Keesokan harinya, Marissa bersiap diri untuk menuju ke kantor polisi. Dia ingin menemui teman baiknya sekaligus sepupunya. Tenang saja, Marissa kesana bukan untuk mengintrogasi mereka tapi dia mau berterima kasih atas apa yang mereka lakukan kepadanya.
Marissa bercermin, dia mengoleskan obat di luka wajahnya yang diterimanya kemarin malam dari Kevin. Setelah obat itu mengering, Marissa menggunakan bedak agar tidak terlihat pucat.
Suara mobil masuk terdengar dari kamar Marissa. Dia mengintip dari jendela dan dia yakin kalau itu adalah Kevin. Karena semalam, dia dan Kevin sudah bersepakat untuk menemui Gilang dan Jihan apabila Kevin yang mengantarnya. Mau tidak mau Marissa mengiyakannya.
Dengan segera, Marissa turun ke bawah untuk menemui Kevin. Kevin sudah ada di ruang tengah bersama mamanya. Mereka nampak ngobrol biasa, tidak ada keseriusan yang mereka bicarakan.
"Sekarang?" Tanya Marissa dengan duduk di sebelah mamanya.
"Kamu gak apa nengokin mereka? Mama khawatir sayang," ucap mama Vania.
Marissa menggelengkan kepalanya dengan yakin. Karena mereka berada di kantor polisi dan tidak mungkin mereka melakukan hal yang sama.
Setelah berpamitan kepada mama Vania, mereka pun pergi untuk menuju ke kantor polisi.
°°°
Sesampainya di kantor polisi, Kevin mencegah Marissa untuk keluar dari mobilnya. "Gue ikut!" Ucapnya simple.
Marissa ingin menjawabnya, tapi Kevin tiba-tiba keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Marissa.
Marissa dan Kevin pun berjalan beriringan. Sesampainya di dalam, Kevin meminta izin kepada polisi agar mereka dapat menemui Gilang dan juga Jihan. Polisi mengizinkan mereka untuk menemui Gilang dan Jihan, tetapi hanya 10 menit saja. Marissa dan Kevin pun menunggu mereka datang di tempat yang telah di siapkan.
Gilang dan Jihan pun datang dengan di kawal polisi di belakangnya. Mereka menundukkan kepalanya seakan mereka malu melihat Marissa berada di sana.
Marissa menatap Jihan dan Gilang dengan berkaca-kaca. Dia tak menyangka jika sahabat serta sepupunya bisa jahat kepadanya.
"Maaf," ucap Jihan dengan lirih. Marissa diam, dia tidak menjawabnya. Marissa hanya ingin bertanya kepada mereka mengapa mereka tega melakukan ini semua?
"Kenapa kalian melakukan ini semua? Dan lo Jihan, selama ini kita bersahabat bukan? Tapi kenapa lo malah membuat gue benci sama lo? Dan Gilang, gue gak nyangka kalau sepupu gue yang dulunya menghilang entah dimana, tiba-tiba muncul dengan bersetongkol dengan dia?" Ucap Marissa. Kevin yang ada disebelahnya berusaha menenangkannya.
"Lo bebas mau benci sama gue," ucap Jihan. Sedangkan Gilang? Dia hanya diam saja.
"Gue mau tanya itu saja kok, iya udah kita pergi dari sini!" Ucap Marissa dengan menggandeng tangan Kevin untuk pergi dari tempat tersebut.
"Tunggu," cegah Gilang. Marissa dan Kevin pun menghentikan langkahnya.
Tanpa basa-basi, Gilang memeluk Marissa dengan erat. Air matanya tidak bisa dibendungnya. Dia benar-benar fake kepada sepupunya itu. "Maafin gue, gue gak bermaksud untuk melukai lo Marissa!" Ucap Gilang tersedu-sedu.
Marissa melepaskan pelukannya. Dia menatap Gilang dan menghapus air matanya. "Gue nyangka aja lo ngelakuin ini semua Lang, gue sepupu lo dan gue yakin lo gak mungkin ngelakuin ini semua tanpa alasan! Tapi maafin gue Lang, untuk masalah ini gue gak bisa bantuin lo!" Ucap Marissa.
Gilang tersenyum, "gue hanya ingin menebus kesalahan gue dengan cara ini, gue ikhlas! Jaga mama dan papa ya,"
Marissa menganggukkan kepalanya lalu menatap ke arah Jihan. "Gue harap persahabatan kita putus dari sini Han, gue gak bisa berteman apalagi bersahabat sama orang yang udah nyelakain gue!" Ucapnya ke Jihan. Jihan hanya diam mendengar ucapan dari Marissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Fiksi Remaja[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...