BAB 35

503 66 6
                                    

Mobil itu berhenti tepat di parkiran rumah sakit. Orang-orang menatapnya tak percaya. Seorang CEO perusahaan besar datang ke rumah sakit miliknya. Entah mengunjungi siapa, yang melihat tak mendengar informasi jika keluarga Choi ada yang sakit.

Kembali ke tiga puluh menit yang lalu.

"Bae biseo, bisa kau temukan data pasien di Blue Sky Health atas nama Ahn Seungwan?"

Setelah lama mencari, Bae Biseo kembali menelepon. "Tidak ada, hwajangnim." Chanyeol menimbang-nimbang. Atas nama siapa Wendy memasukkan data? Akalnya tak berhenti di situ saja. Nama Jung Jimin, sahabat Wendy.

"Coba kau cari dengan nama Jung Jimin."

"Jung manajer-nim?"

"Iya."

Sebentar saja Irene mencari, dan ternyata data itu ada. Irene mengirimkan data itu kepada Chanyeol. Nenek Wendy masuk ke rumah sakit ini atas nama Jung Jimin.

Chanyeol menuju lantai tujuh, kamar nomer 213. Menyapa sejenak perawat yang berada di lantai itu, dokter-dokter juga menatapnya. Chanyeol ingin bertanya sesuatu kepada neneknya Wendy, yang hanya sekali-dua kali ia kunjungi.

Ia membuka pintu. Tak ada orang rupanya. Hanya asap penghangat yang bisa dilihat. Wanita tua itu tertidur dengan tenangnya. Chanyeol bersyukur melihat nenek Wendy sudah mendapatkan yang terbaik.

Kim Taeha. Chanyeol mengingatnya.

Nenek Wendy tiba-tiba saja bangun. Melihat seorang pria datang menghampirinya.

"Apa kau anak laki-laki yang kemarin?" Tanya nenek Wendy. Chanyeol mengernyit heran. Siapa yang mengunjunginya kemarin?

"Aku Choi Chanyeol. Apakah nenek masih mengingatku?" Tanya Chanyeol setelah duduk di samping kasur nenek.

"Kau kekasih Wendy rupanya. Aku mengingatmu, nak. Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik-baik saja." Jawab Chanyeol.

"Ada apa kau ke sini, nak? Wendy selalu menceritakanmu kalau kau sangat sibuk."

"Aku ingin bertanya satu hal, nek."

"Mengapa Wendy menjadi berubah?"

"Apa kalian bertengkar?" Tanya nenek.

"Kami sudah berpisah, nek. Setahun lalu." Jawab Chanyeol. Menghela napas pelan.

"Oh, maafkan aku, nak. Aku tak tahu. Wendy tak memberitahuku."

"Mengapa Wendy berubah, nek?"

"Aku tak tahu, nak. Dia tak membicarakannya kepada siapapun. Termasuk aku juga. Aku hanya ingat, ia bahkan hanya sekali sebulan menjengukku. Itu berlangsung selama empat bulan. Wajahnya pucat, tak bersemangat. Senyumnya tetap merekah. Aku tak tahu kenapa." Ternyata neneknya juga tak tahu. Chanyeol penasaran dan khawatir kenapa Wendy sebegitu takutnya akan sentuhan, apalagi sentuhannya.

"Baiklah, nek. Terima kasih. Oh iya, aku juga ingin bertanya, mengapa kau masuk ke rumah sakit ini atas nama Jung Jimin?"

"Jung Jimin? Aduh, aku sangat merindukan anak sedih itu. Tiap kali ke sini selalu menceritakan cerita cintanya yang bertepuk sebelah tangan." Nenek tersenyum sedikit. Chanyeol langsung mengingat Seulgi.

"Ia banyak membantuku dan Wendy. Sepertinya dua tahun lalu, sakitku semakin parah. Aku terpaksa harus masuk rumah sakit, Wendy tak tahu harus melakukan apa. Wendy akhirnya menelepon Jimin, membantuku masuk rumah sakit ini. Aku akhirnya tahu jika rumah sakit ini milikmu, nak." Jelas Nenek.

"Aku bisa menjawab pertanyaanmu, nak. Kenapa Wendy tak menghubungimu saat itu." Nenek seperti bisa membaca pertanyaan dari kepala Chanyeol, salah satu pertanyaan besar dalam hidupnya.

"Ia tak ingin banyak merepotkanmu. Itu saja alasannya."

Chanyeol terdiam.

"Kau tahu, gadis itu adalah gadis yang memeluk erat rahasianya. Tak akan memberitahukannya pada siapapun, ia merasakan semuanya sendiri. Saat ia hanya sekali sebulan menjengukku, aku langsung tahu ia punya masalah, besar sekali."

Saat itu Chanyeol berada di Kanada.

Handphone Chanyeol berbunyi, ia meminta izin kepada nenek Wendy untuk mengangkat telepon dari Bae Biseo.

"Ada apa, Bae biseo?"

"Apa kau tak melihat pesanku!"

"Apa?" Chanyeol membuka pesan dari Irene. Sebuah link berita. Ia membukanya. Astaga. Itu foto dirinya dan Wendy saat malam itu, di mana Wendy sangat ketakukan melihatnya, dengan headline besar berita itu CHOI CHANYEOL, CEO BLUE SKY CO. SEDANG DALAM MASA KENCAN? Dengan foto itu di bawahnya.

"Segera ke kantor! Ayahmu datang!" Bae biseo memaksa.

"Nek, aku harus ke kantor sekarang."

"Baiklah. Aku mohon padamu, nak. Jaga Wendy baik-baik." Chanyeol mengangguk cepat, para perawat, dokter, dan pengunjung menatapnya, karena mereka lebih dulu membaca berita itu. Chanyeol segera berlari ke parkiran, dan melajukan mobilnya, cepat sekali.

Ruangan rapat sudah dipenuhi oleh pejabat, dan di depan sana ada Choi Yeoncha yang harus ke Korea saat ia menikmati liburannya di Hawaii. Chanyeol langsung mengambil posisi duduknya.

Rapat itu membahas tentang turunnya salah satu produk mereka yang dibintangi sendiri oleh Chanyeol. Banyak fans yang cemburu. Bae Biseo terpaksa memanggil Wendy untuk ikut rapat dengan para pemegang saham.

Rapat itu menyimpulkan harus ada klarifikasi di depan publik bahwa hubungan itu tak benar, juga mengundang Wendy untuk berbicara di depan publik.

Sementara itu, di ruangan pemasaran. Seulgi terpaksa mengunci pintu ruangannya agar tak ada staff lainnya yang masuk.

"Kau tidak apa-apa, eonni?" tanya Soojin . Mereka tahu berita itu sejak dirilis pertama kali 20 menit yang lalu. Wajah Wendy tak meyakinkan. Ia khawatir sekali saat ini, Ia ingin pergi namun tak akan bisa. Ia harus menunggu masalah ini selesai terlebih dahulu.

"Kau akan maju ke depan publik?" Tanya Soojin lagi.

Wendy menimbang-nimbang jawaban, ia belum memikirkannya. Ia masih ingat bagaimana tatapan para pejabat, para pemegang saham menatapnya dengan jijik. Siapa gadis ini? Berani sekali ia mendekati Choi Chanyeol. Kurang lebih seperti itu.

"Jika kau tak kuat menahannya, jangan paksakan dirimu." Seulgi masih berdiri di depan pintu. Menjaga agar pintunya tidak ditendang oleh staff lain di depan saking penasarannya.

Wendy tahu apa yang harus dilakukan.

Dua jam kemudian, para staff di depan ruangan departemen pemasaran itu sudah tidak ada. Lelah berteriak atau menunggu Wendy yang tak kunjung keluar. Soojin pulang lebih dulu, ada urusan katanya.

Wendy sangat takut untuk pulang. Jika Taehyung tahu, ia benar-benar akan membunuh pria yang dicintainya itu. Ia membuka pelan pintu dan ruangan gelap itu terlihat.

"Aku tidak akan membunuhnya, karena aku tahu kau akan pergi dari sini." Suara datar itu kembali lagi. Dengan wajah menyeramkan di balik kegelapan. Wendy menelan ludahnya samar.

"Mengapa kau melakukannya lagi, noona? Dia telah menghancurkanmu, menghancurkan segala mimpi indahmu. Aku mencintaimu, noona. Karena itu aku peduli padamu." Suaranya tetap selalu datar, menyeramkan.

"Aku mencintainya." Wendy berkata seperti itu. Membuat Taehyung sangat marah, memegang kedua lengan Wendy dengan sangat erat, hingga sakit.

"Kenapa kau masih mencintainya, noona!? KENAPA!!?"

"Aku tak akan membiarkannya hidup lagi, noona. Saat hari klarifikasi itu, aku akan membunuhnya untukmu, aku janji." 

***
/tiada kata-kata

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang