36. Sad Ending

128 14 5
                                    

Happy Reading and dont forget to vote😌
Sorry for typos.
.

Reuni pikir, dengan dia menghindar dari Fabian dan Geral akan membuat hatinya merasa tenang. Nyatanya, Reuni salah. Justru hatinya merasa sakit saat ia melihat Fabian yang makin hari makin dekat dengan Chindy dan Geral yang bersikap seolah tak mengenalinya.

Reuni pikir, dengan dia menjaga jarak dari Fabian dan Geral suasananya akan seperti awal Reuni tidak mengenali mereka. Nyatanya, Reuni salah. Cewek itu merasa ada yang hilang dalam dirinya. Reuni sudah terlanjur dibuat nyaman dengan kehadiran Fabian dan Geral di sampingnya.

Reuni pikir, dengan tidak dekat lagi dengan kedua cowok itu, mereka yang tidak suka dengannya akan kembali bersikap biasa. Nyatanya, Reuni salah. Justru, semakin banyak orang yang menyinyirnya.

Menganggapnya sok kecantikan, kecentilan, plinplan, playgirl, pemberi harapan palsu dan sederet anggapan buruk lainnya. Pun selalu menatapnya dengan sinis bila berpapasan dengannya, lalu dengan sengaja membanding-bandingkannya dengan Chindy yang menurut mereka lebih cocok dengan Fabian dari pada Reuni.

Mengingatnya, Reuni-yang tepat hari ini telah selesai mengikuti ujian nasional- menghela napas berat. Mata cewek itu mendongak ke atas, memilih menatap nabastala yang tidak terlalu cerah karena sebagiannya ditutupi oleh awan kelabu, dari pada bergabung bersama sederet siswa lainnya yang tengah berkumpul di lapangan untuk merayakan hari terakhir ujian nasional mereka.

Reuni juga sebenarnya tengah 'menenangkan hatinya' yang sedang tidak baik-baik saja dengan memilih untuk berdiam diri di taman belakang sekolah ini yang cukup terbilang sepi. Karena, Reuni yakin. Di lapangan sudah pasti ada Fabian. Cewek itu tidak ingin membiarkan dirinya sendiri dihinggapi rasa cemburu kala ia melihat cowok itu bersama si cantik Chindy. Ya, Reuni cemburu. Cewek itu mengakuinya.

"Kenapa diam di sini?"

Reuni yang sebelumnya sudah memejamkan matanya dengan menikmati hilir angjn yang terasa lembut, membuka matanya dan melirik ke asal suara. "Marcel?!"

Marcel, si ketua kelasnya itu tersenyum tipis. Memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu memilih duduk di ujung kursi panjang yang Reuni duduki.

"Lo kenapa malah diem di sini?" Percayalah, saat Marcel mengajukkan pertanyaan itu, atensinya tidak berfokus pada Reuni. Malah ikut memejamkan matanya dengan menyandarkan kepalanya di punggung kursi. "Lo lagi nenangin diri, ya, Re?"

"Apa sih, Cel."

Marcel tertawa pelan, cowok itu mengeluarkan kedua tangannya dari saku celana. Meletakkan di atas punggung kursi agar menjadi penopang kepalanya. "Sama, gue juga lagi nenangin diri," ucapnya masih dengan memejamkan matanya.

"Lho, kamu kenapa emangnya?" Reuni menatap Marcel dengan penasaran. Setaunya, seorang Marcel itu jarang sekali punya masalah. Sikapnya yang selalu ceria bahkan terkesan heboh seringkali membuatnya terlihat seperti manusia tanpa beban.

"Gue lagi nenangin hati gue yang lagi gak karuan." Marcel menjawab dengan santai.

"Kamu lagi patah hati?"

Marcel mengangguk, membenarkan pertanyaan itu. "Gue mau curhat, boleh?"

"Tentu boleh, Cel."

Marcel mengangguk kepalanya pelan, tersenyum atas respon Reuni yang terlihat antusias. "Gue lagi suka sama seseorang, Re. Dari kelas sepuluh yang bahkan sampai sekarang gue masih suka sama dia. Tapi ... cewek yang gue suka gak pernah tau kalau ada yang diam-diam suka sama dia." Marcel memulai curhatannya.

Reuni diam, menyimak untuk menjadi pendengar yang baik bagi ketua kelasnya yang juga selalu sekelas dengannya itu.

"Gue sebenarnya mau ngungkapin perasaan gue ke dia, tapi yang gue tau, dia gak mau pacaran. Dia selalu bilang kalau belajar adalah hal yang paling utama buat dia. Untuk itu, gue milih buat mendam perasaan gue ke dia selama tiga tahun ini. Karena gue gak mau ganggu fokus dia. Walaupun gue selalu coba kasih dia perhatian kecil-kecilan biar dia peka kalau gue ada." Marcel menjeda, menghela napas sejenak sebelum kembali melanjutkan curhatannya. "Tapi ... yang gue lakukan malah salah, Re. Gue salah mendam perasaan gue ke dia yang akhirnya dia di deketin sama cowok lain."

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang