Fabian meletakkan tasnya ke atas meja dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan sprei berwarna putih. Laki-laki itu menoleh ke samping, melihat sebuah kotak yang berisi brownis pemberian Reuni.
Fabian kemudian tersenyum kecil, lalu tertawa lucu saat ingatannya berputar pada kejadian di kelas akibat ulah Gavin.
"Gaees, coba lihat gue bawa apa?" Begitu ucap Gavin yang berhasil merebut seluruh perhatian kelas 12 IPA 4, termasuk Fabian yang sedang membaca buku kumpulan puisi dari sastrawan terkenal Sapardi Djoko Damono.
"Itu apaan, Gav?" Salah satu temannya yang bertanya namun mewakili rasa penasaran mereka.
"Ini brownis coklat dari orang terpandai di sekolah ini."
"Reuni?"
Gavin mengangguk. "Siapa lagi?"
"Dan, lo semua tau gak, brownis ini buat siapa?"
"Yang jelas bukan buat lo!"
Gavin tertawa renyah saat mendengar celetukan Chindy.
"Ini buat Fabian." Fabian yang disebut, kembali menolehkan wajahnya ke arah Gavin yang berdiri di depan kelas. Temannya itu dengan segala tingkah ajibnya mengedipkan sebelah matanya padanya, yang membuat Fabian merasa ngeri sendiri.
"Gak heran lagi gue mah." Celetukkan Chindy kembali terdengar.
"Tapi yang bikin heran itu..." Gavin menggantungkan ucapannya, dia melirik Fabian yang sudah penasaran akan kalimatnya selanjutnya.
"Fabian minjemin jas laboratorium dia sama Reuni, tanpa Reuni minta."
Mata Fabian spontan melotot, lalu melirik teman-temannya yang menatapnya dengan menggoda.
"Itu beneran, Bi?" Tanya Chindy.
Fabian tidak menjawab, laki-laki itu meletakkan buku yang sedari tadi dibaca ke atas mejanya. Lalu berjalan menuju Gavin. Mengambil paksa jas laboratorium, tak lupa akan kotak brownis tersebut. Tak bisa dipungkiri, senyumnya mengembang yang membuat Gavin malah tertawa.
"Lo jangan suka sama cewek itu, dong, Bi. Saingan gue berat banget," ucap Chindy, yang mendapat tawa seisi kelas mereka. Sedang Fabian hanya mendelik malas pada cewek itu.
"Bi, bagi satu dong." Suara Gavin kembali terdengar saat Fabian sudah duduk ditempatnya. Bahkan, teman sekelasnya itu sudah berada ditempat duduknya.
"Gak boleh, yang boleh makan cuman gue," tukas Fabian yang mendapatkan kata cie oleh teman-teman sekelasnya.
"Lo kalo lagi suka sama orang, pelit banget, ya."
Fabian diam.
"Dan, satu ketinggalan. Lo dapat salam dari Reuni."
"Ngada-ngada!"
"Emang." Gavin tertawa keras.
"Ya kali, kan, kalau gue bilang kek gitu lo malah blushing."
"Ohya hati-hati, Bi."
Fabian kembali menatap Gavin.
"Hati-hati, gue suka ngembat cewek teman gue," bisik Gavin di telinganya dengan wajahnya yang dibuat serius
Sedang Fabian saat itu hanya mendengkus. Dan Gavin kembali tertawa keras.
☆☆☆
"TOLONG!"
Reuni memberhentikan sepedanya, menajamkan pendengarannya ketika terdengar suara wanita yang berteriak dengan kencang. Gadis itu mengedarkan pandangan, ini sudah jam delapan malam. Biasanya, jam segini jalan yang sedang dilaluinya terbilang cukup sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI
Teen FictionUpdate Tiap Hari #1 in Geral (5 Juli 2020) #1 In Pandai (5 Juli 2020) #3 In Reuni (5 Juli 2020) KISAH FIKSI Reuni adalah gadis yang pandai. Namanya selalu menjadi rangking pertama disetiap pengumuman kejuaraan. Karena sifatnya yang penurut dan suka...