15. Tolong

101 14 2
                                    

Sore tiba. Reuni bersama Shinta baru saja sampai di rumahnya. Sebelumnya, begitu Reuni selesai membantu Ge belajar selama tiga puluh menit, gadis itu masih harus pergi ke rumah Shinta terlebih dahulu, karena teman sekelasnya tersebut masih ingin berganti pakaian. Dan, sekarang setelah beberapa menit Reuni pergunakan untuk berganti pakaian juga, gadis itu mengajak Shinta untuk menunggu Fabian di depan rumah.

Re sendiri sudah memberi tahu pada Fabian alamat rumahnya, juga Shinta yang mengirim alamat lengkap di nomor laki-laki itu. Namun, agar Fabian tidak kesusahan menjemput mereka menuju panti asuhan yang Reuni tawarkan, mereka tetap menunggu Fabian di teras rumah.

"Aku ke dalam dulu ya, Shin," ucapnya, Shinta sendiri mengangguk.

"Makan dulu, selagi nunggu Fabian." Reuni sudah kembali dari dalam, gadis itu hanya mengambil sepiring brownis lalu meletakkannya di atas meja antara dia dan Shinta.

Shinta tersenyum, gadis itu mencicipi brownis coklat buatang ibunya. "Re?" Panggilnya kemudian, setelah mengunyah beberapa gigitan brownis di tangannya.

"Enak banget," ucap Shinta memuji, membuat Re tersenyum lebar.

"Buatan lo?"

"Bukan, buatan Ibu aku."

"Eum, gue boleh pesan gak buat besok? Tapi dibawa ke sekolah, Kakak gue suka banget brownis soalnya."

"Boleh, berapa?"

"Sepuluh potong aja, bisa?"

"Bisa."

Drrtt

Suara telepon milik Reuni berbunyi. Gadis itu lekas mengambil HPnya dari dalam saku rok jeans berwarna abu-abu yang sedang dipakai.

"Hallo, Wa'alaikumussalam."

"Oh udah dekat, ya?"

"Cari aja cat rumah yang warna putih, ya. Aku sama Shinta juga ada di teras rumah."

Klik.

Sambungan terputus. Reuni kembali menyimpan handphone jadulnya. Kali ini menatap Shinta yang sudah menatapnya.

"Udah di mana?"

"Udah deket, bentar lagi udah mo nyampe."

Shinta hanya mengangguk-ngangguk.

"Oh ya, lo belum cerita yang kemarin."

Reuni menatap Shinta dengan pandangan tanya. "Kemarin?"

"Yang tentang Ge itu, lho."

"Dia kan, yang lo bantuin waktu itu?" Tanya Shinta.

"Iyah."

"Terus kenapa dia manggil lo waktu itu? Jangan bilang lo bukan bantuin Bu Wiya, tapi lagi jalan sama dia?"

Tuk.

Kepala Shinta dengan spontan dipukul pelan oleh Reuni. Membuat gadis itu hanya mendelik malas pad Reuni.

"Gak ada yang lagi jalan, Shinta. Aku emang bantuin Bu Wiya, tapi bantuinnya itu bantuin Ge belajar, nilai akademik dia kurang bagus soalnya."

"Terus, kenapa lo yang bantuin dia? Kenapa bukan teman-teman sekelasnya aja? Lo juga sebelumnya gak kenal dia, kan?"

"Karena Bu Wiya yang minta, Shin. Lagian, kasian tau, Ge itu gak punya temen."

"Gak harus lo-,"

Ucapan Shinta terputus saat sebuah mobil berwarna silver berhenti di rumah Reuni. Tak perlu menebak, karena sudah pasti mobil tersebut milik Fabian. Laki-laki itu sudah keluar mobil dan berjalan menuju Reuni dan Shinta.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang