Sejak tadi malam, Vivian tidak bisa tidur sama sekali. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi dan dia masih berbaring di atas ranjang dengan jantung yang berdegup kencang. Dari tadi malam jantung Vivian memang terasa kurang sehat karena situasi yang ia hadapi saat ini. Terkadang Vivian mengerutkan keningnya, pusing memikirkan Aldino yang sikapnya tidak bisa ditebak sedikit pun. Banyak pertanyaan yang berputar di kepala Vivian. Salah satunya, kenapa Aldino menyuruhnya tidur di ranjang?
Padahal setahu Vivian, Aldino adalah satu-satunya lelaki paling kejam dari banyaknya pria yang pernah Vivian temui. Aldino memang jarang membentak Vivian, tetapi caranya berbicara pada Vivian terbilang cukup kejam, sadis, dan menusuk secara perlahan. Dan menurut Vivian, Aldino juga selalu menjaga harga dirinya di depan orang lain. Menghadiri acara karyawan saja tidak pernah, tapi mengapa ia mau satu kamar dengan Vivian yang notabenenya hanya bawahan Aldino? Apalagi, lelaki itu rela tidur di sofa seperti itu. Benar-benar seperti mimpi!
Sesekali Vivian melirik ke arah sofa, tempat Aldino tertidur. Sebenarnya Vivian senang karena Aldino sudah berbaik hati padanya, tetapi Vivian juga bingung. Entahlah, perasaannya sekarang sulit dijelaskan. Vivian bangkit dari ranjang dan perlahan melangkah mendekati sofa. Dia memerhatikan wajah teduh Aldino yang begitu tampan saat tertidur begini. Rahangnya yang tajam, alis cokelatnya yang mengagumkan, dan hidung mancung itu benar-benar tampak sempurna.
Wajah ganteng yang dimiliki seorang Aldino pasti membuat siapa pun meleleh kala melihatnya. Termasuk Vivian. Cewek itu juga sering kali mengagumi wajah atasannya ini, tetapi bila mengingat sikap sok mengatur Aldino, Vivian pasti merasa kesal sendiri. Sikap dan wajah Aldino memang sedikit bertolak belakang. Tanpa disadari, bibir cantik Vivian mengukir lengkungan ke atas membentuk senyuman manis. Dia mengambil selimut putih yang tadinya berada di tas ranjang lantas menyelimuti tubuh Aldino secara perlahan.
"Seharusnya saya yang tidur di sana," gumam Vivian. Ia semakin melebarkan senyumannya. "Makasih..."
Perhatian Vivian seketika beralih pada sebuah buku catatan yang terletak di atas meja. Vivian terkekeh kecil saat melihat sampul buku dengan gambar kartun anak-anak itu. Dia tidak habis pikir jika seseorang seperti Aldino juga memiliki buku dengan gambar kartun anak kecil. Vivian melirik Aldino lagi, memastikan bahwa cowok itu masih tertidur lelap. Setelah yakin Aldino masih larut dalam tidurnya, Vivian langsung mengambil buku tersebut. Jujur saja, dia lumayan penasaran dengan isinya. Apa buku menggemaskan ini berisi tentang pekerjaan Aldino?
Senyuman Vivian luntur dalam sekejap hanya dengan membaca halaman pertama. Tahun yang tertera di sana juga membuat keningnya mendadak mengernyit bingung. Rupanya lembar pertama ini berisi tentang catatan Aldino delapan tahun lalu.
"Kata orang, hidup ini berjalan sesuai dengan keputusan yang kita ambil. Tapi itu tidak berlaku untuk saya. Saya tidak bisa memutuskan apa-apa karena saya harus menuruti semua keinginan orangtua saya. Sejujurnya, saya tidak tahan dengan semua ini. Sebenarnya, untuk apa saya hidup kalau tidak bisa memutuskan semuanya sendiri?"
Kening Vivian semakin mengerut dalam. Dia membalik lembar pertama dan membaca lembar kedua. "Saya capek. Sampai kapan saya harus menuruti semua keinginan orangtua saya?"
Begitulah isi dari lembar pertama dan kedua buku itu. Vivian beralih menatap Aldino dengan tatapan prihatin, sepertinya dia mulai mengerti mengapa hubungan Aldino dan ibunya tampak kurang baik. Apa mungkin karena hal ini? Catatan delapan tahun lalu itu cukup menjelaskan permasalahan mereka. Vivian memilih untuk menutup buku itu dan menaruhnya kembali di atas meja. Sepertinya dia tidak harus melanjutkannya lagi. Mungkin buku ini adalah catatan harian atasannya yang tidak perlu ia ketahui.
"Saya akan menyiapkan pakaian Bapak," ucap Vivian lalu ia melangkah menjauh.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Person ✔
RomanceVivian pasti sudah gila! Tidak mungkin dia mencintai atasannya yang sudah beristri. Bekerja sebagai sekretaris seorang CEO super ganteng dan beribawa seperti Aldino Wilfred adalah posisi yang paling diidamkan oleh seluruh kaum hawa. Namun ternyata...