Marissa yang mendengar jawaban dari mamanya juga tersenyum. Dia sangat puas mendengar pernyataan dari mamanya. 'Semoga mama selalu bahagia,' batin Marissa ketika dia melihat punggung mamanya yang telah meninggalkan mamanya.
°°°
Pagi hari yang cerah serta matahari yang mulai memancarkan cahaya dan dapat tembus di celah-celah jendela milik Marissa. Dia terbangun dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku akibat posisi tidur yang tidak berubah dari posisi semula. Dia melihat jam bekernya di atas nakas meja. Jam tersebut menunjukkan pukul 6 pagi.
Marissa hari ini ingin masuk sekolah. Karena sudah lama dia tidak masuk sekolah akibat kecelakaan yang telah menimpanya.
Akhirnya Marissa mengambil kuncir rambutnya dan menguncirnya rambutnya secara asal. Dia mengambil handuk yang terletak di kursi meja belajarnya dan melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar mandi.
15 menit kemudian. Marissa keluar dari kamar mandi yang masih mengenakan baju tidurnya, dia berjalan menuju almari yang berisikan baju sekolahnya. Dia mengambil baju putih abu-abu yang tengah digantung dan segera ganti pakaian tidurnya dengan seragam sekolahnya.
Setelah selesai ganti baju dan mempoleskan make up tipis untuk menutupi wajah pucatnya, Marissa sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Tetapi Marissa merasa aneh melihat kepalanya yang masih dililit oleh perban. Marissa mempunyai ide untuk menutupi perban tersebut. Akhirnya dia mengambil topi rajut bewarna putih dari almarinya untuk menutupi perban yang berada di kepalanya.
Setelah merasa selesai bersiap-siap, akhirnya Marissa turun ke bawah untuk menuju ke ruang makan.
Di ruang makan, menampilkan laki-laki paruh baya yang merupakan papanya sendiri. Marissa berjalan cuek dan tak menghiraukan papanya yang berada di depannya.
"Kamu sekolah?" Tanya papa Bov kepada Marissa yang sedang menyantap roti selai coklat. Namun, Marissa hanya diam seakan dirinya tidak mendengarkan pertanyaan dari papanya sendiri. Marissa juga tidak mau durhaka kepada papanya sendiri. Tapi akibat ulahnya papanya yang semalam, seakan Marissa tidak mau melihat wajah papanya lagi.
"Kalo ditanya sama orang tua itu dijawab!! Bukan diam aja, mau jadi anak durhaka kamu?" Bentak papa Bov kepada Marissa.
Marissa memutar bola matanya jengah, "papa sendiri yang membuat Marissa malas ketemu lagi dengan papa," jawab Marissa dengan meneguk air putih.
"Ma, Marissa mau pamit," ucap Marissa dengan mencium tangan mamanya.
"Beneran kamu mau masuk?"
"Iya ma, Marissa bosan di rumah!"
Setelah berpamitan dengan mamanya, Marissa berjalan kaki untuk pergi ke luar rumah.
Marissa celingak-celinguk untuk mencari taksi yang lewat. Namun, hasilnya nihil. Marissa putus asa mencari taksi. Dia melihat jam tangannya menunjukkan pukul 06.50.
Setelah 5 menit kemudian, akhirnya ada taksi yang lewat. Penantian yang ditungu-tunggu akhirnya membuahkan hasil juga.
Setelah sampai disekolah, Marissa berjalan dengan cepat untuk menuju ke kelasnya. Dia sangat rindu sekolah. Apalagi dengan teman-temannya yang sangat receh ketika lagi ngelawak.
Marissa melewati teman-temannya yang sedang ngerumpi di bangku depan. Biasa itu temannya suka membahas gosip yang sangat panas disekolah ini.
"Hai," sapa Marissa kepada Jihan.
Jihan tak menghiraukan kehadiran Marissa. Karena Jihan masih fokus kepada handphonenya serta mengenakan headset yang menyumpal kedua telinganya.
"Pantesan budek!!! Lo nyumpal headset di telinga lo," ucap Marissa dengan menarik headset yang tengah menyumpal di telinga Marissa.
Jihan tersontak kaget, dia bernapas terengah-engah akibat ulah dari Marissa yang telah mengagetkannya. "Ngagetin lo," ucap Jihan.
"MARISSA, AKHIRNYA LO MASUK JUGA! LO GAK APA-APA KAN? TERUS ITU KENAPA? GILA GUE KANGEN SAMA LO," ucap Jihan dengan meninggikan suaranya.
"Tenang, gue gak gak apa-apa kok!"
"Sorry ya Sa, gue sebelumnya belum jenguk lo di rumah sakit,"
"Gak apa-apa kok,"
"Gue seneng banget lo udah masuk, jangan sakit lagi ya!" Ucap Jihan dengan memeluk Marissa erat-erat.
°°°
Jam istirahat berbunyi. Semua murid yang sedang belajar di kelas mulai meninggalkan kelasnya. Namun, tidak untuk Marissa. Dia sempat diajak oleh Jihan untuk pergi ke kantin tapi dia tolak. Dengan alasan dia sudah membawa bekal dari rumah.
Marissa mengambil handphonenya dari tasnya. Dia mulai melihat handphonenya untuk sekedar melihat chat dari orang-orang yang penting.
"Woy!!!" Ucap Jihan yang mengagetkan Marissa.
"Apaan sih lo ngagetin gue," ucap sinis Marissa kepada Jihan.
"Hehehe, sorry-sorry!" Ucap Jihan dengan duduk di bangkunya sendiri. Jihan menyadari barang yang tengah di genggam oleh Marissa.
"Gila!!!" Ucap Jihan.
"Apaan sih?" Tanya Marissa yang merasa jengkel kepada Jihan yang hari ini senang teriak-teriak.
"It-itu hand-handphone yang ter-terbarukan?" Tanya Jihan yang tersendat-sendat akibat melihat handphone yang tengah di genggam oleh Marissa.
"Menurut lo?" Tanya balik Marissa kepada Jihan dengan berlagak sedikit sombong.
"Hisk, lo malah sombong!! Gue pingin handphone itu, malah lo duluan! Tapi ini gak KW kan?" Ucap Jihan dengan melihat-melihat handphone Iphone 11 pro milik Marissa.
Jihan masih setia melihat handphonenya Marissa dengan raut wajah berkeinginan mendapatkan handphone tersebut. 'kapan gue bisa beli handphone ini?' batin Jihan.
Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi dan melangsungkan pelajaran berikutnya.
Dengan gerakan cepat, Marissa merebut handphonenya dari Jihan yang masih setia mengotak-ngatik handphonenya, lalu meletakkannya ke dalam tas. Karena Marissa tak mau handphone terbagus yang dimilikinya rusak karena ulah teman-temannya.
°°°
Jam pulang akhirnya tiba. Marissa membereskan barang-barangnya lalu meletakkannya ke dalam tas.
Jihan melihat Marissa yang masih sibuk membereskan barang-barangnya. Dia masih setia melihat Marissa. Entah kenapa Jihan melihat gerak-gerik setiap Marissa menggerakkan tubuhnya.
"Lo kenapa?" Tanya Marissa yang merasa risih yang selalu di lihati oleh Jihan.
"Gak apa-apa,"
"Temenin gue yuk,"
"Kemana? Kan lo lagi sakit, gue gak izinin lo pergi kemana-mana!"
"Udahlah ikut gue," ucap Marissa dengan pergi begitu saja.
°°°
Next part ya❤️
Tungguin yang rindu sama bang Kevin yang unyuk-unyuk sedunia ya😂
Part selanjutnya akan menggonjang-ganjingkan hati kalian:v wkwkwk😂
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Roman pour Adolescents[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...