10. PDKT

123 13 3
                                    

Pagi ini, setelah jam istrahat berbunyi, Reuni langsung mengiyakan ajakan Shinta untuk pergi ke kantin, sebab, sedari tadi perutnya sudah berdangdutan di dalam sana. Suara ramai di lapangan karena sedang ada permainan basket kecil-kecilan, sama sekali tidak membuat Reuni tertarik untuk berhenti. Bahkan gadis itu harus menarik tangan Shinta untuk mempercepat langkahnya agar cepat sampai.

"Kelaparan banget, Re?" Shinta tersenyun geli atas temannya itu. Dan Reuni mengangguk, membenarkan ucapan Shinta. Gadis itu benar-benar kelaparan sekarang. Semalam Re lupa makan, karena terlalu semangat mengajari sang adik dan Gesya. Bukan hanya mereka berdua sebenarnya, tapi ada salah satu anak tetangga yang juga ingin belajar bersama Reuni.

Harusnya mereka memang belajar sore, tapi supir yang bertugas mengantar Gesya sedikit terlambat mengantarkan gadis kecil itu ke rumahnya, alasan karena ban mobilnya pecah di tengah jalan. Membuat Reuni mengucap syukur waktu itu, bukan syukur karena ban pecah. Tapi syukur, karena Re masih bisa istrahat di waktu sore.

"Reuni!"

Bukan cuman Reuni yang langsung menoleh ke belakang, tapi juga Shinta. Kedua gadis itu sama-sama melihat sang pemilik suara yang memanggil nama Reuni.

"Azri?"

Yang di sebut oleh Reuni mengangguk. Cowok yang bernama Azri itu tersenyum tipis setelah mendekat ke arahnya.

"Ini," Azri terlihat menyodorkan puluhan lembar kertas yang berwarna biru.

Reuni menerima puluhan kertas itu, sedikit membacanya. Perlahan, senyumnya terukir di wajahnya.

"Oh, jadi ya?"

Azri mengangguk. "Lo bisa gak?"

"Tentu, kan waktu itu aku yang nawarin."

Azri kembali tersenyum, kali ini senyumnya lebih mengembang. "Terima kasih, ya, Re. Kalau ada apa-apa atau butuh informasi lebih, hubungi gue aja, ya. Nomor handphone lo masih yang itu, kan?"

"Iya, aku gak pernah ganti nomor, kok."

"Sip, kalau gitu gue duluan, ya, Re, Shin."

Reuni mengangguk dan Shinta yang terdiam. Sedetik kemudian Azri berjalan mendahului mereka.

"Kenapa Shin?" Begitu tanya Reuni ketika menyadari temannya itu terdiam.

"Seorang Azri kenal sama gue?" Shinta terlihat syok. Mau tak mau membuat Reuni tertawa geli. Azri sendiri adalah ketua Rohis mereka sewaktu kelas sebelas. Laki-laki itu memang terkenal dengan senyumnya yang tipis dan jarang menyapa orang lain lebih dulu untuk orang yang tidak ia kenal. Tapi sikap itu hanya tertuju pada perempuan, kalau sesama laki-laki sikap Azri seratus persen akan berubah menjadi sosok Azri yang luar biasa ramah. Reuni tahu hal itu, karena dulunya Re adalah anggota Rohis. Jadi, sedikitnya Reuni tahu tentang laki-laki itu.

"Kayaknya bukan cuman nama kamu yang Azri kenal."

"Maksudnya?"

"Azri itu kenal semua angkatan kita."

"Kok bisa?"

"Iya, waktu itu aku belum jadi anggota Rohis, Azri udah tau aja nama aku."

"Yeeh, itu karena lo emang banyak di kenal orang, Re. Dari kelas 10 sampe kelas 12 juga kayaknya banyak yang kenal sama lo."

"Duh, aku itu gak banyak di kenal orang, Shinta. Yang terkenal tuh, Aria, teman sekelas kita. Terus Chindy, dari 12 IPA 4, sama siapa tuh, eum, Rara dari IPS 1," ucapnya, menyebut nama-nama siswi yang memang terkenal dengan wajah cantik mereka. Meskipun cantik, nama-nama yang di sebut oleh Reuni barusan juga gadis-gadis yang bisa dibilang ramah. Kecuali Rara, gadis itu memang sedikit lebih jutek dari yang lain.

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang