsu keluarga selalu menjaga Kakak perempuannya sampai perempuan yang terpaut usia empat tahun lebih tua dengannya itu menikah hingga bagaimana Mas Juna yang masih bersikap bagaikan anak umur lima tahun pada Ibu bukan karena sifatnya yang benar kekanakan, tapi karena dia tidak ingin Ibu merasa kesepian karena anak perempuannya sudah diboyong sang suami untuk tinggal di Jerman.

"Tapi Ibu sadar pas akhirnya Juna mulai cerita soal kamu." Jemari Ibu yang menyelipkan anak rambutku ke belakang telinga membuat aku yang masih sibuk melihat-lihat album besar berisi foto-foto kecil Mas Juna menoleh.

"Mas Juna cerita apa soal Mala ke Ibu?"

Ibu terkekeh pelan. "Banyak. Banyak banget Ibu sampe lupa. Tapi yang paling Ibu inget itu dua hal. Satu waktu dia tiba-tiba minta Ibu masak Sabtu pagi, padahal kebiasaan di sini tuh malah kalau Sabtu pagi nggak pernah bikin sarapan berat. Tapi dia bilang ada orang yang harus dibawain makanan karena dia khawatir."

Mendengar ucapan Ibu membuat tubuhku seketika terkunci. Kepalaku kembali mengingat momen saat Buna mengetuk pintu kamarku dan memberikan satu lunch bag yang dikirimkan Mas Juna hari itu. Hari setelah aku menangis pertama kali di dalam pelukannya.

Hari saat hubungan aku dan kamu tiba-tiba saja berantakan.

"Dari situ Ibu tau kalo ada satu orang yang udah berhasil narik perhatiannya Juna setelah selama ini dia selalu kalem aja sama lawan jenis. Ayah bahkan sampe pernah khawatir dulu." Ibu kemudian terkekeh sendiri. "Terus yang kedua itu waktu dia pulang malem-malem dan bilang katanya abis diajakin nonton. Nontonnya sama kamu, kan?"

Aku menggaruk tengkukku pelan. "Mala nggak tau, Bu. Mala emang pernah ajak Mas Juna nonton, sih. Tapi kan bisa aja bukan nonton sama Mala?"

Ibu menggeleng kuat. "Nggak. Ibu yakin banget nontonnya sama kamu. Pokoknya waktu pulang itu dia nggak bawa jasnya katanya dipinjem."

Aku seketika menunduk kemudian tertawa. "Kalau jas yang Ibu maksud itu yang warnanya biru, iya berarti nontonnya sama Mala."

"Tuh kan, bener." Ibu mengerling jenaka. "Waktu itu Juna memang nggak bilang siapa namanya atau ciri perempuan ini kayak apa, tapi Ibu inget banget sama tatapan matanya. Itu udah jam setengah 12 malem dan hari Jum'at. Biasanya Juna keliatan capek banget kalo hari Jum'at. Tapi malem ini Juna cerita soal acara nonton itu sumringah banget kayak waktu pertama kali dia dapet nilai 100 buat pelajaran matematika di kelas 1. Matanya berbinar kayak waktu pertama kali Ibu sama Ayah ajak ke Disney Land. Ekspresinya Juna bikin Ibu tau kalau dia suka banget sama perempuan yang lagi dia ceritain."

Aku tidak bisa lagi untuk berpura-pura tenang. Mendengar cerita Ibu membuatku merasa kehadiran Mas Juna begitu nyata. Selama ini kadang aku masih merasa sosok Mas Juna yang selalu hadir hanyalah ilusi. Tapi malam ini aku akhirnya sepenuhnya menyadari bahwa Mas Juna adalah satu mimpi indah yang tidak pernah aku bayangkan akan pernah menjadi kenyataan.

Dear, You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang