BAB 32

484 69 10
                                    

Seulgi menarik lengan Jimin kuat. Sebingung itu ia kepada sahabatnya, kenapa ia sangat membenci Chanyeol? Alasan klise, ia memang sudah tahu.

"Kenapa, Jimin?" Tanya Seulgi.

"Apa?" Jimin masih dengan amarah yang sedikit-sedikit memuncak.

"Mengapa menatapnya dengan tatapan amarah seperti itu?"

"Karena aku membencinya."

"Berbicara yang jelas, Jim. Aku tak mengerti maksudmu selama ini. Aku hanya tahu kau membencinya sebab aku mencintainya. Namun, aku rasa itu bukan salah satunya. Apa aku pernah melakukan sesuatu kepadamu?" Seulgi akhirnya bertanya.

"Tidak pernah, Seul." Jimin menunduk. Jarak mereka berdua hanya dua langkah. Lampu yang sedikit redup itu mencahayai mereka.

"Tapi kenapa? Jawab aku, Jung Jimin" Seulgi memaksa.

Setahun lalu, ia membeli bunga. Dengan tuxedo hitam rapi dan rambut yang sangat stylish. Bunga mawar itu hadiah untuk gadis yang ia kagumi sudah sangat cantik malam itu, di pesta tahun lalu.

"Aku membencinya karena melihatmu menciumnya. Tidak saat mabuk, tapi saat kau sadar malam itu." Mata Jimin berkaca-kaca, mengingatnya.

Seulgi tersentak. Tak menyangka bahwa ia melihat kejadian itu. Merasa sangat bersalah, ia masih menunggu Jimin mengatakan sesuatu.

"Kau menciumnya, di depanku. Saat aku sudah siap memberikanmu bunga mawar yang aku beli, karena kau sangat cantik malam itu. Entahlah perasaanku bodoh atau bagaimana. Entah kenapa Tuhan memperlihatkanku potongan kejadian yang menyakitkan itu. Kau menciumnya dengan segenap rasa cintamu untuk Chanyeol di depanku."

Seulgi sudah berderai air mata, tak menyangka pria itu melihatnya.

"Ap-apa karena itu kau berubah?" Seulgi bertanya dalam tangisnya.

"Aku terus bekerja, mencari kesibukan untuk terus melupakannya. Namun sampai saat ini tak pernah kulupakan." Jawabnya, dalam suaranya yang rendah.

"Mengapa kau melakukannya?" Tanya Jimin, ingin memastikan. Cahaya redup itu masih mampu menunjukkan air mata Seulgi yang turun.

"Karena aku mencintainya."

Jimin melangkah mendekat, selangkah. Membuat mereka harus membunuh jarak. Sangat dekat. Seulgi melihat kaki Jimin mendekat, masih menunduk.

Jimin menarik pelan kepala Seulgi agar bisa menatapnya, pria yang sedikit lebih tinggi dari dirinya. Menatap mata itu lekat-lekat.

"Jangan bergerak." Ucap Jimin. Wajah Jimin mulai mendekat. Seulgi menutup mata, entah kenapa ia membalas dan menerimanya. Di bawah lampu redup itu, air mata Seulgi kembali turun, merasakan hangatnya.

Jimin melepaskannya.

"Ke-kenapa kau melakukannya?" Tanya Seulgi, masih shock dengan yang terjadi.

"Karena aku mencintaimu." Ucap Jimin.

Seulgi tersadar, bahwa apa yang Jimin lakukan sama seperti yang Seulgi lakukan, dulu.

Satu-persatu rahasia itu mulai terkuak di permukaan.

***

Chanyeol masih saja duduk terdiam, menatap gadis di depannya, basah. Bertanya-tanya, kenapa dia? Ia membencinya, lihatlah tatapan itu. Tatapan jijik yang mungkin bisa diartikan Wendy.

Wendy sudah berganti pakaian, dengan kaos berukuran besar. Tubuhnya lebih kecil dari kaos itu. Chanyeol ingin sekali menyentuh jemari Wendy, namun lebih dulu di hempas olehnya.

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang