Semuanya benar-benar tidak lagi sama. Entah apa yang sedang kamu kerjakan, tapi kamu lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di luar kantor bersama Mas Satya. Sekalipun ada hari yang mengharuskan bekerja di kantor, Mas Satya tiba-tiba saja dengan suka rela berbagi ruangan denganmu juga Mas Brian yang entah kenapa menjadi sangat lebih sering terlibat dalam project yang kalian kerjakan.
Genap tiga minggu, nama kontakmu tak pernah lagi muncul di daftar panggilan, pun di aplikasi social messenger yang biasa kita gunakan. Ruang percakapan kita terhenti sejak kamu tidak membalas pesanku tempo hari. Kamu benar-benar memutus komunikasi baik secara verbal maupun daring.
Perasaan sedih, kesal, kecewa, bingung, juga rindu dalam benak dan hatiku bercampur jadi satu.
Semesta tidak lagi mendukung aku dan kamu seperti apa yang tempo hari Mbak Kinar ucapkan asal-asalan. Atau mungkin sebenarnya semesta masih tetap mendukung aku dan kamu, tapi untuk tujuan yang berbeda. Akhir dari tujuan semesta kali ini adalah satu kata menyakitkan yang jagadnya melebihi air mata.
Tujuan yang dinamakan perpisahan.
Tapi bagaimana mungkin? Bagimana mungkin hubungan kita berakhir hanya karena satu pertengkaran kecil di ruang percakapan? Bagimana mungkin kamu bisa begitu mudahnya melupakan apa yang sudah kita mulai seolah semua tidak ada artinya? Bagimana mungkin kamu tega menyudahi semuanya begitu saja tanpa adanya kata perpisahan yang benar-benar terucap?
Kamu, kamu memang selalu kurang ajar.
"Mbak!"
Aku seketika tersadar dari aktivitasku memandangi siluetmu yang terhalang oleh micro blind dari kaca ruangan Mas Satya saat mendengar Dias memanggil.
"McD, yuk?" ajaknya yang membuatku otomatis melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Pukul 11.50.
"Bang Satya bilang gapapa, bonus sepuluh menit buat jalan," sambar Wira seolah membaca pikiranku.
"Mereka nggak ikut?" tanyaku sambil mengambil dompet dari dalam tas.
"Nitip aja katanya. Masih ada yang dikerjain."
"Eh, tau nggak sih? Ternyata Bang Brian sama ceweknya yang kemarin dibawa ke acara Bang Satya tuh nggak pacaran."
"Lah? Padahal mesra begitu?"
Aku yang baru saja akan menggigit burger-ku urung sambil menghela napas.
"Wir, sumpah ya lo tuh anaknya lambe turah apa gimana, sih?"
Wira malah terbahak mendengar tuduhan yang aku lontarkan dengan tangan yang sibuk memotret menu makan siang kami hari ini, sepertinya dia berniat mengunggahnya di media sosial.
"Kok bisa tau sih, Bang?"
"Kemarin kan gue kepo instagram ceweknya tuh. Isi storynya galau banget, kayaknya karena Bang Brian sibuk, deh. Terus gue menemukan indikasi lah kalo mereka nih bukan pacaran tapi HTS-an."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, You.
عاطفيةKisah tentang Nirmala, Jaevier, dan Arjuna yang terjebak dalam segitiga cinta tak kasat mata. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa sebesar apapun kasih sayang dan sekuat apapun ikatan cinta yang dimiliki tidak akan cukup untuk mempertahankan hubun...