BAB 25

545 69 10
                                    

Poster kegiatan staf Blue Sky Co. untuk pertengahan tahun kerja kini sudah disebarkan oleh Hoseok dan rekan staffnya di Departemen HR. Kegiatan berkemah ini sangat ditunggu-tunggu oleh para karyawan di sana, karena semua fasilitasnya ditanggung oleh perusahaan! 

Para staff yang ikut hanya tinggal membawa pakaian dan diri sendiri saja. Itulah mengapa Blue Sky Co. sangat terkenal dengan memberikan kepuasan tersendiri bagi para karyawan setelah lelah bekerja untuk Blue Sky Co. yang lebih baik.

Tentu saja yang memilih tempat berkemah adalah manajer umum tampan kita, Jung Jimin. Setiap tahun, hanya dia yang memiliki kewenangan itu. Terserah Jimin memilih yang mana, para staf yang ikut hanya harus setuju walaupun mereka tak suka dengan tempatnya.

Ralat! Jimin tak terserah memilihnya. Semua itu terserah seorang Hwang Seulgi. Jimin yang sangat menyukai Seulgi mau-maunya mengikuti keinginan Seulgi. Jimin bucin.

Dua hari lagi adalah hari keberangkatan mereka semua. Tahu Jimin‒maksudnya Seulgi memilih tempatnya di mana. Di Busan, tempat Jimin lahir. Tepatnya dipegunungan dekat Danau, di sana sudah di booking untuk staf Blue Sky Co. saja~

 Saat Jimin menanyakan alasan Seulgi memilih itu, Seulgi hanya nyengir tak jelas.

"Kau menyuruhku libur kerja hanya untuk memilihkanmu baju. Kau tega sekali." Ucap Jimin.

"Tidak apa-apa. Kau libur kerja pun, gajimu tetap akan masuk." Seulgi masih sibuk memilih baju yang harus ia masukan ke dalam koper.

"Jimin-ah, aku harus memilih baju yang mana?" Seulgi bahkan sibuk memilih baju yang mana yang harus ia bawa. Sekarang entah kenapa Jimin berada di apartemen Seulgi dan membantunya memilih baju.

"Yang ini saja." Jimin malas meraih baju kaos orange dengan gambar beruang di depannya.

"Ya! Kau serius?! Aku kedinginan jika memakai baju ini, kau mau aku kedinginan? Kau mau memelukku di sana? Enak saja asal comot."

"Kau menyuruhku memilih sebelumnya, kenapa jadi aku yang salah? Aku akan memelukmu jika itu maumu." Jimin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung dengan sahabatnya sendiri.

"Ak-aku tak mau! Enak saja!" Wajah Seulgi memerah, merasakan panas disekitarnya.

"Ak-aku akan membawa yang ini." Seulgi meraih hoodie cokelatnya, yang dibelikan Jimin saat mereka liburan di Jeju.

"Kau masih menyimpannya?" Tanya Jimin.

"Masih. Ini kan kau yang belikan, masa aku buang." Sesaat setelah itu Jimin menarik senyum, bangga dengan apa yang dia dengar.

"Oh iya, kau sudah mengemas pakaianmu?" Tanya Seulgi, sembari melipat pakaiannya dan memasukannya ke dalam koper berwarna ungu. Ngomong-ngomong, koper itu milik Jimin.

"Aku tak perlu."

"Kenapa?"

"Pakaianku sudah di sana."

"APA?!" Teriak Seulgi, melotot kepada Jimin.

"Siapa yang menyiapkannya?!"

"Seorang gadis." Jawab Jimin, mulai tersenyum nakal saat melihat Seulgi marah. Seulgi paling tidak suka jika Jimin mendekati seseorang, hanya dia yang bisa dekat Jimin. Padahal sendirinya menyukai orang lain. Seulgi aneh.

"Siapa?" Seulgi menahan emosinya. Seulgi mulai mendekati Jimin, menatap pria itu dengan mata kesal.

"Irene tentu saja, dan Chanyeol. Mereka menyiapkan pakaian baru untukku, Sekertaris CEO dan CEO." Mendengar nama Irene membuatnya menangkup pipi Jimin seketika. Dan, ia melepasnya setelah mendengar nama Chanyeol.

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa." Seulgi kembali ke tempat semula. Mulai mengemas lagi pakaiannya.

"Seulgi-ya." Panggil Jimin.

"Hm? Wae?"

"Aku hanya memanggilmu."

"Tak jelas."

"Seulgi-ya."

"Ada apa, Bapak Jung?"

"Kamu tahu kan kalau aku sangat menyukaimu."

"Aku tahu. Kau sudah mengatakannya berkali-kali." Seulgi menarik senyum dan menatap Jimin yang tengah tersenyum juga menatap Seulgi.

***

"Noona, kau mau kemana?" Wajah datar itu bercampur dengan kekhawatiran kala ia melihat Wendy mengemas pakaiannya ke dalam koper.

"Bukan urusanmu." Wendy hanya menjawabnya tanpa memandang pria yang tengah berbicara dengannya.

"Noona..." Taehyung mencoba menyentuh pundak Wendy.

"JANGAN MENYENTUHKU!" Teriak Wendy.

"Aku tak akan menyakitimu." Seringai menakutkan itu menembus mata hitam Wendy, membuatnya sedikit bergidik ngeri.

"Aku tak akan sepertinya, tak akan brengsek sepertinya. Aku mencintaimu." Suara berat nan dalam itu menembus seluruh ruang yang terdapat di jiwa retak Wendy.

"Jika kau berhubungan dengannya lagi, kegiatanmu akan benar-benar jadi saksi kematiannya di tanganku."

Wendy menelan ludahnya sendiri. Bayang-bayang kejadian itu merasuki setiap sisi kehidupan dan jiwa indahnya. Jika saja Seulgi tak memaksanya ikut, ia takkan pernah ikut kegiatan apapun yang berhubungan dengan Chanyeol, karena Chanyeol mungkin bisa saja mati di depan matanya sendiri.

***

"Bae biseo, bisa kau berikan data para staf yang ikut perkemahan?" Chanyeol berdiri di depan meja kerja Irene.

"Tentu." Irene memberikan tabletnya pada Chanyeol, file itu berisikan data para staff yang pergi. Jumlahnya tak terlalu banyak staf, mungkin masih banyak yang ingin menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

"Bagaimana progress perkemahan ini?"

"Baru saja Tim HRD memberitahuku bahwa kita akan pergi menaiki bus. Makanan semua sudah disiapkan, dan list permainan sudah dibuatkan. Yang ku dapat dari keuangan, mereka sudah membagi keuangan untuk perkemahan ini." Jelas Irene.

"Baguslah kalau begitu."

"Staf departemen pemasaran, semuanya ikut, hwajang-nim." Tiba-tiba saja Irene berucap begitu.

"Aku tak menanyakan perihal itu." Bohong.

"Maafkan aku, hwajangnim." Irene menunduk sekejap.

"Mungkin kalian semua salah kaprah akan satu hal itu. Aku bahkan tidak benar-benarmencintainya." Balas Chanyeol.

***
Yeayyy berkemah-berkemah, berkemah sama si ganteng 😂

Si ganteng-si ganteng anaknya bahenol :v

Si ganteng-si ganteng anaknya bahenol :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang