19 |•NEKAT•|

265 19 2
                                    

"Udahlah ikut gue," ucap Marissa dengan pergi begitu saja.

Jihan masih setia membututi Marissa yang lebih jalan duluan. Dia melihat Marissa menghentikan langkahnya dan melambaikan tangannya ketika dia melihat taksi yang lewat didepan sekolahannya. Akhirnya taksi tersebut berhenti. Marissa dan Jihan pun masuk ke taksi dan melanjutkan perjalanan yang entah Marissa mau pergi kemana.

°°°

Sesampainya di tempat tujuan, Jihan mendelikkan matanya ketika dirinya sudah berada didepan mall yang cukup jauh dari sekolahan. Marissa menyodorkan satu lembar uang bewarna merah dan keluar dari taksi tersebut.

Jihan mendekat ke arah Marissa yang sedang tersenyum melihat ke arah mall. Seakan Marissa tidak pernah melihat mall di dekat rumahnya.

"Lo ke mall? Kan lo sakit? Terus orang di rumah lo, udah ada yang tau?" Tanya Jihan yang begitu khawatir atas kesehatan Marissa yang masih begitu lemah.

Marissa yang mendengar pertanyaan dari Jihan hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi menuju mall yang sudah didepan matanya. Jihan yang melongo ketika dirinya ditinggal begitu saja oleh Marissa. 'Nih anak udah haus pergi ke mall,' batin Jihan dengan melangkahkan kakinya untuk menyusul Marissa yang telah meninggalkannya.

Didalam mall, Marissa dan Jihan melihat barang-barang branded yang harganya begitu fantastis dan tidak mungkin dimiliki oleh para pelajar seperti mereka.

"Selamat datang," sapa pegawai dengan nada yang menyepelekan keberadaan Marissa dan Jihan.

Marissa berjalan ke arah sepatu branded, sedangkan Jihan berjalan ke arah tas branded. Marissa tak sengaja melihat sepatu yang begitu menarik dimatanya. Dia mengambil sepatu tersebut untuk mencobanya. Namun, pegawai toko tersebut mencegah Marissa.

"Dilarang memegang mbak," ucap pegawai.

"Kenapa? Disini tidak ada tulisan 'dilarang memegang'?"

"Iya mbak, tapi gak boleh!" Kekeh pegawai tersebut.

"Baiklah, kalau begitu carikan ukuran sepatu nomor 39!"

"Kosong mbak," ucap pegawai tersebut tanpa mencari sepatu yang diingkan oleh Marissa.

Marissa menggeram, dia menahan amarahnya atas perlakuan pegawai tersebut. Kenapa pegawai tersebut terlalu menyepelekan konsumennya? Memang Marissa statusnya masih pelajar. Tapi dia bisa membeli sepatu tersebut sekaligus pabrik yang membuatnya.

"Ayo," ucap singkat Marissa kepada Jihan. Jihan pun membuntuti Marissa yang mendahului langkahnya.

Marissa terus berjalan mengelilingi mall tanpa lelah. Jihan mendengus kesal, karena sudah lebih dari 1 jam dia dan Marissa mengelilingi mall yang entah mau kemana. Akhirnya Jihan menyeret Marissa untuk memasuki rumah makan untuk beristirahat sekaligus mengisi perutnya yang kosong.

"Ngapain sih lo narik-narik gue?" Protes Marissa dengan duduk didepannya Jihan.

"Gila," jawab Jihan hanya satu kata.

"Siapa yang gila?"

"Lo tuh yang gila! Dari tadi gue buntuti lo lebih dari 1 jam!"

"Ngapain juga lo mau buntuti gue,"

"Karena gue khawatir sama lo! Keadaan lo belum pulih, tapi lo malah nekat kek gini!"

Marissa hanya mendengarkan tak acuh. Entah mengapa yang membuat Marissa seperti ini.

"Lo pesan apa? Terserah lo, gue yang bayar!" Ucap Jihan.

"Makasih Jihan,"

Dengan senang hati, Marissa memilih makanan yaitu udang. Dia tidak sadar apa yang dia makan dan akan mengakibatkan luka di kepalanya dan juga tubuhnya.

THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang