11. Lupa

112 14 1
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Hari ini hari pertama Reuni untuk membantu Ge belajar. Itulah alasan mengapa Re tidak bisa membantu Fabian untuk pergi ke panti asuhan.

Gadis itu berjalan memasuki ruangan dewan guru, menemui Ge yang sudah duduk di salah satu kursi meja kerja bu Wiya.

"Hai," Re menyapa Ge dengan senyum ramahnya. Juga menyapa bu Wiya yang kini sudah duduk di tempat kerja guru lain yang sudah pulang lebih dulu.

Reuni sedikit menggeser tempat duduknya, memberi jarak pada laki-laki itu agar Re bisa lebih leluasa bergerak.

"Kita belajar fisika dulu, ya?"

Ge mengangguk setuju, tangannya bergerak mengambil buku dari dalam tasnya.

Sebelum Re mulai menjelaskan, Ge berucap terlebih dulu. "Untuk kemarin, gue minta maaf, ya, Re. Gue gak bermaksud apa-apa, kok," ucap Ge pelan disela-sela Reuni menyiapkan buku-bukunya.

Reuni sedikit mendongak, gadis itu lalu tersenyum ramah khasnya. "Gak papa kok, aku juga tau kalau kamu gak ada maksud apa-apa. Cuman ya, aku gak suka aja langsung di traktir gitu tanpa bilang dulu. Selama aku masih bisa bayar, aku bakalan bayar sendiri."

Ge tersenyum paham. Selanjutnya membiarkan Reuni dengan semangatnya menejelaskan satu bab materi yang baru beberapa minggu kemarin Ge pelajari.

Selama Re menjelaskan, Ge mendengarkan dengan baik. Bahkan laki-laki itu bisa dibilang cepat memahami apa yang Re jelaskan. Cara Re menjelaskan itu menyenangkan, gadis itu membahas satu bab materi dengan singkat. Sesekali diselingi oleh canda yang membuat Ge merasa bahwa dia tidak sedang belajar. Re juga memberikan satu contoh soal yang bisa di kerjakan dengan benar oleh Ge.

Setelah merasa Ge memahami apa yang dijelaskan, Re berpindah pada materi selanjutnya. Namun, sekarang, Ge sudah tidak fokus atas penjelasan gadis itu. Pandangan Ge mulai beralih menatap Reuni.

Matanya Re itu jernih, bola matanya sangat hitam. Pipi gadis itu tidak bisa dibilang tirus tapi tidak bisa dibilang cubby. Wajahnya juga tidak berjerawat, hanya ada satu yang bisa Ge lihat dari dekat. Re juga menurut Ge tipe orang yang tidak suka memakai make-up, terlihat dari wajahnya yang bersih. Walau begitu, Re sama sekali tidak terlihat pucat.

Melihat Re yang hanya berjarak semeter darinya itu membuat senyumnya merekah. Reuni cantik khasnya. Perlahan, Ge mulai menyadari bahwa dia telah jatuh dalam pesona Reuni. Hanya jatuh, buka cinta. Ge tidak seberani itu mencintai seorang Reuni.

"Ge?"

"Ah iya." Ge sedikit kaget, matanya kembali fokus menatap buku yang ditunjuk oleh Reuni.

"Tolong jangan liatin kek gitu, ya." Dan ternyata, Re sadar telah diperhatikan. Ge terlanjur malu namun tetap meminta maaf.

Menit berlalu, Reuni pun menutup bukunya. Gadis itu kemudian menatap Geral.

"Udah jam berapa sekarang?" Tanyanya.

Untuk kedua kalinya, Ge mengernyit heran. Matanya mencari jam tangan yang kiranya melingkar di pergelangan gadis itu. Tidak ditemui. Dan sekarang, Ge juga sadar. Bahwa Re jarang sekali memegang handphone.

Apa Reuni tidak punya handphone?

Baik, Geral harus cari tahu hal itu.

"Udah mau mau jam empat."

Mendengarnya Re hanya mengangguk , tangannya bergerak memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Ingin beranjak dari tempat duduknya

"Kita udahan dulu, ya."

Ge tersenyum, "Makasih Re."

"Sama-sama. Kalau gitu aku duluan, ya."

"Gak sholat ashar, dulu?"

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang