Sambil membawa secangkir teh hangat, Vivian berjalan mendekati Aldino yang masih sibuk pada layar laptopnya. Ia meletakkan cangkir berisi teh hangat itu di atas meja kerja Aldino lalu melemparkan senyuman manis saat lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah Vivian.
Aldino tersenyum miring. "Thanks..."
"You're welcome!" balas Vivian "Semua jadwal Bapak udah saya atur. Bapak mau sarapan pagi sekarang?"
Kening Aldino mengerut, tatapan matanya berubah menjadi serius. "Kok manggil Bapak lagi?"
"Panggilan 'Bapak' waktu di kantor, dan 'Aldino' waktu di luar!" jelas Vivian, masih bersama senyuman cantik di wajah manisnya.
"Ya udah, terserah kamu deh!" Lelaki itu terkekeh pelan. "Kita sarapan di luar aja. Aku juga mau ngajak kamu ke suatu tempat. Jadi, kamu harus ikut."
Vivian mengangguk setuju. "Oke."
Aldino segera bangkit dari bangku kemudian memasang jas hitam yang sempat ia lepas beberapa saat. Setelah itu, ia langsung menggenggam erat tangan Vivian dan menariknya keluar dari ruangan itu.
* * *
Selama di perjalanan, Vivian hanya duduk manis di atas jok mobil sambil menatap ke luar jendela mobil. Terkadang bibirnya mengukir lengkungan ke atas sambil memandangi rintikan air hujan yang turun membasahi Kota Jakarta. Sudah lama sejak terakhir kali ia memerhatikan setiap tetesan air hujan seperti saat ini. Padahal hal ini adalah suatu kegiatan yang paling Vivian suka ketika sedang stres. Namun, kini ia hampir tidak punya waktu untuk melakukan itu karena terlalu sibuk bekerja.
"Pak..." panggil Vivian, dia menoleh ke samping kiri.
"Vi, kita nggak lagi di kantor. Jadi panggil aku kayak biasa aja."
Vivian menyengir. "Eh iya, sorry..." Cewek itu terdiam sesaat lalu kembali melanjutkan perkataannya. "Al, kita mau ke mana sih?"
"Tempat yang bakalan kamu suka." Tak lama usai mengatakan itu, Aldino segera memarkirkan mobilnya di sebuah halaman luas yang langsung menghadap ke arah lahan yang tampak begitu cantik dan sejuk karena banyaknya pepohonan di sana.
Vivian seketika tersenyum lebar dengan mata berbinar-binar, begitu antusias. "Kok ke sini?"
"Dua hari yang lalu kamu bilang mau ke tempat baru yang bakalan dibuka perusahaan kan? Ini tempatnya. Aku cuma nepatin janji."
Vivian tertawa kecil. "Tapi kamu kan nggak janji apa-apa."
"Tetep aja, semua kemauan kamu harus diturutin. Ayo!"
Aldino melangkah keluar dari mobilnya lebih dulu kemudian berlari kecil menuju pintu kanan mobil sambil membawakan sebuah payung besar yang muat untuk dua orang. Vivian membisu seketika. Tubuhnya juga membeku saat Aldino membukakan pintu mobil itu untuk dirinya, ditambah satu tangan Aldino yang melindungi kepala Vivian agar tidak terbentur atap mobil saat keluar. Senyuman di wajah cantik Vivian tampak semakin lebar, meski terlihat simpel tapi hal itu mampu membuatnya sampai ingin berteriak nyaring dan mengatakan pada semua orang bagaimana perasaannya saat ini. Hati Vivian seolah ditumbuhi oleh bunga-bunga cantik yang bermekaran dengan indah. Seperti itulah perasaannya jika harus dideskripsikan.
Beberapa menit terlewat, sepasang kekasih itu masih terus berjalan berdampingan di dalam sebuah lahan luas dengan pohon-pohon tinggi yang ada di kiri-kanan jalan. Tempat ini memang akan dibuka perusahaan Wilfred Group besok, sebagai tempat untuk berkemah atau mungkin untuk jalan-jalan saja. Dipakai untuk jogging pun juga bisa. Udara segar di sini membuat siapa pun yang datang pasti akan memiliki suasana hati yang bagus dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Third Person ✔
RomanceVivian pasti sudah gila! Tidak mungkin dia mencintai atasannya yang sudah beristri. Bekerja sebagai sekretaris seorang CEO super ganteng dan beribawa seperti Aldino Wilfred adalah posisi yang paling diidamkan oleh seluruh kaum hawa. Namun ternyata...