33. Keputusan

71 16 0
                                    

Jangan lupa vote. And, sorry for typos.

Reuni menggigit bibir bawahnya dengan pelan. Cewek itu menatap Fabian dan Geral secara bergantian dengan tatapan tak percaya. Dua cowok yang ditatap oleh Reuni itu malah terbilang santai, berbanding terbalik dengan Reuni yang rasanya ingin jungkir balik saat ini juga.

Bagaimana tidak?

Seminggu yang lalu, Fabian mengungkapkan rasa padanya. Dan, besoknya Geral juga mengaku bahwa dia mencintainya.

Namun, sekarang? Mereka malah bersikap biasa seperti tak pernah terjadi apa-apa. Hal itu yang membuat Reuni gelisah sedari tadi. Bahkan, tatapan iri dari kaum hawa yang lain sudah tidak sempat mengambil perhatian Reuni saat ini.

"Sorry, kita nyulik lo ke sini."

Reuni mengerjapkan matanya spontan, cewek itu memang sedikit terpaksa mengikuti dua cowok yang ada di hadapannya ini untuk pergi ke kantin di jam kosong seperti ini. Jam kosong karena sebagian guru kelas 12 sedang ada rapat kecil-kecilan. Tapi, bukan berarti Reuni merasa bahwa dia sedang diculik. Sama sekali tidak!

"Abisnya, udah seminggu ini lo ngejauh dari kita." Fabian ikut bersuara. Tapi, suaranya terdengar sangat ringan. Cowok itu bahkan berbicara seperti itu di tengah-tengah makannya.

Geral mengangguk, membenarkan ucapan Fabian. "Dan kita gak suka lo ngejauh."

Untuk kedua kalinya, Reuni menunduk sembari menggigit bibir bawahnya pelan. Tidak berani menatap wajah dua cowok tampan dengan sikap yang berbeda itu.

"Gue dan Geral udah sama-sama ngungkapin perasaan kita ke lo. Itu berarti, lo udah tau gimana perasaan gue sama Geral. Kita berdua sama-sama mencintai lo." Fabian menjeda sejenak. "Dan lo gak ada kewajiban harus jawab sekarang kok, Re. Kita masih terlalu muda untuk kita bicara tentang cinta. Dari kita bertiga juga, gak ada yang pengen nikah setelah lulus SMA, kan?"

Pertanyaan Fabian tidak membutuhkan jawaban. Cowok itu meminum air mineral lalu menatap Reuni dan Geral secara bergantian. "Gue sendiri masih mau lanjutin study. Jadi, Re, lo gak perlu pusing mikirin gimana perasaan gue. Jalanin aja sebagaimana kita berteman."

"Gue juga sama. Perjalanan gue masih panjang. Jadi, lo juga gak perlu pusing mikir perasaan gue, Reuni. Yang penting lo udah tau, gimana perasaan gue ke lo. Gue ikutan ngaku karena gue gak mau perasaan gue berakhir dengan cara dipendem." Geral ikut menambahi.

Membuat Reuni yang hanya bisa diam. Tidak menyangka bahwa dirinya akan ada di posisi ini. Bagi cewek lain di luar sana, mungkin posisi inilah yang mereka nanti-nanti. Disukai oleh cowok tampan yang menjadi idola bagi sebagian kaum hawa di sekolahnya tentu adalah hal yang sangat luar biasa. Lalu, tanpa pikir panjang, akan memilih salah satu dari mereka.

Tapi, cewek ini adalah Reuni. Cewek pintar yang tidak pernah pacaran dan tidak ingin pernah pacaran, yang berarti tidak punya pengalaman. Reuni bahkan masih tidak berani mengangkat wajahnya. Memilih menunduk dengan mengaduk-ngaduk minumannya yang sudah dipesan terlebih dulu guna meminimalisir detakan jantungnya yang berlebihan.

Bicara perihal perasaannya, Reuni memang sempat menyukai Fabian diam-diam. Mengagumi cowok itu tanpa pernah orang lain tahu. Tapi, makin ke sini, Reuni tidak tahu siapa yang menempati hatinya. Fabian dan Geral sama-sama memiliki porsi dalam dirinya. Katakanlah, untuk saat ini Reuni plinplan. Tapi, memang itu adanya. Reuni sama sekali tidak tahu tentang hatinya.

Seminggu yang lalu, cewek itu sengaja menjauh dari Fabian dan Geral. Bukan semata-mata karena cewek itu malas dengan ucapan pedas dari orang lain. Bukan juga karena teman-teman sekelasnya yang kadang menyindirnya karena Reuni sudah jarang bersama mereka. Tapi, semata-mata Reuni ingin menjaga jarak. Cewek itu ingin menata hatinya. Juga, tidak seharusnya Reuni berteman dekat dengan kedua cowok itu. Ada yang salah dalam hubungan pertemanan mereka.

"Jadi, lo gak perlu menjauh dari kita. Gue gak suka," ucap Fabian lagi disertai dengan nada tegas. Rasanya, seminggu yang lalu ketika Reuni  menjauh dari mereka, Fabian kehilangan fokus. Yang ada dipikirannya hanya Reuni, Reuni dan Reuni. Berpikir bagaimana caranya agar hubungan mereka kembali seperti dulu. Dan, sekarang, dirinya harus mengembalikan hubungan mereka sebagai teman.

"Gue juga gak suka. Lo udah masuk dalam lingkaran pertemanan kita, Re."

Reuni mendongak, meletakkan sendok yang sedari tadi dipegangnya. Kembali menatap Fabian dan Geral secara bergantian. Menghela napas pelan sebelum bicara, "Kita gak bisa berteman lagi, Bi, Ge." Yang membuat Fabian dan Geral terdiam sejenak dengan menampilkan wajah tak terima.

"Gak seharusnya aku deket dengan kalian. Gak seharusnya ada hubungan antara aku, kamu," Reuni sedikit menjeda ucapannya. Cewek itu menunjuk dirinya dan Fabian. "Dan, kamu, Ge," lanjutnya dengan matanya mengarah pada cowok itu.

Sebelum membiarkan Fabian maupun Geral untuk bicara, Reuni kembali bersuara. "Aku gak bisa terus pura-pura gak denger apa kata orang tentang aku, Bi, Ge. Aku gak bisa nahan apa kata orang di luar sana yang selalu ngejudge aku. Aku gak bisa selalu diam diri sedang di luar sana banyak orang yang gak suka sama aku."

Bohong. Reuni justru sama sekali tidak mempedulikan bagaimana pandangan orang padanya. Gadis itu hanya sedang membuat alibi agar punya alasan untuk bisa menjaga jarak dengan kedua cowok itu.

"Tapi, apa yang mereka bilang kan, gak bener, Re," elak Fabian.

"Lagipula, lo itu cewek yang baik, Re. Gue tau, lo nolongin gue waktu itu karna lo tulus buat bantuin gue. Lo gak perlulah, ambil pusing sedang apa yang mereka omongin sama sekali gak ada di lo."

Reuni menggeleng. Sudah saatnya Reuni mengakhiri pertemanannya dengan kedua cowok itu. Agar keadaan kembali seperti semula. Keadaan di mana tidak pernah ada yang mencibirnya ataupun dulu pernah ada yang mencibirnya, setidaknya tidak mereka lakukan terang-terangan seperti yang sekarang-sekarang ini. "Aku juga gak bisa terus pura-pura bahwa kita gak ada hubungan saudara yang bisa dengan gampangnya kita dekat seperti ini. Kita bukan mahrom."

Fabian dan Geral kembali terdiam. Dua cowok itu seolah sedang ribut dengan pikiran masing-masing. Terlihat jelas dari tatapan mereka yang tidak bisa Reuni deskripsikan.

"Ujian Nasional kurang sebulan lagi. Kita udah harusnya fokus dengan hal itu. Aku harap, kalian bisa fokus dengan cita-cita masing-masing." Reuni berdiri dari tempat duduknya, tersenyum kecil sebelum melanjutkan ucapannya, "setelah ini, kita masih bisa berteman, kok. Tapi, gak seperti yang sekarang ini.  Kita hanya cukup jaga jarak."

"Aku permisi, ya. Senang bisa dekat dengan kalian selama kurang lebih tiga bulan ini." Setelah berucap, Reuni beranjak. Berjalan meninggalkan Fabian dan Geral dengan perasaannya yang sedikit lega.

Setidaknya, setelah ini Reuni tidak akan mendapati akun IGnya yang dibanjiri dengan puluhan yang terkadang bisa sampai ratusan dari para fans kedua cowok itu.

Setidaknya, dengan keputusannya ini, Reuni tidak akan mendapati tatapan sinis dari para cewek yang masih satu sekolahnya. Juga, setidaknya Reuni bisa benar-benar fokus pada Ujian Nasional yang sebentar lagi akan dihadapi.

☆☆☆

Salam, Win.






REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang