BAB 23

535 73 4
                                    

past...

Delapan tahun bukan waktu yang singkat untuk membangun komitmen dalam suatu hubungan, bosan? Jelas. Tapi, itu tak terjadi pada pasangan yang masing tidur dengan posisi sama-sama memeluk. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka bertahun-tahun.

Kelak si pria sedang berada dalam mood yang tidak bagus, satu-satunya rumah untuk pulang adalah gadis berambut pendek cokelat itu.

Entah mengapa, pria itu semalam datang ke rumah Wendy dengan keadaan mabuk kemeja yang lucek dan dasi yang sudah tidak tahu kemana tumpulnya, namun itu sudah menjadi kebiasaan Wendy untuk membukakan pintu rumahnya kala Chanyeol lelah. Bau minuman keras menempel di baju Chanyeol.

Pria itu bangun duluan. Namun, tak kunjung bangun dari rebahnya. Masih menatap gadis itu lalu merapikan rambut yang turun menghampiri mata indah yang terlelap itu.

Karena gerakannya itu, si gadis juga terbangun. Mengucek matanya.

"Chanyeol-ah, kau sudah bangun? Jam berapa sekarang?" Wendy belum seluruhnya terbangun, matanya masih merapat setengah.

Tiba-tiba saja Chanyeol mengecupnya sekejap, membuat Wendy yang tadinya setengah sadar menjadi sangat sadar.

"Ya!" Wendy memukul keras lengan Chanyeol yang membuat pria itu mengadu kesakitan.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol.

"Aku baik-baik saja." Lalu Wendy bangun dari tidurnya dan meraih handuk.

"Maafkan aku." Ujar Chanyeol.

Wendy menggeleng, lalu tersenyum.

"Karena ini hari Sabtu, aku akan mandi duluan." Ucap Wendy dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Sejak kapan kita membagi hari mandi?" Chanyeol agak berteriak.

"Apa ini persiapan setelah kita menikah?" Chanyeol tersenyum lebar saat mengatakan itu.

"Pergi kau dari sini!" Teriak Wendy dari dalam kamar mandi. Chanyeol hanya tertawa mendengar itu.

"Aku mencintaimu, kau tahu itu!" Teriak Chanyeol. Wendy tersenyum mendengarnya. Merasa bersyukur mendapatkan orang yang mencintainya dengan amat sangat.

***

Masih di masa lalu.

Chanyeol mendapat urutan mandi yang terakhir, karena memang yang pertama mandi adalah gadis yang tengah membungkus rambutnya dengan handuk. Wendy sedang duduk di sofa ruang tamu rumah sederhana itu.

"Aku belum sempat bertanya kepadamu, ada apa semalam?" Tanya Wendy setelah Chanyeol duduk di sampingnya dan meletakkan kepalanya di kaki Wendy. Hah, anak itu selalu manja kepadanya.

Chanyeol kembali ke kejadian semalam di mana ia tidak bisa menolak perkataan dari ayahnya. Ia harus ke Kanada untuk mengurus bisnis di sana selama setahun. Ia tak akan pernah bisa meninggalkan Wendy sendiri di sini. Ia tak punya orang tua, apalagi keluarga dan teman. Itu yang Chanyeol tahu.

"Wendy-ya." Panggil Chanyeol dan menatap wajahnya.

"Hmm?" Jawab Wendy.

"Apa tidak apa-apa aku pergi?"

Wendy langsung menatap wajah yang berada di bawahnya. "Kemana?" Wendy balik bertanya.

Berat rasanya membicarakan ini.

"Kanada."

"Urusan bisnis." Chanyeol tertahan. "Satu tahun."

"Aku akan berangkat besok siang."

Chanyeol takut sekali apa yang akan menjadi jawaban Wendy.

"Kenapa itu tidak apa-apa, Chan? Aku bukan anak kecil lagi yang harus kau urus. Aku sudah besar, lihat. Aku bahkan sudah punya pekerjaan tetap. Menjadi seorang penyanyi cafe. Apa lagi yang harus kau khawatirkan? Aku mencintaimu, kamu mencintaiku. Apalagi yang kurang?"

Chanyeol menatap wajah itu. Wajah penuh kedamaian yang membuat perasaannya damai juga.

"Kau boleh pergi, Chan. Seberapapun lamanya, asal cinta kita kau bawa kemanapun. Jangan khawatirkan aku." Wendy tersenyum, lalu mengacak rambut basah Chanyeol.

Chanyeol menarik Wendy dalam pelukannya. Rasanya ia telah menemukan malaikat pengisi hatinya. Wendy juga membalas pelukan itu, lalu menepuk-nepuk pelan punggung Chanyeol.

"Aku mencintaimu, Wendy-ya. Sangat."

"Iya-iya, aku tahu. Tapi, tolong lepaskan aku. Kau memelukku erat sekali, napasku mulai habis." Canda Wendy sebelum ia membuat pria yang memeluknya itu menangis.

"Aku ingin menciummu sekarang." Wajah Chanyeol semakin dekat. Tak tahu harus apa, Wendy memutuskan untuk menutup matanya. Merasakan cinta yang amat besar kepadanya. Chanyeol memutuskan berhenti, sebelum napas mereka mulai habis. Chanyeol tersenyum.

"Aku akan meneleponmu."

Wendy mengangguk mengerti.

"Saat aku pulang, aku akan menikahimu." Chanyeol berkata dari sini. Wendy kini tak membalas perkataannya, hanya tersenyum kepada Chanyeol, sebagai tanda bahwa ia menerimanya sebagai pendamping hidup.

"Aku akan di sini sepanjang hari, bersamamu. Takkan ada siapapun dan apapun yang akan menghalanginya. Aku janji." Ucap Chanyeol, memeluk erat gadis itu.

To be continued...

UNTOLD [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang