"Makasih, Ge.”
Geral terlonjak kaget ketika mendengar suara Reuni. Laki-laki yang baru saja keluar dari mobilnya yang terparkir di luar sekolah itu langsung menoleh ke samping kanannya, mendapati Reuni yang sedang memegang tas kresek sembari tersenyum ke arahnya.
“Makasih untuk?” Tanya Geral sembari memperbaiki tas ransel dan kacamata yang dikenakannya.
“Untuk donator yang kamu bilang kemarin, dia udah transfer dengan sisa jumlah yang dibutuhkan sama panti," jawabnya. Karena Reuni sendiri tahu, donatur yang di maksud oleh bu Indya kemarin adalah donatur yang juga di maksud oleh Ge.
“Oh, syukurlah.” Geral ikut tersenyum.
“Oh ya Ge, kenapa mobilnya selalu di parkir di sana? Kenapa gak di parkiran sekolah?” Pasalnya, beberapa hari terakhir, Reuni baru menyadari bahwa mobil Geral selalu di parkir di luar sekolah. Padahal, sekolah mereka memiliki halaman yang luas khusus untuk parkiran.
“Gak papa, cuman lebih suka aja parkir di sana dari pada di sekolah.”
Reuni mengangguk pelan, tak ingin bertanya lebih jauh. Walau masih penasaran, karena biasanya tipe-tipe seperti Geral-yang memiliki mobil mewah pasti memilih untuk memarkirkan mobilnya di area sekolah. Lalu keluar dari mobil dengan berjalan angkuh melewati murid-murid yang lain. Tapi Ge seolah berbeda. Seolah malu bila kedapatan ada yang melihat dirinya keluar dari mobil. Setidaknya, seperti itu yang Reuni pikirkan saat ini.
“Kenapa berhenti?” Tanya Reuni, ketika Geral berhenti setelah sampai di gerbang sekolah.
“Udah sampai gerbang, jangan jalan bareng gue, ya.”
Oh, oke. Reuni sekarang mengerti dengan jalan pikiran Geral. Gadis itu kemudian menoleh ke sekitar, masih sepi. Sebab, waktu baru menunjukkan pukul setengah tujuh.
Gadis itu sedikit menyapa pak satpam sekolahnya sebelum membalas ucapan Geral. “Kamu malu jalan sama aku, karena kamu insecure sama fisik kamu, kan?” Tanya Reuni hati-hati, berusaha agar Geral tidak tersinggung dengan ucapannya.
“Gue cuman gak mau bikin lo malu.”
“Bukan, sebenarnya kamu yang gak cukup percaya diri, Ge.”
Geral hanya diam, tidak memungkiri ucapan gadis yang berjalan semester di sampingnya itu.
“Lihat di samping lo.”
Reuni spontan melihat ke samping, ada beberapa siswa yang Re kenali masih kelas sepuluh itu menatap mereka sembari berbisik-bisik. Gadis itu kemudian memgangkat bahu, tidak ingin peduli.
“Selama kamu gak peduli dengan bisik-bisik mereka, aku pikir semua akan baik-baik saja, Ge. Aku juga gak pernah merasa malu, kok. Lagian, hidup kita bukan berputar tentang omongan mereka, kan?”
“Re,” Geral kembali berhenti, laki-laki itu menatap Reuni dengan serius.
“Gue cuman gak mau bikin lo malu, please. Lo udah mau bantuin gue waktu itu aja udah cukup bagi gue. Lo orang baik, Re. Tapi lo harus ngerti posisi gue.”
Reuni menggeleng pelan, sudah cukup baginya Geral selalu merasa malu. Reuni kasihan bila lali-laki itu selalu insecure atas fisiknya. Untuk itu, Reuni harus membantu Geral. “Dan kamu gak pernah bikin aku malu, kok, Ge. Kamu nganggep aku teman, kan?" Tanyanya.
Geral hanya menjawab dengan anggukan kepala.
“Kalau gitu, kamu harus berubah."
"Maksudnya?"
"Kamu gak boleh insecure lagi."
☆☆☆
"Wih, apaan nih?” Suara heboh milik David langsung menyambut Reuni yang baru saja sampai di kelasnya. Pasalnya, tas kresek yang berukuran sedang yang sedang dipegangnya itu berhasil meraih perhatian teman sekelasnya tersebut yang duduk di tempat duduk guru.

KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI
Teen FictionUpdate Tiap Hari #1 in Geral (5 Juli 2020) #1 In Pandai (5 Juli 2020) #3 In Reuni (5 Juli 2020) KISAH FIKSI Reuni adalah gadis yang pandai. Namanya selalu menjadi rangking pertama disetiap pengumuman kejuaraan. Karena sifatnya yang penurut dan suka...