Sejak hari itu, Nirmala's working life berubah 180°, paling tidak selama dua bulan terakhir, karena itulah timeline yang dibuat untuk project bersama Arkais.
Aku tidak lagi hanya duduk manis di kantor sambil menatap layar PC, menyusun kata-kata untuk artikel web, tagline dan segala macam hal per-copywriting-an seperti biasa.
Aku akhirnya merasakan bagaimana bekerja sepertimu yang baru siang hari akan ada di kantor karena harus meeting dengan pihak client, untuk kasusku, pihak tersebut tentu saja Arkais.
Tidak jarang juga aku dan Dias baru sampai di kantor saat sore menjelang. Jika sudah seperti itu, dapat dipastikan kalau kami berdua akan lembur sampai larut malam karena tugas regular kantor yang seharusnya kami kerjakan terbengkalai.
Tidak hanya kehidupan pekerjaanku yang berubah, intensitas pertemuanku dan kamu pun jadi semakin sedikit karena kamu dan Wira juga sedang menggarap project lain.
Meskipun begitu, aku bersyukur. Ralat, maksudku, sangat bersyukur. Sejak aku dan kamu sama-sama sibuk, aku menjadi punya kesempatan untuk melihat wajahmu di pagi hari karena entah kenapa kamu dengan sangat baik hatinya muncul di depan kosanku dan mengantar aku ke gedung kantor Arkais, setiap pagi.
Kamu juga tiba-tiba saja menjadi sangat banyak bicara, menyuruhku pulang saat jam sudah menunjukan pukul 9 malam tapi aku masih berada di kantor bersama Dias.
Lelah, kurang tidur, dan tidak ada nafsu makan karena terlalu sibuk seolah menjadi teman baikku sekarang. Tapi anehnya, aku merasa hidup.
"La, Sabtu ke Trans Studio, yuk?"
"La, pengen dibikinin macaroon."
"Netflix ada serial baru, La. Marathon, yuk?"
"La, dapur apartemen minta ditengokin."
Serta berbagai macam kalimat ajakan lain untuk menghabiskan weekend bersama yang benar-benar tidak mampu aku tolak, lebih tepatnya, tidak mau aku tolak.
Mencuri sedikit waktu di pagi hari sebelum sama-sama bergelut dengan pekerjaan masing-masing dan menghabiskan waktu rehat weekend hanya dengan berleha-leha di apartemenmu sudah lebih dari cukup untukku.
Seperti hari ini.
Aku sedang menuangkan spaghetti ke dalam piring, hasil request-mu yang sekarang duduk dengan mata menatap serius ke layar laptop di hadapan.
Project bersama Arkais yang aku handle baru saja selesai dua hari lalu, tapi kamu masih harus bergelut dengan project yang baru akan selesai hari jum'at depan.
Tok... tok... tok...
Aku mengetuk meja makan tiga kali, upaya yang selalu berhasil mengalihkan perhatianmu dari apapun yang sedang kamu kerjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, You.
RomanceKisah tentang Nirmala, Jaevier, dan Arjuna yang terjebak dalam segitiga cinta tak kasat mata. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa sebesar apapun kasih sayang dan sekuat apapun ikatan cinta yang dimiliki tidak akan cukup untuk mempertahankan hubun...