"Kami tunggu disini,"
Setelah Kevin mengetahui jika ada orang yang ingin mendonorkan darahnya, dia segera mempersiapkan ruangannya.
°°°
"Selamat sore," ucap laki-laki tampan dibalik pintu ruangan dimana tempat mendonorkan darahnya.
Kevin mendengar suara tersebut langsung membukakan pintu. Dia terkejut ketika melihat sosok lelaki tampan tersebut. "Lo?" Ucap Kevin.
"Hehehe, kenapa? Terkejut ya?" Jawab Regan dengan memasuki ruangan donor darah yang telah disiapkan.
"Ternyata lo?"
"Yes,"
"Golongan darah lo Rh-null?"
"Yes, kenapa? Mau gak? Kalau gak mau, gue pergi dari sini,"
"Sensi amat! Sini lengan lo,"
Dengan menyodorkan lengannya, Regan sangat santai dengan memainkan handphone nya ketika darahnya diambil.
Kevin mengambil darahnya satu kantong. Karena dalam satu kantong darah, dapat menyelamatkan 3-4 orang.
"Jangan lupa minum vitaminnya," ucap Kevin dengan menempelkan hansaplast ke lengan Regan.
"Santai dong, gue juga dokter kali!"
"Hmm,"
°°°
Setelah aksi donor darah selesai. Kevin segera menghubungi dokter yang tengah menangani Marissa. Kevin memberikan satu kantong darah yang telah didapatkannya dari sahabatnya. Sebenarnya Kevin tidak mengetahui jika Regan memiliki darah yang sama dengan Marissa. Apabila Kevin mengetahui lebih awal, mungkin dia langsung menghubungi Regan untuk membantu dia. Tapi untung saja Regan mau menghubunginya terlebih dahulu. Sehingga Marissa dapat terselamatkan dari komanya.
"Kamu dapat darimana?" Tanya mama Laurent.
"Ada ma, temen aku ada yang punya golongan darah yang sama!"
"Syukurlah kalau begitu, semoga Marissa cepat sadar!" Ucap mama Laurent. Kevin yang mendengar ucapan dari mamanya hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Apalagi yang harus Kevin bantu selain mencarikan pendonor yang sama? Dia ingin menangani pengobatan Marissa secara langsung. Namun, bukan bidang dia untuk menangani hal semacam ini.
"Maaf dok, sepertinya kita perlu operasi secepatnya!" Ucap dokter yang menangani Marissa.
"Karena di otaknya ada pembuluh darahnya yang pecah, sehingga kami membutuhkan anda!"
"Kapan?" Tanya Kevin secara singkat.
"Kita lihat kondisinya pasien terlebih dahulu, kalau memang keadaan lebih membaik kita laksanakan malam ini juga! Kalau tidak memungkinkan, kemungkinan besok!"
Kevin hanya mengangguk paham. Dokter tersebut meninggalkan keluarga Kevin untuk menuju ruangannya.
Mama Vania sangat terpuruk. Keadaan dia lemas dan tak sanggup lagi untuk berdiri. Yang dipikirkan oleh dia hanya keselamatan Marissa. Dan tentunya dia memikirkan bagaimana caranya mengabari suaminya sendiri. Dia takut dengan Bov jika suaminya nanti marah besar kepadanya.
"Kevin," ucap mama Vania.
Kevin melangkahkan kakinya untuk menuju dimana tempat duduk Vania berada.
"Selamatkan Marissa, hanya dia satu-satunya anak kami!" Ucap mama Vania dengan menangis meminta tolong kepada Kevin. Agar Kevin dapat menyelamatkan anak semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...