happy reading 💜
***
"Eonni..."
"Eonni!" Soojin yang sejak tadi hanya melihat Seulgi yang termenung tanpa menyelesaikan pekerjaannya membuatnya harus mengeraskan suara pada gadis berambut hitam panjang itu.
"Kau kenapa, sih? Sejak saat kau berciuman dengan manajer-nim, kau jadi diam seperti ini." Soojin mulai mengkhawatirkan sahabatnya yang satu ini. Penuh kebimbangan.
"Harus berapa kali aku mengatakannya, kami tidak berciuman, Nona Park." Seulgi memberikan argumennya sendiri.
"Terserahlah." Kemudian Soojin mengangkat telepon dari Bae Biseo.
"Oit, eonni. Kau disuruh Bae biseo untuk mengantarkan berkas pemasaran bulan ini ke manajern-nim. Sekarang juga." Ucap Soojin setelah menutup telepon dari sekertaris Chanyeol.
Padahal, yang diperintah untuk membawa berkas itu adalah Soojin sendiri. Namun, melihat masalah sahabatnya itu, ia berpikir Seulgi harus menyelesaikannya dengan baik dengan Jimin agar tidak mengganggu pekerjaan Seulgi dengan melamun seperti itu.
"Aku? Kenapa aku?" Seulgi menunjuk dirinya sendiri.
"Mene ketehe, eonni. Sudah cepatlah. Ini berkasnya." Soojin memberikan berkas itu kepada Seulgi lalu sedikit mendorong Seulgi untuk keluar dari pintu ruangan mereka.
Seulgi menarik napas dalam-dalam lalu seketika tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa.
Jangan memikirkan itu, Hwang Seulgi. Kau menyukai Chanyeol, itu saja.
Setelah menaiki lift, ia kemudian berjalan ke arah ruangan Jimin dengan jantung yang berpacu kencang. Gugup membawanya ke dunia seharusnya ia tak masuki. Tak semestinya ia begini.
Ia membuka pintu dengan pelan, terlihatlah Jimin yang sedang serius dengan laptopnya.
"Soojin-ah, ap‒" Jimin terdiam saat melihat sosok manusia yang sedang berada di depannya itu.
Seulgi tersenyum seperti biasanya, tersenyum seperti staff-staff lainnya layaknya kepada manajer umum mereka.
"Jimin-ah, a-ani manajer-nim, ini rekap pemasaran bulan ini." Seulgi buru-buru menyimpan berkas itu meja Jimin.
"Kalau begitu, saya permisi dulu." Ucap Seulgi, lalu buru-buru memegang gagang pintu agar keluar dari situasi canggung itu.
"Seulgi-ya." Panggil Jimin. Seulgi refleks berhenti. Namun, tidak berbalik badan. Seulgi menutup matanya kala Jimin mendekat, memegang pundaknya.
"Mianhae." Ucap Jimin. Tak disangka, Seulgi berbalik badan dan ditemukannya Jimin di depannya.
Entah kenapa Seulgi merasa panas, tapi ia lega. Sudah tidak ada situasi canggung lagi dengan sahabatnya itu.
"Ahahaha.. Tidak apa-apa, Jimin-ah. Itu kesalahan, bukan?" Seulgi memperbaiki rambutnya.
Jimin kemudian kembali ke tempat duduknya. Seulgi hanya diam saja. Tak tahu harus berbicara apa. Memang, jika bicara tentang perasaan itu sulit dipahami, bagi orang yang merasakan memang sangat mudah, tapi untuk orang lain mungkin sangat menyulitkan.
"Jimin-ah, mianhae." Seulgi kemudian berbicara.
"Mungkin aku memang tidak menyukaimu. Aku memang menyukai orang lain. Tapi percayalah, ada kalanya di mana kau akan menemukan cinta selain aku." Ucap Seulgi.
"Aku bahkan tidak ingin melihat sahabatku mengejar cinta orang lain yang mengejar cinta yang lain, Jimin-ah. Jika kau tidak ingin menyerah, itu pilihanmu. Karena perasaan memang sulit ditebak. Sampai jumpa nanti, Jung Jimin." Seulgi akhirnya membuka pintu dan membawa segala kegundahan hatinya saat mengatakan itu. Mungkin, itu memang yang terbaik untuk Jimin.
"Aku bahkan pernah ingin menyerah, Seulgi. Berkali-kali. Namun tetap saja, aku jatuh kepadamu, terluka karenamu, dan sembuh karenamu juga."
to be continued....

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOLD [COMPLETED]
Fanfiction[SELESAI] Setiap orang, selalu punya rahasia di dalam hidupnya. Memeluk rahasia itu erat-erat. Choi Chanyeol, seseorang yang baru saja menjadi CEO di salah satu perusahaan properti di Korea Selatan, Blue Sky Company. Saat salah satu wartawan menanya...