23. Sampai Kapan?

91 12 11
                                    

Reuni mengedarkan pandangannya menelusuri sisa bangku kosong yang ada di kantin sekolahnya. Gadis itu menghela napas kecil, saat matamya tak kunjung mendapatkan kursi yang tidak di duduki oleh siswa-siswi sekolahnya. Sedikit menyesali karena telah menolak ajakkan teman-temannya untuk pergi ke kantin begitu jam istrahat berbunyi. Tapi sekarang, Re baru sempat ke kantin saat teman-temannya yang lain sudah balik ke kelas.

Reuni tidak punya pilihan, gadis itu melangkah menuju tempat penjualan makanan ringan. Lebih memilih untuk membeli satu bungkus roti dan satu botol air mineral. Walau sebenarnya, Re ingin memesan semangkok bakso, karena perutnya sedang berdangdut di dalam sana. Tapi, mengingat dilarang membawa makanan berat ke dalam kelas-kecuali bekal dari rumah- Reuni mengurungkan niatnya.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Reuni bergegas untuk kembali ke kelas. Karena tidak hati-hati dan tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri, Reuni kehilangan keseimbangan saat menaiki tangga yang ada di lantai dua. Gadis itu sedikit histeris, memejamkan matanya untuk bersiap-siap mendarat di lantai dengan tidak begitu etis.

Tapi, Reuni tidak merasakan sakit terbentur di lantai, ada seseorang yang menopang belakangnya. Membuat Reuni tentu saja tidak terjatuh. Gadis itu kemudian menoleh ke belakang, selisih satu tangga dari belakangnya, ada Geral yang sudah berdiri tegap. Lalu tanpa sepatah kata, laki-laki itu berjalan mendahului Reuni.

Reuni terdiam beberapa saat, masih menormalkan detak jantung karena kaget dari kejadian barusan. Menghela napas sejenak, sebelum menyusul Ge yang sudah sedikit menjauh darinya.

"Ge!"

Geral tidak menolah, membuat Reuni kembali mengulang memanggil nama cowok itu. Untuk kedua kalinya, Geral kembali menganggap Reuni angin lalu, laki-laki tetap tidak menoleh. Reuni kemudian menghembuskan napasnya dengan kesal.

Menyadari disekitarnya sudah banyak yang memperhatikan dirinya, Reuni memutuskan untuk tidak memanggil lagi laki-laki itu. Mau sampai kapan Geral seperti itu?

Baiklah, kalau begitu Reuni harus cepat-cepat membantu Geral. Mengubahnya dengan pribadi Geral yang baru. Geral yang percaya diri. Bukan Geral yang minder dan pemalu.

☆☆☆

Reuni sempat berjanji pada bu Evi untuk mengatur buku-buku baru yang akan diletakkan di rak khusus tempat buku baru. Untuk itu, sekarang ketika bel pulang telah berbunyi beberapa menit lalu, Reuni melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Ketika melewati kelas 12 IPA 7, Reuni sedikit mengecek kelas itu. Barangkali terjadi sesuatu pada Geral seperti waktu itu.

Reuni bersyukur ketika di dalam kelas itu benar-benar tidak ada orang. Membuatnya melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan dengan ceria.

Bu Evi sendiri tidak serta-merta meminta Reuni untuk membantunya. Penjaga perpus SMA Merah-Putih tersebut akan memberi Reuni upah. Walau tahu, Reuni adalah siswi yang tulus dan tak ingin pamrih ketika membantu.

Tak sampai setengah jam, Reuni selesai membantu bu Evi. Gadis itu tersenyum puas sembari menatap buku-buku yang tadinya berserakan di kardus besar, kini tersusun rapi di atas rak.

"Terima kasih, ya, Reuni."

Re kembali tersenyum, kepalanya dianggukan sesopan mungkin. Kemudian berpamitan, melangkah keluar dari perpustakaan. Melewati dengan santai setiap koridor yang ia tapaki.

Hanya saja, tepat di bawah tangga menuju lantai dua, laki-laki dengan seragamnya di luar, rambutnya acak-acakkan tengah bersedakap sembari bersandar di dinding membuat Reuni menghentikan langkahnya dengan sedikit terkejut.

Dia, laki-laki yang bernama Rio kini menatap Reuni dengan senyum miring. Kakinya di angkat sebelah, di sandarkan di dinding. Tangannya masih tetap bersedekap, tubuhnya juga masih bersandar di dinding. Seakan menunggu Reuni lewat di depannya.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang