"Ehem," deheman seorang wanita paruh baya dari arah belakang yang membuat Kevin dan Marissa tersentak kaget.
Kedua mata Marissa dan Kevin melihat ke arah suara tersebut berada. Tampak di sana mama Vania berdiri dengan mengulur senyum tipis di bibirnya. Mama Vania melangkahkan kakinya ke arah Marissa dan Kevin berada. Tangan mama Vania mengusap puncak kepala Kevin dan Marissa.
"Terima kasih Kevin sudah menjaga Marissa," ucap mama Vania kepada Kevin. Kevin menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
"Baru kali ini tante lihat Kevin tersenyum, hehehe manis juga ternyata kamu! Gak salah pilih mantu," ucap mama Vania dengan terkekeh. Kevin salting. Kedua pipi Kevin memerah layaknya kepiting rebus. Lalu dia berpura-pura mengusap seluruh wajahnya untuk menyamarkan pipi meronanya.
"Tante besok pagi Marissa sudah boleh pulang," ucap Kevin kepada mama Vania. Mama Vania hanya menganggukkan kepalanya dengan menyuapi makan Marissa.
°°°
Pagi harinya, Marissa diperbolehkan pulang ke rumahnya agar dapat beristirahat total selama pemulihan. Dia pulang bersama Kevin, karena mamanya sudah pulang terlebih dahulu untuk mempersiapkan kebutuhan Marissa di rumah.
Di tengah perjalanan suasana hening. Hanya terdengar suara musik yang menggelegar di telinga Marissa. Marissa merasakan bosan, dia hanya berdoa agar perjalanan ini cepat sampai ke rumahnya. Agar dirinya bisa bebas dari rasa bosan yang dirasakannya.
Sesampainya di rumah, Kevin membantu Marissa berjalan untuk menuju ke dalam rumahnya. Kevin memencet bel rumah, pintu rumah terbuka dan menampilkan papa Bov yang terlihat menahan amarahnya.
Tanpa basa-basi, papa Bov mencengkeram kuat kerah baju Kevin. Kevin melepaskan Marissa dan menahan tangan papa Bov.
"Kamu mau bunuh anak saya?" Ucap papa Bov dengan nada lantang kepada Kevin.
"Niat apa saya bunuh anak bapak?" Tanya balik Kevin dengan menahan cengkeraman tangan papa Bov.
"Kamu gak becus!!!"
"Kalau emang saya gak becus!!! Saya tidak bisa menyelamatkan nyawa anak bapak," ucap Kevin yang tak mau kalah. Bukannya Kevin melawan orang tua, tapi perilaku papanya Marissalah yang membuat Kevin memberanikan diri untuk melawannya.
Ketika mendengar perkataan dari Kevin, tangan kanannya mengepal kuat dan hendak melayang di pipi kanan Kevin. Namun tangan papa Bov dicekal oleh Marissa. Marissa sudah tidak bisa lagi melihat papanya sendiri yang ingin memukuli Kevin.
"Siapa lagi yang ingin jadi korban? Kemarin mama dan sekarang Kevin? Dimana letak belas kasih dan hormat anda kepada sesama?" Ucap Marissa kepada papanya.
"Jangan ikut campur urusan orang dewasa!!!" Ucap papa Bov dengan menampar pipi kanan Marissa.
Marissa tertegun. Dia meneteskan air matanya. Dia benar-benar hancur. Papanya sendiri sudah menamparnya. "Papa boleh nampar Marissa beribu kali, tapi papa jangan sakiti orang-orang yang Marissa sayangi!!!" Ucap Marissa dengan menggandeng tangan Kevin untuk mengajaknya dia pergi dari tempat tersebut.
Di dalam mobil, tangis Marissa semakin menjadi-jadi. Kevin bingung mau menenangkan Marissa dengan cara apa. Lalu Kevin berhenti dipinggir jalan.
"Sudah gak usah nangis," ucap Kevin dengan menenangkan Marissa.
Marissa mengusap air matanya lalu memeluk tubuh Kevin dengan erat. Seakan dirinya menumpahkan sakit hatinya kepada Kevin dengan cara memeluknya. Marissa tidak ingin kehilangan orang-orang yang dia sayang. Dia juga tidak mau jika orang yang dia sayang menderita di hadapannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...