21. Basket

84 12 1
                                    

Hari ahad tiba. Hari libur bagi sebagian besar anak sekolah yang ada di Indonesia. Hari yang ditunggu-tunggu oleh Afna karena adik dari Reuni itu ingin sekali bermain di rumah Gesya. Begitu waktu menunjukkan pukul Sembilan pagi, sang adik dengan antusiasnya meminta Reuni untuk bersiap-siap. Sebab, mereka akan dijemput oleh ibunya Gesya sendiri tiga puluh menit akan datang.

Sekarang setelah waktu menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh, Reuni mengajak Afna untuk duduk di teras. Menunggu bu Ratna yang baru saja menelponnya, mengabari bahwa ibunya Gesya itu sudah dekat dari rumahnya.
Tak sampai lima menit, mobil bu Ratna sudah terparkir di halaman rumahnya yang tidak terlalu luas. Sedikit menyapa ibunya sebelum mobilnya melaju menuju rumah milik ibunya Gesya itu.

Ketika sampai di rumahnya bu Ratna, Reuni disambut dengan hangat oleh Gesya. Gadis kecil itu dengan riang memeluk Reuni dan Afna bergantian. Menghadirkan rasa gemas dari sang ibu karena masih merasa heran pada Gesya akan sedekat itu dengan Reuni.

“Duduk dulu-,”

“FARHAAN, lo sembuyiin di mana deodorant gueeee."

Suara bu Ratna terpotong saat suara teriakan berhasil mengalihkan perhatian mereka. Termasuk Reuni yang langsung mengarah ke tangga, melihat pemilik suara itu.

Reuni mendapati Fabian yang berdecak seolah malu ketika melihatnya. Fabian langsung berbalik badan, kembali menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamar. Membuat Reuni terkikik geli diikuti dengan cowok lain yang Reina yakini bernama Farhan duduk di sofa yang kini tertawa keras.

Sumpah, demi apapun, sekarang ini Fabian merasa malu. Walau masih memakai handuk, tapi tetap saja malu ketika Reuni melihatnya. Apalagi teriakan tentang ‘deodorant’ yang baru saja dilontarkan, ingin membuat Fabian menutup wajahnya dengan kardus. Farhan-sang adik kedua benar-benar menyebalkan baginya.

“Hello, Kak Reuni.”

Reuni tersenyum ketika namanya disapa oleh cowok yang Reuni yakin masih berseragam putih biru itu. Terlihat dari wajahnya yang terlihat masih sangat muda. Bila Reuni tebak, mungkin masih kelas 9.

“Kenalin, aku Farhan. Adiknya Kak Fabian.”

“Eh, beneran?” Reuni terkejut sendiri. Karena Reuni kira, Fabian itu hanya punya satu saudara.

“Iyah, beneran. Dedek Farhan gak bo’ong kok. Eh, emang kenapa kalau bo’ong? Kak Fabian kalah ganteng ya sama dedek Farhan ini?’”

Mendengarnya Reuni tertawa lucu. Farhan ini cukup cerewet dan  lucu sekali.

“Kak Re lucu ya kalau lagi ketawa.”

“Han,” tegur ibunya yang membawa beberapa gelas minuman dingin di meja yang ada dihadapannya Reuni. Dengan Farhan terkekeh pelan ketika ibunya menatapnya dengan garang karena mendapati sang anak yang tengah menggombali Reuni.

“Becanda kok, Mah.” Farhan kembali menoleh pada Reuni. “Ohya, Kak Reuni ini pacarnya Kak Bi,ya? Kalau bukan, mau gak pacaran sama, eh- aww.” Farhan langsung menoleh ke belakang dengan mendelik kesal  karena dijitak oleh kakak satu-satunya itu.

“Apa sih, Kak!”

“Pacar-pacar, anak kecil belajar dulu. Jangan main pacaran aja.”

“Ya suka-suka gue dong. Aww.” Farhan kembali meringis ketika dengan sengaja dijitak lagi oleh Fabian.

“Sini lo, ikut gue! Urusan kita belom selesai,” tukas Fabian pada adik laki-lakinya itu. “Sebentar ya, Re. Gue masih mau ngurus adek gue yang satu ini.”

Reuni mengangguk dengan menahan tawa.

“Eh, ngapain sih? Gue masih mau nemenin Kak Reuni. Kasian, ntar hatinya kesepian.” Lagi dan lagi Fabian menjitak kepala adiknya itu dengan amat gemas. Membuat sang ibu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan heran.

“Kesepian pala lu!” Itu ucapan Fabian terakhir yang bisa Reuni dengar. Karena kakak-beradik itu sudah masuk ke dalam kamar.

“Maaf ya, Re. Anak-anak Tante tuh memang suka rusuh.”

“Gak papa kok, Bu-,”

“Tante aja.”

Reuni mengulum senyum. Sedetiknya mengedarkan kepalanya, mencari keberadaan sang adik dan Gesya yang luput dari perhatiannya.

“Afna sama Gesya lagi ada di taman belakang. Mau ke sana?”

“Gak usah, Mah. Biar Bi aja.”

“Kamu sejak kapan udah berdiri di situ?” Bukan cuman bu Ratna yang heran sendiri, tapi juga Reuni. Rasanya, gadis itu tidak mendengar langkah kaki yang turun dari tangga.

“Baru aja kok, Mah. Ayok, Re.” Fabian mengajak Reuni berjalan ke taman belakang mereka.

“Terus Farhan mana?”

“Udah Bian kunci di kamar.”

“Bi.” Bu Ratna menggerang kecil, menatap galak pada Fabian. Membuat Fabian terkekeh pelan sebelum berucap, "gak kok, Mah. Dia lagi di kamar Bian. Main PS.”

“Kamu ternyata rame, yah,” ucap Reuni tiba-tiba. Saat ini mereka tengah berjalan ke taman belakang yang dimaksud oleh bu Ratna. Dengan Reuni berjarak semeter dari Fabian. Sungkan berjalan beriringan.

“Hm?”

“Kirain aku tuh, ya, sebelum kenal kamu, kamu itu pendiam, agak sombong terus agak jutek. Hehe.” Reuni tertawa dengan memperlihatkan giginya. Merasa tidak enak sendiri.

“Kalau sekarang?”

“Ramah, suka ketawa, suka nolong orang sama rame.”

Fabian mengulum senyum. Bahagia rasanya dipuji oleh orang yang disukainya.

Tunggu! Dipuji oleh orang yang disukainya? Ah, rasanya memang benar. Fabian menyukai Reuni.

“Makanya jangan suka nyimpulin orang dari luarnya.”

“Kak Re!”

Reuni langsung menaruh perhatian pada Afna yang tengah asyik bermain bola basket berukuran mini bersama Gesya. Bukan hanya bolanya yang berukuran kecil, tapi juga ring. Tinggi ringnya sendiri hanya semester. Itu sebabnya, kini Afna bersorak ria saat berhasil memasukan bola basketnya didalam ring.

“Mau ikut main?”

Reuni tidak langsung menjawab, gadis itu malah terkekeh pelan. “Masa iya main basket tinggi ringnya cuman semeter?”

“Yeee bukan. Tapi main basket beneran. Tuh.” Fabian menujuk ring basket yang ada di samping kirinya.

“Boleh?”

“Ya bolehlah, kan gue yang nawarin.”

“Ayok.” Reuni langsung bergegas menuju lapangan kecil yang dimaksud Fabian. Tidak jauh dari Afna dan Gesya. Karena mereka masih satu taman milik kedua orang tua Fabian ini.

“Kek gini bukan sih?” tanya Reuni, matanya sedikit silau menatap Fabian. Pasal nya, posisi laki-laki itu saat ini memang mengarah lurus pada matahari.

“Turunin dikit.”

Reuni menurunkan bola basket yang dipegangnya, “Gini?”

“Iyaps. Langsung lemp-,”

“Goooll.”

Percayalah, bukan Reuni yang bersorak senang itu. Tapi Afna dan Gesya yang berteriak ketika Reuni berhasil memasukan bola ke dalam ring.
Fabian dan Reuni saling bertatap beberapa detik. Lalu tertawa bersama.

“Kak Bi sama Kak Re ngadep sini dong.” Suara Farhan kembali terdengar. Membuat Reuni dan Fabian menoleh pada laki-laki itu yang berdiri di pintu taman. Bersamaan dengan bunyi kamera yang memotret mereka berdua.

“Kak Bi gue upload, ya.”

Fabian meelotot, “Jangan!”

“Yaah terlanjur.” Farhan menggerak-gerakkan HPnya. Menunjukkan gambar yang baru diambilnya itu sudah ter-upload ke Whatsappnya.

“Lagian buat apa sih?”

“Buat matahin hati temen-temen cewek gue. Kan, mereka ngejar-ngejar elo. Mana jadiin gue sebagai tukang pos surat lagi.”

“Itu mah DEEL.”

Tanpa menyadari bahwa salah satu teman WA Farhan adalah adik dari siswa SMA Merah-Putih adalah orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai fans dari seorang Fabian.

☆☆☆

Bantu aku dengan komen tag typo yang ada ya ^^

Tengkyu buat kamu yang memberi apresiasi pd cerita ini dengan memberi vote. 😘

Salam, Win.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang