Mama Laurent pun langsung memeluk Kevin dan menumpahkan air matanya. Kevin pun mengusap air mata mamanya lalu memeluknya erat.
°°°
Dua hari setelah Kevin mengajak Marissa ke pemakaman papanya, akhirnya dia memenuhi janji yang telah dibuatnya kepada Marissa. Sebelumnya Kevin sudah menghubungi Marissa, namun hasilnya nihil. Marissa sulit dihubungi akhir-akhir ini, entah apa yang Marissa lakukan sampai-sampai dia sulit dihubungi.
Tanpa berpikir panjang, Kevin pun memutuskan untuk langsung ke rumahnya Marissa. Kevin melihat jam tangannya yang tengah menunjukkan pukul 8 pagi. Dia sempat berpikir kalau Marissa masih tidur terlentang di atas kasur empuknya.
Kevin berjalan menuju ke garasi rumahnya. Terlihat di sana ada 3 mobil pribadi miliknya dan 1 mobil milik mamanya serta 1 motor sport kesayangannya yang belum pernah untuk membonceng pacar Kevin. Kali ini dia membawa motor sport miliknya. Agar motor sportnya bisa berkeliling-keliling kota Jakarta bersama kekasihnya Kevin.
30 menit didalam perjalanan, akhirnya Kevin pun sampai di rumahnya Marissa.
°°°
Marissa masih berada di alam mimpinya. Padahal sejak pagi tadi mamanya terus membangunkannya, tetapi Marissa tak kunjung bangun dari tidurnya.
Suara deru motor milik Kevin terdengar sampai di kamar Marissa. Marissa merasa terusik mendengar suara motor sport tersebut yang entah milik siapa. Marissa menutupi telinganya dengan guling agar suaranya tidak dapat lagi terdengar. Namun, hasilnya nihil. Suara tersebut semakin menjadi-jadi. Marissa pun bangkit dari tidurnya dan menuju ke arah jendela. Dia melihat ada motor sport di depan rumahnya. Tapi dia tak menghiraukannya dan kembali ke aktivitas sebelumnya. Yaitu tidur.
Kegiatan Marissa saat liburan sekolah hanya makan, mandi, tidur. Begitu terus sampai kadang di marahi oleh mamanya. Tapi ya namanya Marissa tetap saja melakukannya.
Saat Marissa ingin menutup matanya. Tiba-tiba pintu kamar Marissa di gedor-gedor oleh mamanya. Marissa menghembuskan napas kasarnya.
"Marissa! Bangun! Buka Marissa!" Ucap mama Vania dengan menggedor-gedor pintu kamar Marissa. Marissa merasa terusik, akhirnya dia membukakan pintu kamarnya.
"Ada apa sih ma?" Tanya Marissa.
"Cepat mandi! Ada yang mau ngajak kamu jalan," ketusnya mama Vania lalu meninggalkan Marissa.
"CEPETAN MARISSA!" Teriak mama Vania dari bawah.
Marissa memutar matanya jengah. Lalu dia mengambil handuknya dan memasuki kamar mandinya dengan malas.
10 menit kemudian, Marissa keluar dari kamar mandi dengan style ala kadarnya. Hanya mengenakan kaos bewarna putih serta celana panjang dengan warna abu-abu. Marissa berjalan di meja riasnya, dia mempoleskan make up natural di wajahnya. Agar wajahnya tidak terlihat pucat.
Setelah selesai, Marissa pun turun untuk menemui siapa orang yang akan mengajaknya jalan hari ini. Sorot mata Marissa menatap tajam ketika dia mendapati sosok Kevin yang sedang bermain handphone. Dia melangkahkan kakinya untuk menuju ke arah Kevin berada, lalu dia duduk di samping Kevin.
"Dari kemarin sampai hari ini di kamar terus? Sampai-sampai telepon dari gue gak dijawab, buat apaan gue beliin handphone lo kalau lo sendiri gak mau angkat telepon gue!" Dumel Kevin setelah Marissa duduk disampingnya dengan kedua tangannya dilipat di dadanya.
"Ishhh! Marah-marah mulu, harusnya gue yang marah! Kemana aja selama 2 hari ini? WhatsApp gue gak dibales-bales!" Ucap Marissa dengan tatapan sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...