30 |•LIBUR SEKOLAH•|

158 8 0
                                    

Dua hari setelah kejadian, dimana hati Marissa tersakiti karena Jihan. Dia tidak menyangka jika temannya sendiri memaki-maki Marissa.

°°°

Hari yang cerah untuk memulai aktivitas. Tapi tidak untuk Marissa. Dia hanya rebahan di kamar serta mendengarkan lagu K-pop kesukaannya. Dia berharap jika liburan akhir sekolah ini akan menyenangkan dengan rebahan.

"MARISSA," teriak mamanya dengan menggedor-gedor pintu kamar Marissa. Marissa tidak mendengar teriakan dari mamanya, karena dia menyetel sound dengan volume full. Bisa dibayangkan suaranya seperti apa dengan kamar yang tak begitu luas ini? Bahkan kaca juga ikut bergetar.

"MARISSA, KECILKAN SUARANYA! TELINGA MAMA MAU COPOT INI," ucap mamanya dengan mengecilkan volume soundnya.

"Cepat mandi, dua hari kamu tidak mandi?" Tambahnya.

"Kata siapa? Paling-paling sehari sekali," jawab Marissa dengan enteng.

"Ihh jorok kali kamu,"

Marissa tak menghiraukan ucapan dari mamanya.

"Cepat mandi, Kevin akan datang menjemputmu!" Ucap mama Vania.

Marissa tersontak kaget. Kenapa dia harus bertemu dengan dia lagi? Padahal hati Marissa tidak ingin bertemu dengan Kevin.

°°°

"Selamat pagi mama Vania," ucap Kevin dengan sok manis di depan mamanya Marissa. Mama Vania hanya tersenyum tipis menjawab selamat pagi dari Kevin.

"Marissa dimana?" Tanya Kevin.

"Noh masih dikamar, gak mau mandi katanya! Padahal udah 2 hari dia gak mandi," ucap mama Vania.

Kevin bergidik ngeri ketika mendengar jika Marissa tidak mandi selama 2 hari. Iya mau tidak mau, Kevin melangkahkan kakinya untuk menemui Marissa di kamarnya.

"Marissa," sapa Kevin dengan memasuki kamar Marissa. Marissa menatap Kevin jengah. Kenapa harus ada dia disaat liburan seperti ini? Padahal Marissa hanya ingin rebahan dikamar.

"Kenapa lo? 2 hari gak nongol, ohh gue tau? Lo bersenang-senangkan dengan Jihan? Hmm sok lugu! Basi!" Ucap Marissa yang sangat menohok. Entah kenapa mulut Marissa mengucapkan begitu saja didepan Kevin.

"Ciee marah, cemburu ya?" Goda Kevin. Kevin bukannya menenangkan Marissa tapi malah menggodanya.

"Nih ya, siapa yang gak marah coba? Kalau calonnya sendiri di aku-akui sama cewek lain? Lo sendiri juga marah kan, jika gue di aku-akui oleh cowok lain?"

"Gak, gue gak marah!"

"Kenapa?"

"Karena cowok itu lebih baik daripada gue,"

"Ihh nyebelin banget sih lo!" Ucap Marissa dengan memukul-mukul lengan Kevin. Kevin pun hanya terkekeh.

Setelah puas dengan pukulannya, Marissa melanjutkan rebahan dengan menyumpal kedua telinganya menggunakan headset.

Kevin yang melihat Marissa sedang menyumpal kedua telinganya, segera dia tarik headset nya. "Lo ikut gue," ucap Kevin.

"Kemana?" Tanya Marissa.

"Lo nanti juga tau,"

"Oke, entar gue mandi dulu! Lo pergi dari kamar gue, entar lo ngintip lagi!"

"Ogah gue ngintipin lo, jangan lama-lama!" Peringat Kevin setelah itu keluar dari kamar Marissa.

Setelah mandi, dia mengenakan baju sweater dan celana pendek. Toh Kevin tidak memberi tau, mereka akan pergi kemana.

Setelah bersiap-siap, Marissa turun ke bawah. Dia mendapati Kevin yang sedang mengaduk cangkir yang berisikan kopi pahit. Kevin yang tersadar dengan kedatangannya Marissa, dia mendelikkan matanya. Pasalnya pakaian yang dikenakan oleh Marissa sangat minim, dan tidak mungkin jika dia akan pergi ke tempat umum.

"Ganti baju yang lebih sopan," ucap Kevin.

"Emang kenapa? Gak bagus?"

"Gak sopan, ganti gamis atau gak lengan panjang!"

Marissa mendengus kesal. Dia harus balik lagi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Saat Marissa kembali, Kevin terpana dengan penampilannya. Pasalnya Marissa menggunakan gamis serta pasmina yang sleyerkan di leher. Baru kali ini Kevin melihat Marissa mengenakan gamis.

"Nah gitu, kan enak dipandang!" Puji Kevin.

"What? Kamu kesambet apa pakai gamis? Dan kamu dapat gamis dari mana?" Tanya mama Vania yang melihat Marissa sedang mengenakan gamis.

"Gamisnya mama aku pakai," ucap Marissa dengan terkekeh. Mama Vania hanya menggelengkan kepalanya. Karena dia tau kalau gamis itu adalah gamis miliknya.

"Berangkat, ma Kevin sama Marissa pamit dulu!" Pamitnya Kevin kepada mama Vania.

"Ma pamit ya, pinjam ya gamisnya? Kalau bisa buat Marissa aja gamisnya, bagus gamisnya ma," ucap Marissa. Mama Vania hanya tersenyum melihat Marissa mengenakan gamis. 'memang cinta bisa merubah segalanya,' batin mama Vania.

°°°

Marissa terkejut ketika sudah sampai di tempat. Dia menatap Kevin sendu. Seakan tempat tersebut mengingat dia kepada seseorang.

"Kita ke tempat pemakaman papa gue," ucap lirih Kevin kepada Marissa. Marissa pun menganggukkan kepalanya.

Kevin turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya ke tempat pemakaman papanya. Marissa membuntuti Kevin dari arah belakang.

Setelah sampai di makam papanya, Kevin mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Yahya Nugraha Durant. Dia mengingat kebersamaan dengan papanya dulu.

Marissa tak kuasa melihat Kevin yang meneteskan air matanya. Dia benar-benar rapuh ketika mengingat papanya kembali. Marissa mengusap pundak Kevin untuk menguatkannya.

"Kirim doa buat papa, agar papa bisa tenang di sana!" Ucap Marissa. Kevin pun menganggukkan kepalanya.

Setelah mereka berdoa, akhirnya mereka pergi dari tempat pemakaman. Karena hari sudah semakin sore.

Ditengah perjalan, Marissa menatap ke arah Kevin. Dia melihat Kevin yang terlihat sedih. Mungkin dia masih teringat papanya selagi masih hidup dulunya.

"Kenapa?" Tanya Kevin yang sadar jika ditatap oleh Marissa.

"Gak kenapa-kenapa, boleh tanya?"

"Apa?"

"Sejak kapan papa lo meninggal?"

"Sudah lama, mungkin 10 tahun yang lalu, karena beliau terkena serangan jantung!"

Marissa pun hanya ber–oh ria.

°°°

Kevin memarkirkan mobilnya di rumah. Dia pulang ke rumahnya setelah mengantarkan Marissa pulang. Dia merebahkan tubuhnya di sofa.

"Udah pulang?" Tanya mama Laurent.

"Iya," jawabnya singkat.

"Darimana aja? Tadi mama telepon pihak rumah sakit, katanya kamu hanya mampor sebentar!"

"Dari makamnya papa ma,"

"Kok gak ngajak mama? Kan mama ingin kesana," ucap mama Laurent sendu.

"Maafin ma, itu tadi juga dadakan! Gak tau kenapa tiba-tiba Kevin ingin ke makamnya papa,"

"Dengan siapa?"

"Sama Marissa ma,"

Mama Laurent pun langsung memeluk Kevin dan menumpahkan air matanya. Kevin pun mengusap air mata mamanya lalu memeluknya erat.

°°°

Next part❤️

Duh keknya gak bisa dapet feel nya nih
Huhu maapin ya:( nih kekurangan imajinasi dan ide:( jadi gak bisa uwu uwu an sama Kevin:(

Selamat membaca:)

THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang