3. Salam Kenal, Ge

165 16 2
                                    

Sekembalinya Re dari kelas 12 IPA 4, Re langsung mengatakan pada teman-temannya bahwa mereka punya tugas fisika tambahan. Lalu meminta sekretaris kelasnya untuk menulis soal di papan tulis.

Bila biasanya para siswa terang-terangan berdecak kesal akan tugas tambahan , berbanding terbalik dengan kelas 12 IPA 1. Bahkan tak ada satupun suara kesal yang berasal dari mereka, padahal di dalam kelas sedang tak ada guru. Karena tugas yang diberikan sebelumnya belum diperiksa, tapi sudah ada saja tugas lain. Mereka justru dengan senang hati melihat papan tulis yang sudah dituliskan tiga soal beranak.

Suara-suara ramai yang bersahut-sahutan berasal dari kelas yang sedang berolahraga di lapangan sesekali terdengar di telinga mereka. Hal itu sama sekali tidak menjadikan mereka kehilangan fokus.

Namun, ketika suara-suara ramai itu berubah menjadi suara-suara ribut dan teriakkan para siswi, spontan membuat kelas 12 IPA 1 saling bertatapan bingung.

"Jangan ada yang keluar, ya. Biar gue yang periksa." Baru saja si ketua kelas, Marcel, mengeluarkan suara. David sudah berlari keluar kelas.

"Woy, ada yang ribut. Saling tonjok-tonjok juga." Suara David langsung terdengar, membuat 12 IPA 1 langsung keluar dari kelas. Tak terkecuali bagi Reuni. Mata gadis itu langsung mengarah pada lapangan yang ada di lantai satu. Kelas 12 sendiri memang berada dilantai tiga.

"Dih, seru kayaknya." Suara David yang terdengar antusias berhasil menghasilkan pandangan kesal dari teman-temannya. Membuatnya terkekeh pelan dengan cengirannya yang lebar.

Re sendiri mencoba menajamkan matanya agar melihat dengan jelas siapa pemeran utama yang terlibat perkelahian itu. Tapi Re tidak bisa melihat dengan jelas, karena sudah di kerumuni oleh siswa disana, dan Re pastikan tidak ada satupun siswa disana yang melerai. Ditambah pak Irfan sedang tidak ada di tempat.

Ketika matanya menangkap sosok yang sedang dipukul tanpa melakukan perlawanan, spontan membuat Re langsung melangkah menuruni tangga. Teriakan teman-teman sekelasnya langsung meneriaki nama gadis itu. Tapi Re tidak peduli, gadis itu tidak bisa berdiam diri ketika melihat laki-laki bertubuh gemuk itu dipukul oleh beberapa siswa yang ada disana.

"Re, jangan kesana!" Marcel berteriak kecil, namun tak diindahkan oleh Re. Membuat ketua kelas 12 IPA 1 itu mengikuti langkah  Re untuk turun ke lapangan. Marcel tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada anggota kelasnya itu.

"STOP, PLEASE! STOP! ANAK ORANG MAU MATI." Suara Re langsung terdengar ketika sampai di lapangan. Gadis itu berteriak sekuat tenanga, berharap mereka mengindahkan suaranya. Sebab, Re benar-benar tidak bisa membiarkan kekerasan terjadi di sekolahnya.

"STOP, PLEASE. KASI-," Baru saja Re ingin berteriak kembali, Marcel memotong ucapannya.

"Udah lo diam aja, Re." Marcel menahan lengan gadis itu yang hendak maju ingin melerai.

"Tapi, Cel-,"

"Lo diam aja disini, Re!" ujar Marcel tegas. Laki-laki itu sudah melepas tangannya dari lengan Reuni. Kemudian bergegas menuju tengah lapangan, mencoba menghentikan perkelahian yang ada.

"Jangan sok ikut campur, ya, lo." Suara itu Marcel dapati dari salah satu siswa yang ikut terlibat perkelahian, ketika mencoba melerai.

Mendengarnya Marcel hanya tertawa sumbang, sama sekali tidak gentar dengan ocehan penuh emosi itu.

"Oh, jadi lo mau matiin anak orang? Hah!"

"Gue bilang jangan sok ikut campur!" Marcel didorong hingga langkahnya mundur ke belakang, lalu melanjutkan aksi gilanya untuk memukul siswa bertubuh gemuk itu yang sudah terduduk dilantai lapangan.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang