15 |•SADAR•|

370 20 1
                                    

Bagi yang jomblo siapkan mentalnya ya:)

°°°

"Kevin," panggil wanita paruh baya kepada Kevin yang sedang ingin tidur di ruangannya.

Kevin yang hendak ingin membaringkan tubuhnya, dia langsung memposisikan dirinya untuk duduk di sofa.

"Kamu yakinkan kalau Marissa selamat?" Tanya mama Vania dengan duduk disebelahnya Kevin.

"Iya Tante, tadi operasinya berjalan dengan lancarkan kok. Terus kondisinya sudah lebih membaik daripada sebelumnya," terang Kevin.

"Syukurlah kalau begitu,"

"Iya udah Tante istirahat di rumah aja, biar Kevin yang jagain Marissa!"

"Tap—"

"Tenang Tante, sayakan juga dokter!"

Akhirnya mama Vania menganggukkan kepalanya dan pergi ke rumahnya untuk beristirahat.

Kevin yang tadinya ingin beristirahat, langsung menuju ke ruang rawat Marissa untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.

Kevin memasuki ruang rawatnya Marissa dan langsung memastikan kondisinya. Kevin bernafas lega. Marissa sudah melewati masa kritisnya. Dia semakin membaik semenjak menjalani operasi.

Kevin merasakan ngantuk berat. Dia tidak sengaja memejamkan matanya di pinggir ranjang rawat Marissa dan tangannya menyentuh tangan Marissa.

°°°

Keesokan harinya, Kevin membuka matanya. Dia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7 pagi. Dia sangat terkejut ketika tangannya di genggam erat oleh Marissa. Seakan dia tidak diperbolehkan pergi oleh Marissa.

Akhirnya Kevin mendekatkan wajahnya ke arah telinga dan membisikkan sesuatu kepadanya.

"Marissa, bangun ya. Disini banyak orang yang sayang sama lo, ada mama Vania, papa Bov, mama Laurent, Gilang, dan—" Kevin berhenti sejenak.

"Bangun ya Marissa, gue akan jaga lo. Gue janji! Gue gak akan marah-marah lagi, gak akan cuek lagi sama lo. Tapi hanya untuk lo saja, bukan untuk orang lain. Marissa! Ayo bangun," tambahnya lagi.

Beberapa detik kemudian, Marissa menggerakkan jarinya perlahan. Kevin merasakan pergerakan jari Marissa. Dia meliriknya. "Marissa bangun ya," ucap Kevin.

Akhirnya Marissa membuka matanya secara perlahan. Dia menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia melihat ruangan bernuansa putih dan bau obat yang menyengat. Dia tau kalau dirinya sedang berada di rumah sakit.

"Awshhh," rintih Marissa dengan memegang kepalanya yang terasa nyeri.

"Jangan banyak bergerak, nanti kepala lo tambah sakit!" Ucap Kevin dengan mengelus kepalanya Marissa.

Marissa hanya diam tak berkutik. 'kenapa Kevin berubah? Aneh' batinnya.

"Gue hubungi mama dulu," ucap Kevin dengan sedikit menjauh agar dirinya bisa menelpon mamanya Marissa, dan mamanya.

Pertama yang di telepon oleh Kevin adalah mamanya Marissa.

Mama Vania
+6285*********

"Halo?" Ucap Kevin ketika sudah terhubung oleh mama Vania.

"Halo Kevin? Gimana?"

"Marissa sudah sadar Tante,"

"Beneran? Iya udah Tante segera ke sana sekarang,"

"Iya,"

Setelah itu Kevin menutup teleponnya dan segera menghubungi mamanya.

THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang