39. Reuni

182 24 11
                                    

Sorry for typos.

"Gue capek, Chin. Gue baru sampe beberapa jam yang lalu terus mau lo ajak ke acara yang kek ginian?" Fabian mengangkat sebuah undangan reuni akbar angakatannya dengan menatap Chindy tidak percaya.

Sepupu satu-satunya yang beberapa hari lagi akan menikah itu terlalu bersikeras mengajaknya untuk hadir di acara yang dianggapnya sama sekali tak berfaedah. Bahkan, membangunkan dirinya yang tengah tertidur pulas, dibantu dengan bantuan Gesya yang membuatnya harus membuka mata.

"Kalo lo gak ikut, gue datangnya sama siapa, Fabian?!" Chindy kesal sendiri. Bukan hanya dirinya yang keras kepala, tapi, juga Fabian. Apa susahnya sih, untuk menghadiri acara reuni mereka?

"Lo bisa naik taksi, ojek, atau angkot juga bisa," asal Fabian. Laki-laki itu sudah ingin mengusir Chindy dari rumahnya yang benar-benar menganggu istrahatnya dari melakukan perjalanan jauh antar benua.

"Gak mau tau. Pokonya lo harus ikut! Harus!" Dan, Fabian tidak lagi bisa untuk menolak. Chindy yang di mata Fabian sama sekali belum pantas menikah alias masih belum dewasa itu akan melapor pada mamanya. Membuat mamanya akan dengan senang hati mengomeli Fabian yang sudah tumbuh dewasa ini.

Tentu saja, Fabian yang baru tiba di Indonesia enam jam yang lalu tidak mau mendengar omelan mamahnya yang sudah menganggap Chindy sebagai anak kandung, selepas ibu dari sepupunya itu telah berpulang tiga tahun yang lalu.

Dan, itulah alasannya mengapa Fabian sudah berdiri di halaman parkiran rumah makan yang berukuran besar di depannya. Menghiraukan Chindy yang sedari tadi mengajaknya untuk masuk dan menyuruhnya dengan paksa untuk membawa tas milik sepupunya tersebut.

Membiarkan dirinya sendiri sedikit menjadi pusat perhatian para gadis SMA yang sedang nongkrong di teras rumah makan yang memang menjadi tempat favorit anak muda. Sebab, penampilannya hari ini membuat mereka menatap dengan binar.

"Bi, mau sampe kapan sih, lo jadi patung di situ?"

Fabian, pria tampan itu tidak juga bergerak. Atensinya hanya menatap dengan diam rumah makan yang akan menjadi tempat reuni mereka.

Jangan berpikir, bahwa saat ini Fabian tengah mengenang akan rumah makan ini. Fabian sama sekali tidak pernah datang ke sini sampai memiliki kenangan di tempat tersebut. Fabian hanya ... merasa tidak yakin dengan ucapan Chindy bahwa Reuni, gadis yang sempat menorehkan kisah di masa SMAnya tidak pernah menghadiri acara reuni seperti ini.

"Bian! Astaga. Pulang dari Prancis, lo emang jadi sekaku ini, ya? Atau, otak lo emang udah setengah rusak?" Chindy asal ngejeplak. Terlalu merasa gemas dengan sepupunya itu.

Mendengar suara Chindy tersebut, Fabian sedikit berdecak. Namun, tak lama dirinya ikut berjalan. Membiarkan Chindy berjalan di depannya.

Saat ingin memasukan langkahnya ke dalam rumah makan yang sudah sangat ramai dengan para hadirin alias teman-teman seangkatannya, langkahnya terhenti saat mendenggar suara tangisan anak kecil dari beberapa meter di sampingnya. Membuat perhatiannya teralih dengan segera menatap ke asal suara.

Berikutnya, Fabian terpaku. Matanya sedikit membelalak kaget ketika melihat seorang perempuan dengan kerudungnya berwarna cream  tengah menggendong sang anak dengan mencoba menenangkannya.

Dia ... adalah perempuan yang sejak tadi menganggu pikirannya yang masih bisa Fabian kenali setelah hampir tujuh tahun tak bertemu.

Dia ... sudah menikah?

Memikirkan pertanyaan itu berhasil membuat Fabian menelan salivanya dengan kuat. Terlebih, ketika matanya melihat seorang laki-laki yang berjalan mendekati mereka dengan menggendong satu anak kecil yang sangat mirip dengan anak yang tengah di gendong oleh perempuam itu.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang