28. Peningkatan

79 11 2
                                    

Hari perayaan ulang tahun sekolahnya sudah lewat, aktivitas belajar-mengajar kembali seperti biasa. Reuni berjalan santai sembari membawa beberapa buku biologi yang diminta oleh bu Ece-guru biologi mereka. Sebenarnya berdua bareng Marcel. Tapi laki-laki itu sedang ada urusan di toilet. Jadilah Reuni berjalan sendiri untuk sampai ke kelas dengan membawa sebagian buku. Sebagiannya lagi akan dibawa oleh Marcel yang tentunya akan menyusul.

"Mau dibantuin?"

Reuni menoleh, sedetiknya tersenyum ketika melihat Geral yang semakin hari semakin terlihat perubahannya. Tubuhnya tidak segemuk empat minggu kemarin, laki-laki itu juga sudah tidak minder berbicara dengan Reuni di depan banyak orang. Juga, sesekali terlihat bermain basket bersama Fabian ketika mereka datang kepagian.

Reuni kemudian menggeleng pelan sembari tersenyum khasnya. "Gak usah, cuman dikit kok, ini. Jadi gak berat."

"Gak papa, sini gue bantuin." Geral sudah mengambil alih buku-buku yang dipegang Reuni, namun saat melangkah, beberapa meter dari mereka terlihat bu Wiya yang berjalan ke arah mereka dengan membawa beberapa buku.

Reuni terkekeh pelan saat menyadari raut wajah Geral yang berubah masam. Mengambil kembali buku-buku yang sudah dipegang laki-laki itu. "Bu Wiya udah mau masuk tuh."

"Gue izin lima menit gak papa juga."

"Gak usah Ge, lima menit itu sia-sia banget cuman mau bantuin aku nganterin buku ini. Lagian, gak berat kok."

Geral hanya bisa mengangguk pasrah. Sedikit pamit pada gadis itu untuk memasuki kelasnya begitu bu Wiya semakin dekat pada mereka.

Reuni sedikit menunduk, menyapa bu Wiya dengan senyumnya yang hangat. Bu Wiya ikut mengangguk dan tersenyum lalu berucap pelan pada siswi yang menjadi kebanggaan guru-guru, termasuk bu Wiya sendiri. "Terima kasih, ya, Reuni."

"Terima kasih untuk apa, Bu?"

"Terima kasih sudah bantu Geral, beberapa minggu terakhir ini, nilai perhitungan Geral mengalami peningkatan yang cukup besar. Biasanya, nilai standar saja Ibu sudah bersyukur. Tapi, sekarang nilai rata-rata Geral selalu di atas standar."

Reuni tersenyum, turut bahagia apa yang baru saja bu Wiya katakan. "Geral memang cepet paham, Bu. Tapi sudah hampir dua minggu ini saya gak lagi bantuin Geral belajar."

Bu Wiya mengangguk pelan, "Geral memang sudah cerita soal itu, tapi, walaupun begitu Ibu tetap berterima kasih. Geral berubah karena kamu."

"Berubah karna saya?"

"Maksudnya, karena ada dorongan dari kamu."


Reuni mengulum senyum, mengucap terima kasih kembali pada bu Wiya. Setelahnya pamit untuk kembali ke kelasnya, takutnya bu Ece sudah menunggu di sana.

"Jadi, dia yang caper sama Fabian?"

Reuni sedikit memelankan langkahnya ketika mendengar celetukkan yang terdengar jelas di telinganya. Gadis itu menoleh ke samping, tepat di depan kelas 12 IPA 3. Di pintu kelas itu berdiri dua orang siswi yang saling bersandar di sisi pintu.

"Iyah, jadi gimana menurut lo?"


Dua gadis itu sedikit melirik Reuni, sengaja mengeraskan suaranya agar bisa didengar oleh Reuni.

"Masih cantikkan gue." Satu siswi berambut panjang yang berada di sisi kiri pintu kembali berucap dengan satu temannya yang mengangguk setuju.

"Masih cantikkan gue juga."

"Di mah untung pinternya doang, mah."

"Sama dia cocoknya sama siapa tuh, si Ge Ge-muk itu."

"Si Geral?"

"Iyah, sama si Geral. Gak cocok bener sama Fabian. Liat aja penampilannya, terlalu biasa."

"Ya kan lo tau sendiri, dia emang anak orang biasa di sini. Cuman ngarepin beasiswa juga, biasalah jiwa misquen."

Reuni hanya menghela napas pelan mendengar kalimat-kalimat pedas itu. Tidak ingin membalas apapun, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya dengan santai untuk sampai ke kelas. Hanya saja tawa mereka terdengar, membuat Reuni mengusap dada dengan tangan sebelahnya sembari mengucap istighfar walau tidak mendengar dengan jelas ucapan selanjutnya yang mereka lontarkan.

Reuni tidak boleh marah. Lagipula, apa yang mereka ucapkan itu tidak benar. Sejak kapan dia caper pada Fabian? Tidak pernah malah. Untuk itu, Reuni menganggap tidak pernah mendengar apa-apa. Memilih untuk menghiraukan segala omongan buruk yang tidak ada pada dirinya. Bila hidup dengan memusingkan omongan orang, tentu tidak baik bukan?

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang