Tetap jaga kesehatan yaa 💜
Jangan lupa bahagia
well, happy reading~~
***
"Seulgi-ya, ke ruanganku sekarang." Pria dengan kacamata bulat itu kini memperhatikan grup chatnya dengan para staff lain. Ia hafal betul bagaimana Seulgi jika mendengar yang memasukkan nama Chanyeol dan Wendy pada suatu situasi.
Lima menit kemudian, seorang gadis datang dengan murung dan tak bersemangat, bercampur kesal.
"Wae?" Tanya Seulgi. Ia langsung menempatkan dirinya di sofa milik Jimin.
"Geunyang..." Pria itu kini kembali fokus dengan laptopnya.
"Kau memang pria kurang kerjaan, Jung Jimin. Apa kau punya bir? Waaah, aku sangat ingin minum saat ini!" Seulgi berdiri dengan semangat.
"ANDWE!" Jimin kini berteriak.
"Ya! Kau mengejutkanku!" Ucap Seulgi.
"Aku tidak ingin kau mabuk lagi." Jimin melepas kacamatanya.
"Ap-apa karena kejadian itu?"
Jimin hanya menggumam. "Aku tak ingin kau lepas kendali lagi, Seul. Rasanya berat saat tahu kau menciumku, tapi hatimu untuk orang lain. Aku akan sangat merasa bersalah jika melakukan itu kepadamu."
"Hah.. Benar juga. Aku tak akan mabuk jika bersamamu. Aku tak akan menangis lagi di depanmu. Aku janji!" Ucap Seulgi, lalu duduk kembali.
Seulgi memainkan jarinya dan pria di depannya itu masih sibuk dengan laptopnya.
"Aku tahu alasanmu memanggilku kemari." Seulgi menatap Jimin dengan tersenyum.
"Kau memang sahabatku, Jim. Kau tahu saat aku kesal, aku akan butuh seseorang yang bisa menghilangkan kesalku, kau selalu begitu saat perasaanku tidak karuan. Kenapa Tuhan memberikanku perasaan untuk Chanyeol dan bukan untukmu, ya?" Ucapnya.
"Aku juga tidak tahu kenapa Tuhan memberikanku perasaan kepadamu yang menyukai orang lain." Balas Jimin.
"Iya, aku sangat mengerti itu. Andai saja semuanya tidak begini, apakah sekarang kita sudah punya dua anak?" Seulgi malah berbicara ke lain hal.
"Seulgi-ya. Pikiranmu terlalu jauh." Jimin melotot ke arah gadis itu.
Seulgi menghempas-hempaskan tangannya. "Nee.. Nee.. Aku tahu."
"Hahh.. pokoknya sekarang aku sedang kesal."
"Seulgi-ya. Izinkan aku bertanya satu hal." Ucap Jimin lalu menutup laptopnya. Menatap gadis itu lekat. Ia merasa jantungnya berpacu kencang.
"Apa?" Tanya Seulgi, masih memainkan kukunya.
"Apa kau tidak pernah mencoba untuk menyukaiku juga?"
Seulgi kini menatap Jimin juga, membalas tatapan itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
***
"Eonni, bagaimana rasanya berpacaran dengan orang setampan Choi Chanyeol?" beberapa staff kini mengerumuni meja kerja Wendy dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak jelas, sampai pertanyaan berapa kali kalian ciuman saja ditanyakan.
"Kenapa kalian menanyakan hal tidak berguna itu. Aku dan dia sudah tak ada hubungan. Sudahlah, kalian lihat aku banyak sekali pekerjaan." Wendy memegang kepalanya yang pusing.
Drrrttt... Drrrttt...
Tiba-tiba saja ponsel Wendy berbunyi. Nama Choi Chanyeol nampak di handphonenya.
"Apa itu yang dikatakan kalian tidak punya hubungan?" Tanya salah satu orang yang berada di dekatnya.
"Ini urusan pekerjaan. Sudahlah, kalian keluar. Pekerjaan kalian masih banyak." Akhirnya para staff itu keluar dari ruangan Wendy dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih sama dalam otak mereka.
Wendy menekan tombol hijau.
"Ke ruanganku sekarang." Telepon itu mati setelah Chanyeol mengatakan tiga kata itu. Wendy masih saja memegang kepalanya yang pusing, pasti pria itu ingin membicarakan perkara ini. Ia sudah sangat muak bertemu dengan pria itu. Tapi, mau tidak mau ia harus ke sana.
Setelah menyapa Irene, Wendy lalu membuka pintu ruangan Chanyeol.
"Untuk alasan apa kau menyebarkan info itu?"
"Bukan ak‒"
"Aku tidak mengerti kamu, Wendy. Kamu selalu saja melakukan sesuatu tanpa tahu akibat yang kau berikan untuk orang lain. Apa kau ingin terkenal dengan cara sampah seperti ini?" Mendengar itu, hati Wendy seperti tertusuk dalam sekali. Ia bahkan tidak dapat menahan air matanya.
Pria didepannya itu, bohong jika ia tidak merasa bersalah atas apa yang ia katakan. Tapi, jika mengingat kejadian itu, ia tetap saja membenci gadis itu.
"Tolong dengarkan aku sebentar! Aku bahkan tidak punya waktu untuk membahas lagi hubungan tidak berguna itu! Aku masih punya banyak kegiatan yang harus aku lakukan, kecuali membicarakan hubunganku dan dirimu yang enggan aku sebut sebagai hubungan! Aku bahkan terpaksa membiarkan hubungan itu berjalan! Sampai akhirnya aku sadar kalau semua itu hanya omong kosong!" Wendy akhirnya terisak dengan semua penjelasannya.
"Tapi.. Kenapa kau datang lagi ke sini? Apa kau butuh uang? Aku akan memberikanmu sebanyak yang kau minta! Tapi asalkan kau tahu, dulu aku mencintai hubungan kita, sampai akhirnya kamu mematahkan semuanya dan bilang bahwa semuanya omong kosong. Aku bahkan mempercayaimu lebih dari aku percaya orang lain. Keluar dari ruanganku sekarang!"
Wendy menghapus air matanya, lalu berbalik.
"Kau bahkan tidak memahami dirimu, kenapa aku meninggalkanmu saat itu." Ucap Wendy dalam hatinya.
***
Jimin udah trauma gaes karna episode yang kemaren :"
Chanyeol pengen aku pukul yaa, becanda sayang :'D
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOLD [COMPLETED]
Fanfiction[SELESAI] Setiap orang, selalu punya rahasia di dalam hidupnya. Memeluk rahasia itu erat-erat. Choi Chanyeol, seseorang yang baru saja menjadi CEO di salah satu perusahaan properti di Korea Selatan, Blue Sky Company. Saat salah satu wartawan menanya...