REUNI

25. Diet

Satu jam sebelum Geral bersiap-siap berangkat ke sekolah, laki-laki itu sudah terbangun lebih dulu. Sudah jam lima tepat. Geral memutuskan untuk berganti pakaian. Laki-laki itu memakai kaos putih polos dengan celana panjang disertai sepatu sport yang berwarna putih. Sebelum keluar kamar untuk olahraga lari, Geral kembali menatap wajah dari cerminnya. Bekas lebam di wajahnya sudah menghilang. Membuatnya menerbitkan senyum tipis. Hari ini Geral harus bisa.

Sudah tiga puluh menit Geral gunakan untuk mengelilingi lapangan kompleks rumahnya, laki-laki itu masih tetap berlari. Menghiraukan butiran keringat yang membasahi rambut serta wajahnya. Awal-awal sepuluh menit pertama, Geral tidak menampik bahwa dia kesusahan berlari. Napasnya terasa terputus-putus. Sesekali Geral berhenti untuk mengambil napas dalam-dalam, lalu melanjutkan langkahnya untuk kembali memutari lapangan.

Lima puluh menit berlalu, Geral hampir saja terduduk bila tidak memegang tiang lapangan. Semangatnya yang membara, membuatnya menghiraukan bahwa tubuhnya sudah benar-benar lelah sekarang. Geral berusaha untuk berdiri tegap, mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Diulangi beberapa kali sampai napasnya kembali teratur.

Sebelum pulang ke rumah, Geral memutuskan untuk membeli air mineral tak jauh dari lapangan. Jujur saja, Geral ingin membeli makanan berat dari pedagang keliling yang sudah berkeliaran di kompleks mereka. Tapi, mengingat Geral baru saja ingin berubah; menurunkan berat badannya, maka Geral mengurungkannya.

Setelah sampai di rumah, Geral tidak mendapati siapapun di rumahnya selain bi Hani. Orang tua Geral memang selalu sibuk urusan kantor. Pergi pagi, kadang bisa pulang pagi besoknya. Sedang pak Jaki sendiri memang bekerja di rumahnya sebagai supir, tapi pak Jaki selalu pulang ke rumah. Hanya sesekali menginap.

Saat melihat jam yang ada di ruang depan, Geral bergegas untuk masuk kamarnya. Bersiap-siap berangkat ke sekolah. Menghampiri pak Jaki yang sudah berada di halaman rumah.

Seperti biasa, Geral selalu meminta pak Jaki untuk memarkirkan mobil ferarinya di luar area sekolah. Hal itu Geral lakukan agar teman-temannya tidak tahu bahwa Geral adalah anak orang kaya. Kalau saja hal itu tidak dilakukan oleh Geral, sudah dipastikan Geral akan menjadi ATM berjalan bagi teman-teman sekelasnya. Selama ini saja, Geral selalu dipajak oleh Rio, mengambil dengan paksa uang jajan yang Geral punya. Padahal, penampilannya sendiri cupu. Kameja yang selalu di dalam, rambutnya dibelah dua dengan kacamata yang tebal harusnya membuat mereka berpikir bahwa Geral hanya punya uang jajan pas-pasan atau sama sekali tidak punya uang.

Saat berjalan melewati lapangan, Geral melihat Reuni yang tidak jauh darinya. Geral ingin menyapa gadis itu, ingin berterima kasih. Karena berkatnya, Geral berbicara dengan pak Jaki yang membuka jalan pikirannya sendiri.

Tapi, saat Geral ingin melangkah, Reuni lebih dulu dihampiri oleh cowok famous di sekolahnya, Fabian. Geral menghela napas pelan, sebelum melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Geral."

Yang tidak bisa Ge sangka, Reuni memanggilnya ketika Ge melewati mereka. Sebelum Geral menoleh, laki-laki itu memastikan terlebih dahulu bahwa keadaan sekolah masih sepi. Melirik jam tangannya sejenak, masih jam enam lewat dua puluh. Tersenyum sekilas lalu menoleh pada Reuni dan Fabian yang juga tersenyum di sana.

Terlihat, Reuni dan Fabian mendekat ke arahnya dengan senyum khas masing-masing.

"Lo udah gak papa, kan?" Fabian langsung bertanya. Bertanya tentang kejadian dua hari yang lalu.

Geral menggeleng pelan, "Gak papa. Btw, thank udah bantuin gue waktu itu."

Fabian tersenyum dengan ramah. "Sebelumnya, walau udah pernah ngobrol, kita kayaknya gak pernah kenalan deh." Fabian mengambil jeda, terkekeh pelan karena menyadari selama ini dia tidak pernah bekenalan langsung dengan laki-laki yang beberapa menit lalu menjadi salah satu topik obrolan pembicaraannya dengan Reuni. "Gue Fabian," ujarnya kemudian, mengulurkan tangannya.