2. Pertemuan Kedua dengan Reuni

177 19 0
                                    

Hari masih pagi. Jam tangan hitam yang melingkar dipergelangan kanan Fabian baru menunjukkan pukul enam lewat sepuluh. Tapi tangan laki-laki itu sudah gatal ingin memainkan bola basket.

Tanpa basa-basi lagi, Bi yang sudah berada didalam kelas, bergegas keluar menuju lapangan yang masih sepi. Melupakan tujuan awalnya yang ingin mengurangi hobinya itu karena waktunya menjadi siswa kelas dua belas tinggal beberapa bulan lagi. Harusnya Bi semakin rajin untuk fokus belajar. Sebab, Bi sendiri punya target untuk masuk universitas impiannya.

Suara pantulan bola, berlari pelan mengikuti gerakan bola, lalu melompat untuk memasukan bola ke dalam ring. Dan, hap! Bola masuk sesuai perhitungannya, adalah hal yang biasa bagi Bi. Tak heran lagi bahwa Bi sudah keasyikan dengan dunianya sendiri. Menghiraukan pandangan mata binar yang sesekali mengarah padanya.

Tak. Tak. Tak.

Konsentrasi Fabian mulai hilang ketika suara langkah sepatu terdengar. Bi tahu pemilik sepatu itu adalah seorang gadis. Karena dari sudut mata, Bi masih bisa melihat bahwa pemilik sepatu itu memakai kerudung.

Tapi Bi tidak peduli, laki-laki itu berusaha untuk tetap konsentrasi memasukan bola orange ke dalam ring dengan jarak yang jauh. Sebab, saat ini Bi sedang melatih kelincahan tangannya dalam melempar, kakinya dalam melompat, dan matanya yang sedang memicing agar bolanya tetap sasaran.

Hap.

"Yes!" Fabian memekik senang ketika bolanya lagi-lagi tepat sasaran. Menghasilkan suara tepukan tangan dari sisi lapangan. Spontan Bi menoleh, mendapati beberapa siswi menatapnya dengan binar.

Melihat lapangan sudah mulai ramai, Bi memutuskan untuk mengambil handuk dan kamejanya yang diletakkan disamping bawah ring. Kembali ke kelasnya karena bel masuk sedikit lagi akan berbunyi. Menghiraukan decakan kecewa para siswi yang menonton aksinya. Namun, sebelum itu Bi harus ke toilet. Membersihkan wajahnya yang sudah dipenuhi keringat.

Setelah keluar dari toilet, pakaian Fabian kembali rapi. Laki-laki itu sudah memakai kamejanya. Melangkah santai menuju kelasnya.

Sekilas matanya tak sengaja menatap gadis yang Bi kenali sebagai orang terpandai diangkatannya. Gadis itu terlihat menepuk jidatnya pelan, lalu lekas membuka buku paling atas yang sedang dipegangnya.

Bi kembali meluruskan kepalanya, tidak terlalu peduli. Saat di kelas nanti Bi kemungkinan boleh istrahat sedikit. Semalam Bi tidur lewat dari jam satu malam. Alhasil, dia sekarang mengantuk. Padahal Fabian sudah berusaha menghilangkan kantuknya dengan bermain basket dan menyiram kepalanya dengan air.

Fabian sendiri sudah tahu bahwa hari ini, guru-guru akan ada agenda rapat. Jadi jam pelajaran pertama ini bisa dibilang free.

☆☆☆

"Gaeesss, pagi ini kita free."

"Kenapa?"

"Guru-guru pada rapat."

"Sumpah demi apa?"

"Beneran, gak bo'ong gue."

"Yeeesss."

"Yuhuuuu."

"Aseeek mameen."

Fabian terkekeh pelan, sudah biasa akan reaksi teman-temannya saat ada jadwal kosong.

Bukan, bukan Fabian yang mengatakan bahwa pagi ini mereka bakalan free. Tapi Gavin-teman sebelah bangku Fabian, yang gak bisa tinggal diam. Padahal Bi sudah mewanti-wanti padanya agar tidak memberitahukan pada teman sekelasnya yang lain. Yang akhirnya, kelasnya ribut seketika. Bangku-bangku yang sudah dirapikan oleh piket kelas kembali berantakan karena di jadikan tempat tidur.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang