Sorry for typos.
Jangan lupa vote.
"Hallo ... Reuni."
Reuni tersenyum kikuk dan menyapa balik saat Geral menyapanya ketika hendak keluar gerbang sekolah. Ini untuk pertama kalinya, mereka saling menyapa semenjak Reuni mengatakan bahwa mereka tidak bisa sedekat lagi seperti dulu.
Geral tersenyum manis saat Reuni membalas sapaannya. Berjalan beriringan dengan sengaja membuat jarak kurang lebih semeter dengan cewek yang beberapa hari sengaja menghindar dari mereka.
"Jalan kaki?"
Reuni mengangguk. Tak menjawab dengan suara. Membiarkan sunyi berteman beberapa saat dengan mereka. Tapi, respon itu tetap membuat Geral tersenyum. Setidaknya, Reuni masih mau diajak bicara.
Sampai Reuni sendiri bersuara. "Kamu juga?" Karena gadis itu sedikit bingung dengan Geral yang berjalan dengannya.
"Iyah."
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Kenapa jalan kaki?"
"Lho, emang kenapa jalan kaki? Gak boleh?" Kali ini Geral memang suka menjawab pertanyaan dengan pertayaan balik.
Reuni melipat bibirnya, gemas sendiri dengan Geral yang kini tertawa lucu.
"Sengaja," jawab Geral kemudian. "Gue sengaja mau jalan kaki bareng lo," lanjut cowok itu.
Membuat Reuni spontan menoleh padanya. Namun, tetap tidak mengeluarkan suara. Sibuk bertanya pada diri sendiri mengapa Geral bicara seperti itu
"Hari ini udah hari sabtu, senin besok kita udah UN. Jadi, hari ini, mungkin hari terakhir kita saling ketemu atau bahkan saling ngomong."
Reuni terhenyak. Kepalanya mendongak, menatap Geral dengan bingung. "Kenapa?" tanyanya lirih.
Geral tersenyum, kali ini dia menatap lurus ke depan. Tidak lagi memandang Reuni yang selalu membuat jantungnya berdebar. "Seperti kata lo sebelum semuanya berakhir seperti ini-hambar karena lo menghindar dari gue dan Fabian- gue udah harus fokus dengan cita-cita gue. So, selama UN gue bakalan benar-benar fokus. Dan mungkin, gue gak bakalan nyapa lo lagi kecuali dengan senyum gue." Geral menghela napas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya yang terasa berat. "Besoknya setelah UN gue udah harus berangkat. Walaupun gue gak ke luar negeri, tapi, gue gak tinggal lagi di Jakarta untuk beberapa tahun ke depan. Dan, mungkin juga, selama itu kita gak bakalan ketemu lagi."
Tak ada respon yang Ge dapati. Membuatnya sedikit menoleh ke belakang. Mendapati Reuni yang terdiam di sana. "Re, ayok," ucapnya kemudian.
Reuni menatap Geral kembali, seolah ingin bicara tapi rasanya mulutnya terasa berat.
"Lo risih ya, deket-deket gue?"
Cewek itu menggeleng kuat-kuat.
"Gak nyaman deket-deket gue?"
Reuni kembali menggeleng.
"Terasa terbebani dengan perasaan gue ke lo?"
"Enggak," jawab Reuni pelan.
Mendengarnya, Geral tersenyum tipis. Cowok itu memasukan kedua tangannya di saku celananya. Berhenti melangkah yang kali ini membalikkan tubuhnya agar bisa melihat Reuni dengan jelas. Karena sedari tadi, Geral hanya sesekali menoleh pada gadis itu.
"Boleh gue tanya satu hal?"
"Apa?"
"Selama ini lo rasain ketika bareng sama gue?"
Reuni diam, membuat Geral menghela napas kecil dengan tetap tersenyum. Menghibur diri sendiri dengan tak seharusnya menanyakan perasaan gadis itu. Ini belum saatnya.
"Ayo, pulang," ajak Ge lagi.
"Rumah kita beda arah, Ge."
"Hari ini gue anter sampe rumah, lo gak masalah? Anggap hari terakhir kita bisa kek gini."
"Ge ...." lirih Reuni pelan. Jujur saja, Reuni tidak ingin ada di posisi ini. Hari terakhir yang Geral katakan sedikit membuatnya bersedih.
"Boleh, kan? Atau setelah ini, lo perlu janji dari gue kalau gue gak bakal deket-deket lagi sama lo? Atau, sekalian kita gak usah temenan aja? Pura-pura gak pernah kenal seperti dulu. Lo dengan Reuni yang dikenal banyak orang karena otak lo yang buat orang-orang kagum dan gue, Geral dengan kehidupannya yang baru."
"Ge ... aku gak bermaksud kek gitu. Kita masih bisa temenan, tapi, insensitas kita gak seperti dulu."
Geral terlihat menggeleng. Melepas satu tangannya dari dalam saku celana. Kembali menolehkan wajahnya ke arah lain sebelum bicara, "Temenan sama lo gak cukup, Re. Hati gue mau lebih dari itu."
Reuni kembali dibuat diam. Menunduk dalam dengan perasaan bersalah.
"Gak usah terlalu dipikirin, sorry udah buat beban dipikiran lo. Gue cuman gak mau mendam, Re. Lo orang pertama yang dengan tulus berteman dengan gue."
"Itu berarti kamu hanya kagum sama aku, Ge. Kamu hanya kagum karena aku berbuat baik sama kamu."
Geral tertawa pelan mendengarnya, kembali menatap Reuni dengan serius. "Sayangnya lo salah, Re. Lo udah buat gue jatuh cinta sedalam-dalamnnya dengan segala apa yang lo miliki."
"Re, saat ini gue bakalan berjuang. Tapi, gue gak pernah minta lo buat nunggu. Gue juga sadar, kita masih kecil untuk bicara hal serius. Satu hal yang perlu lo tau, untuk masalah beda agama, lo gak perlu khawatir. Saat ini juga, gue masih nyari kebenaran. Gue hanya butuh satu dari lo, doa. Semoga gue bisa nemuin jalan kebenaran yang suatu saat bisa gue jadikan pedoman."
"Jangan pernah mikir juga kalo gue lakuin ini karna gue suka sama lo, sama sekali enggak. Ini udah kemauan gue dari dulu," lanjut Geral. Cowok itu sudah kembali berjalan. Membiarkan Reuni berjalan di belakangnya tanpa memberikan respon apapun.
Geral juga tak butuh jawaban, cowok itu hanya butuh di dengar. Sampai di depan gerbang milik gadis itu, Geral kembali berpesan.
"Suatu saat lo harus bisa milih, Reuni." Geral menghela napas sejenak, kembali tersenyum dengan senyum manis yang ia miliki. "Jaga diri baik-baik. Semoga kita masih bisa bertemu di lain waktu dengan keadaan yang tepat."
"Gue pamit, terima kasih untuk semua kebaikan lo." Selanjutnya Geral berbalik, berjalan membelakangi Reuni. Menatap langit dengan setitik harapan. Dengan doa yang sempat Ge gumamkan. Pada DIA yang Maha Kuasa.
☆☆☆
Maaf pendek.

KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI
Teen FictionUpdate Tiap Hari #1 in Geral (5 Juli 2020) #1 In Pandai (5 Juli 2020) #3 In Reuni (5 Juli 2020) KISAH FIKSI Reuni adalah gadis yang pandai. Namanya selalu menjadi rangking pertama disetiap pengumuman kejuaraan. Karena sifatnya yang penurut dan suka...