halo, lanjut yuk brader 😎
.
.
.
Angin sepoi dari atas gedung membuat rambut gadis itu terurai mengikuti arah angin. Tempat santai di atas gedung memang jadi primadona saat ingin mengobrol.
Sejak di telepon Jimin untuk mengobrol tentang 'hal' itu lagi, Seulgi malah dibuat deg-degan. Pria itu sudah dua kali seserius ini. Dan kali ini adalah kali keduanya.
"Mengapa kau mengajakku ke sini?" Seulgi menatap ke arah lain saat menanyakan itu.
Jimin diam. Berharap Seulgi langsung saja bicara dengannya, tak perlu bertanya lagi.
Tak tahan melihat Seulgi yang tak kunjung bicara, Jimin malah jadi kesal. Perempuan itu memang selalu biasa seperti itu. Jimin hafal betul bagaimana sifatnya, sebab ia lebih lama bersama perempuan itu dibandingkan dengan teman-temannya sekalipun.
"Apa aku terlihat seperti bayangan untukmu?" Tanya Jimin, memulai pembicaraan di mana ia harus mengajak Seulgi untuk mengobrol di atas sini.
Seulgi terdiam. Enggan mengatakan apa-apa. Ia tak tahu bagaimana ia tak bisa mencintai pria yang disampingnya ini.
"Jawab aku, Hwang Seulgi." Paksa Jimin. Jimin jika memanggil dengan nama lengkap mestinya ia seserius itu.
"Aku tidak tahu, Jung Jimin." Seulgi mengeluarkan kalimat pertamanya seperti itu.
"Aku tidak tahu bagaimana perasaanku kepadamu, tapi aku tahu kamu yang selalu peduli denganku, kau selalu perhatian denganku, kau selalu berada disaat aku sedih, kau juga bersamaku sejak lama. Tapi, tetap saja hatiku hanya untuknya. Walaupun ia mencintai Wendy, aku tetap mencintainya." Sambung Seulgi.
"Kau bahkan tidak tahu aku mencintaimu lebih dari kau mencintai Choi Chanyeol." Penjelasan Jimin seperti pisau untuk Seulgi. Perempuan itu tahu benar bagaimana cinta seorang Jung Jimin padanya.
"Mianhae, Jimin-ah."
Seulgi masih menatap kepergian Jimin sampai pria itu menghilang dari balik lift.
Langkah seseorang terdengar, membuat Seulgi harus menoleh ke arah suara itu.
"Choi Chanyeol?" Seulgi terkejut melihat Chanyeol berjalan ke arahnya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Seulgi menepis rambutnya yang berterbangan karena angin.
"Kenapa kau di sini?" Tanya Chanyeol.
Seulgi kembali menatap ke depan, melihat susunan bangunan-bangunan pencakar langit.
"Sejak kapan kau ada di sini?" Seulgi balik bertanya, memang seharusnya begitu.
"Aku tidak sengaja mendengarkan obrolanmu dengan manajer, ku rasa itu sangat serius. Apa dia mengenalku?" Chanyeol berdiri di samping Seulgi.
"Dia sangat mengenalmu, Chan. Sangat amat mengenalmu." Seulgi memberi penekanan pada kalimat. Tentu saja, apapun yang Seulgi pikirkan atau lakukan Jimin pastinya akan tahu.
"Kenapa? Aku bahkan tidak mengenalnya." Chanyeol menoleh ke arah Seulgi yang masih menatap ke depan.
"Ia tahu semuanya karena aku mencintaimu."
"Apa susahnya untuk mencintaiku juga, huh?" Sambung Seulgi.
"Kau tidak berubah, Nona Hwang." Chanyeol menepuk pelan pucuk kepala Seulgi.
"Aku pergi dulu, masih banyak urusan yang harus ku urus." Chanyeol kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi.
Chanyeol kemudian berhenti, lalu berbalik. Seulgi masih menatapnya.
"Kau tadi bertanya, apa susahnya untuk mencintaiku juga. Jawabannya ada pada dirimu sendiri, Seul. Sama seperti Jimin yang bertanya tentang itu setiap hari padamu, pada dirinya sendiri. Menyerahlah, kau tahu aku bagaimana." Chanyeol kembali berbalik dan melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.
to be continued....
***
Nah, sakit banget kan mbak Seul :")
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOLD [COMPLETED]
Fanfiction[SELESAI] Setiap orang, selalu punya rahasia di dalam hidupnya. Memeluk rahasia itu erat-erat. Choi Chanyeol, seseorang yang baru saja menjadi CEO di salah satu perusahaan properti di Korea Selatan, Blue Sky Company. Saat salah satu wartawan menanya...