BAB 33

488 70 4
                                    

Sudah seminggu berlalu, sejak pesta itu berakhir. Namun, kenangan itu masih membekas di hatinya. Untung saja Taehyung tidak tahu bagaimana ia diusir keluar dari mobil dan berjalan sendirian, ketakukan.

Tring!

Handphone Wendy berbunyi. Taehyung membukanya lalu membaca pesan itu. Wendy masuk ke kamarnya, terkejut melihat Taehyung membuka handphonenya. Meraih handphonenya.

Taehyung sudah membaca pesan itu.

Choi Hwajangnim.

Segera ambil sepatumu, atau aku buang.

Raut wajahnya khawatir sekali, takut Taehyung benar-benar membunuh Chanyeol. Wendy langsung memegang kedua lengan Taehyung, membicarakannya baik-baik.

"Ini bukan seperti yang kau pikirkan, Taehyung-ah."

"Itu sudah membuktikannya, noona. Kau berhubungan lagi dengannya." Wajah tanpa ekspresi itu menatap Wendy dengan intens.

"Aku mohon, jangan membunuhnya." Wendy sangat menangis sekarang.

"Aku akan membunuhnya!" Teriak Taehyung. Wendy refleks memeluknya, mungkin bisa meredakan amarahnya.

"Aku berjanji, ini terakhir kali aku akan bertemu dengannya. Setelah itu aku akan pergi." Ucap Wendy lalu menatap wajah Taehyung yang mengeras.

"Hanya sekali ini saja aku membiarkanmu."

Wendy segera bergegas menuju rumah Chanyeol dengan bus. Setelah sampai ia memencet bel rumah besar itu lalu masuk setelah pintu itu terbuka otomatis.

Chanyeol sudah menunggunya di depan pintu. Menggunakan kaos putih dan celana jeans pendek. Ini hari Sabtu dan perusahaan libur.

"Di mana sepatuku?"

"Aku akan memberikannya kepadamu setelah kau memasak untukku." Wendy mengernyit heran, apa maksudnya? "Aku tidak akan semudah itu memberikannya kepadamu." Ucap Chanyeol. Mau tidak mau Wendy harus melakukannya. Toh, ini hanya sekali saja untuk dilakukan. Wendy menghela napas.

Ia melakukan semuanya, memasak. Chanyeol menatap Wendy yang sibuk memotong sayuran dan membuat jus apel, kesukaan Chanyeol. Itu mungkin kebiasaan yang sering Wendy lakukan.

Setelah itu selesai, Chanyeol tak kunjung memberikannya. Ia meminta Wendy untuk membersihkan rumahnya, sudah hampir setengah hari ia melakukannya, tetap Wendy mengiyakan. Berjam-jam habis pula.

Kali ini ia akan membersihkan kamar Chanyeol, kamar yang biasa ia dan Chanyeol habiskan untuk bercerita, dulu. Ia melangkah, kamarnya masih sama. Tak ada yang berbeda. Ia melangkah lagi, melihat foto yang familiar. Ia meraihnya.

Wendy menutup mulut, tak menyangka. Chanyeol masih menyimpan foto dirinya dan Chanyeol saat Wendy menyelesaikan kuliahnya. Wendy yang memakai toga dan Chanyeol di sampingnya, tangannya melingkar sempurna di lengan Chanyeol.

"Aku lupa membuangnya." Tiba-tiba Chanyeol masuk ke dalam kamar. Berkata datar. Membuat Wendy menyembunyikan foto itu dibalik punggungnya. Berdiri di pintu kamarnya.

Wendy menyimpan bingkai foto kembali. Lalu, melangkah ke arah jendela di samping kasur besar itu. Biasanya di sini, Chanyeol memeluknya hangat.

"Katakan mengapa kau melakukannya?" Tanya Chanyeol. Wendy tak akan menjawabnya. Chanyeol melangkah mendekat.

"Aku tak akan menjawabnya." Chanyeol semakin mendekat, membunuh jarak di antara mereka. Wendy semakin tidak bisa bergerak. Semakin terhimpit lengan Chanyeol. Wendy semakin takut dengan sentuhan Chanyeol.

"Apa aku bisa bebas menyentuhmu seperti yang dilakukan pria itu?" Chanyeol membelai rambut Wendy, jarak mereka dekat sekali.

PRAK!

Wendy menampar Chanyeol. Ia tak bisa berkata seperti itu kepadanya. Chanyeol kembali menatapnya, marah sekali.

"Aku bukan wanita yang seperti itu!!" Wendy menangis. Air matanya seakan berbicara bahwa ia sakit, kembali mengingat itu.

"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Wendy-ya. Kau bermain dengannya, kau menerima semua perlakuannya. Sepertinya kau benar-benar wanita yang kotor." Chanyeol kembali mendekatkan wajahnya kepada Wendy.

Gadis itu sangat menangis. Sedikit lagi ujung bibirnya menyentuh bibir Wendy. Tubuh Wendy bergetar ketakutan.

Akhirnya, melihat Wendy yang sangat ketakukan. Chanyeol melepas kukungannya. Gadis itu bergetar hebat, seperti takut akan dirinya, kepada Chanyeol.

"Ka-kau kenapa?" Tanya Chanyeol, terlampau khawatir.

"Ja-jangan..." Wajah Wendy sangat pucat.

Memori itu kembali menghantuinya, semua kesakitan itu.

***

Perusahaan itu kembali beraktivitas seperti biasa. Kabar tentang Wendy yang jatuh di kolam renang itu sedikit demi sedikit terhapus, kesibukan menghapus semuanya.

Wendy masuk kerja dua jam dari jam kerja yang sebenarnya, ia sudah meminta izin terlebih dahulu pada Seulgi. Seulgi mengerti, Wendy akhir-akhir ini murung dan tiba-tiba saja sakit.

"Wendy-ya. Kalau kau tak bisa bekerja hari ini, pulanglah dulu. Tidak apa-apa, Soojin akan mengerjakannya untukmu." Ucap Seulgi tanpa bertanya persetujuan Soojin terlebih dahulu. Seulgi mendapat tatapan kesal Soojin .

"Mengapa kau tak bersemangat, eonni?" Tanya Soojin .

"Aku tidak apa-apa." Hanya menjawab seperti itu. Wendy tak tahu bagaimana caranya agar bisa pergi tanpa ditanya orang lain.

"Kau pucat. Jika sakit, pulanglah. Tidak apa-apa." Ucap Seulgi.

"Aku harus bertemu klien hari ini, Soojin, Wendy. Kalian berdua tetaplah di sini, jangan kemana-mana, Perusahaan sedang masa puncaknya! Hwaiting!" Seulgi pamit setelah meraih tas dan handphonenya. Wendy dan Soojin mengangguk.

"Eonni, kemana kau hari sabtu kemarin?" Tanya Soojin tiba-tiba.

Pikiran Wendy harus kembali ke sana lagi, di cahaya redup kamar Chanyeol.

"Aku ti-tidak kemana-mana." Wendy terbata-bata.

"Baiklah. Aku melihatmu di halte bus, saat aku kembali mengunjungi apartemen pacarku, dia masih bermalas-malasan di sana, eonni." Wendy tersenyum lebar mendengarnya, dan senyum itu hanya bohongan.

Tbc

***
Terimakasih sudah membaca UNTOLD sampai bab ini 💜💜

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang