20. Bantuan

88 15 1
                                    

“Eh, besok kita jalan-jalan, yuk. Boring nih belajar terus. Mumpung besok hari ahad.” Rini yang saat ini sedang duduk di kursi guru tiba-tiba saja bersuara, memecahkan kesunyian kelas mereka yang saat ini sedang jam kosong. Sebagian besar dari mereka lebih memilih untuk belajar atau sekadar membaca novel ataupun komik daripada harus membuat keributan tanda ‘merdeka’ ala anak-anak sekolah lainnya.

“Kemana?” Shinta yang sedang membaca novel meletakkan buku novelnya tersebut di atas meja, lalu menanyakan hal itu pada Rini.

“Mall, kita nonton bioskop. Ada film baru, nih.”

“Gue ikut dong,” ujar Shinta antusias.

“Gue juga.” David ikut bersuara.

“Apalagi gue.” Marcel yang menambahkan, membuat satu persatu dari mereka juga ikut menyumbangkan suara.

“Kita harus ikut semua dong, ya gak, Re?” Rini menatap Reuni, karena gadis itu yang sama sekali tidak bersuara.

Reuni menatap Rini yang memang berada di depannya, karena tempat duduk Reuni sendiri berhadapan langsung dengan meja guru.

“Re?”

“Aku gak bisa ikut. Soalnya udah ada jani.” Janji pada bu Ratna agar datang ke rumahnya.

“Oh ya udah.” Rini mengalihkan atensinya pada teman-temannya yang lain. “Jadi selain Reuni siapa nih, yang gak bisa datang?”

Tidak ada yang menjawab. “Sip, berarti semua pada datang, ya. Kita janjian di mall aja, jam sepuluh, gimana?”

“Boleh.” Marcel menjawab.

“Gue numpang di mobil lo, ya, Ra?” Rini menatap Aria dengan cengirannya.

“Dasar gak modal! Yang ngajak tapi malah numpang,” sewot David.

Rini tidak menjawab, gadis itu malah tertawa lebar.

☆☆☆

"Re?"

Reuni menoleh ke samping, mendapati Marcel yang juga sama dengannya, sama-sama sedang memakai sepatu di pelataran mushola sekolah.

“Iya?” Reuni sudah selesai memakai sepatunya, gadis itu sekarang sudah berdiri. Menunggu Marcel untuk jalan bersama ke kelas mereka.

Marcel ikut berdiri, langkahnya mendekati Reuni. “Kemarin ada yang ngeliat Rio nyamperin elo, bener?”

Reuni mengernyit, gadis itu sama sekali tidak mengatakan hal itu pada siapapun. Saat itu juga Reuni merasa yang tahu cuman Fabian, tidak ada yang lain.

“Ada temen gue yang bilang.”

Reuni mengangguk sekilas, “Iyah.”

“Lo gak diapa-apain, kan?”

“Enggak kok, kemarin juga ada Fabian yang nolongin.”

Gantian Marcel yang mengangguk, perlahan langkah kakinya memelan. Menatap Reuni dengan serius. “Itu baru permulaan Rio, Re. Gue harap lo dengerin apa yang mau gue omongin sekarang. Lo kalau mau ngomong atau bantuin Geral belajar, it’s okey. Gue gak serta merta sama dengan teman-teman yang lain yang langsung ngelarang lo, walaupun mereka juga khawatir sama lo. Tapi ya, harus ada gue.”

REUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang