33 |•MARAH•|

204 11 0
                                    

Biarin dia pergi, karena dia sudah menyakiti hati. Tidak usah kembali, kalau luka lama akan kembali.

°°°

"Gak nyangka gue," tiga kata yang berhasil diucapkan oleh Marissa kepada laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut pun menoleh ke arah belakang. Dimana suara Marissa terdengar. "Marissa," ucap lirih Kevin ketika melihat Marissa sudah berada di belakang.

Marissa tak kuasa membendung tangisannya. Air matanya keluar membasahi pipinya dengan deras. Dia berlari ke arah mobil untuk pergi meninggalkan tempat yang sangat buruk baginya. Seakan-akan Marissa tak mau lagi menginjakkan kakinya ditempat tersebut.

Disisi lain, Kevin terkejut dengan keberadaan Marissa yang tiba-tiba di belakangnya. Dan orang dihadapannya Kevin tersebut adalah Jihan.

Flashback On

Kevin pergi meninggalkan rumah Marissa untuk membelikan martabak sesui dengan keinginannya Marissa.

Setelah selesai membeli martabak dengan topping yang berbeda-beda, akhirnya Kevin pun hendak pergi menuju rumah Marissa. Tetapi pada saat dia menyalakan motornya, tiba-tiba motornya mogok begitu saja. Padahal sebelumnya tidak ada keluhan sedikit apapun. Kevin mendengus kesal. Mau tak mau dia harus mendorong motornya sampai ke bengkel.

Malam mulai tiba, tetapi ada satu pun bengkel yang bisa menangani motornya. Mungkin harus membutuhkan orang ahli di bidangnya.

Kevin merasakan perutnya yang terus berbunyi. Dia sudah tak sanggup lagi untuk menahan laparnya. Untung saja di seberang jalan ada orang yang berjualan sate. Akhirnya Kevin pun pergi untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi.

"Pak pesan 1 porsi ya, makan sini gak," pesan Kevin kepada abang tukang sate. Setelah itu, Kevin duduk untuk menunggu pesannya.

Tak lama kemudian, sate yang dia pesan pun datang. Kevin pun menyantapnya dengan lahap. Namun, pada saat Kevin hendak menyantap tusuk sate yang ke tiga. Tiba-tiba ada seorang gadis yang duduk di hadapannya. Serta mengembangkan senyumnya sumringah.

"Kevin," sapa Jihan. Namun Kevin hanya diam tak menggubris Jihan.

"Ish diam aja, tapi gue suka! Karena cowok yang cool, cuek itu memiliki perhatian yang luar biasa untuk orang yang dia sayang," cerocos Jihan gitu saja.

Kevin lagi dan lagi tak menggubris keberadaan Jihan. Kevin mempercepat makannya agar dia bisa cepat-cepat pergi dari sana.

"Jangan cepat-cepat kalau makan nanti keselek," peringat Jihan dengan menyentuh tangan Kevin yang hendak mengambil sate. Kevin pun menepiskan tangannya agar tangan Jihan dapat tersingkirkan.

"Tingkah lo membuat gue semakin jatuh cinta," ucap Jihan. Ucapannya Jihan berhasil membuat Kevin keselek. Dengan gerakan cepat, Kevin meneguk air putih hingga habis. Kevin pun menatap tajam ke arah Jihan setelah dia minum air putih. Dia kali ini benar-benar marah. Kemarahannya bisa membuat siapapun orang terluka.

"KALAU LO MAU MAKAN, MAKAN AJA GAK USAH GAK GANGGU GUE!" Peringat Kevin dengan tegas.

Jihan tersenyum tipis ketika mendengar peringatan dari Kevin. "Kevin sayang, aku gak ganggu kamu! Aku hanya ingin berduaan dengan mu, mumpung Marissa tidak ada disini," ucap Jihan dengan memegang pipi Kevin.

Kevin memegang tangan Jihan karena dia ingin menyingkirkan tangan Jihan dari pipinya.

"Gak nyangka gue," tiga kata yang berhasil diucapkan oleh Marissa kepada laki-laki tersebut.

Flashback Off

Kevin mengejar Marissa yang hendak masuk ke dalam mobil. Namun, hasilnya nihil. Kevin kurang gerak cepat saat Marissa mau pergi meninggalkannya.

Tak lama kemudian ada taksi lewat, Kevin pun melambaikan tangannya untuk memberhentikan taksi tersebut. Kevin pun melaju dengan kecepatan rata-rata untuk pergi ke rumah Marissa. Nasib motor dengan uang sate jangan ditanyakan. Ada orang suruhan Kevin untuk membereskan itu semua.

°°°

Setelah sampai di rumah Marissa, Kevin pun segera masuk. Namun, satpam rumah Marissa tiba-tiba melarangnya untuk masuk ke dalam rumah.

"Pak saya mau masuk," ucap Kevin dengan singkat.

"Mohon maaf mas, mas Kevin tidak boleh masuk atas perintah non Marissa," jelasnya satpam.

Kevin geram. Dia memaksa masuk supaya dirinya bisa bertemu dengan Marissa. Namun, dengan berulang kali juga satpam yang menjaga rumah Marissa menahan Kevin untuk masuk.

"PAK SAYA INGIN BERTEMU DENGAN MARISSA," ucap Kevin dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Mohon maaf mas, tidak bisa!" Ucap satpam.

Dengan sedikit memaksa, Kevin pun berhasil menerobos gerbang yang tadi di jaga oleh satpam. Akhirnya Kevin bisa leluasa untuk menghampiri Marissa.

Kevin menaiki tangga satu per satu. Tak ada satu pun orang yang ada di rumah. Kevin tak peduli itu, karena dia ingin bertemu dengan Marissa.

Ketika sudah berada di depan kamar Marissa, Kevin mendengar isak tangis di balik pintu kamar Marissa. Kevin yakin kalau isak tangis tersebut adalah tangisannya Marissa.

Kevin melangkah dan mendekat ke arah pintu kamar. Kevin pun mengetok secara perlahan, agar Marissa tak lagi marah dengan dirinya.

"Marissa, ini gue Kevin, dengerin gue ya!" Ucap Kevin yang masih mengetok-ngetok pintu kamar Marissa.

"Marissa, sayang?" Ucap Kevin dengan lembut di balik pintu.

Marissa merasa risih dengan ucapan-ucapan dari Kevin. Dia sangat sakit hati dengan Kevin yang telah mempermainkan perasaannya.

Marissa pun berdiri mendekatkan tubuhnya ke pintu, namun tidak ada niatan untuk membuka pintu untuk Kevin.

"Sayang, gue gak ada hubungannya dengan Jihan! Lo salah paham sama gue, gu-"

"Kalau lo emang benar-benar sayang sama gue, lo gak mungkin nyakitin hati gue KEVIN! Mendingan lo pergi dari rumah gue, karena gue gak mau lagi dengerin apapun dari lo!" Ucap Marissa dengan memotong pembicaraan dari Kevin.

"Tapi Marissa, memang gue gak ada apa-apa sama dia!" Jelasnya Kevin yang masih sama.

"Pergi dari sini Kevin, gue gak mau lagi dengerin apapun dari mulut lo itu!" Ucap Marissa dengan membukakan pintu kamarnya. Dia menatap tajam ke arah Kevin.

Dengan susah payah Marissa mendorong tubuh Kevin untuk keluar. Tapi hanya bisa mencapai ruang tengah. Karena tenaga yang dimiliki oleh Marissa sudah melemah dan tenaga Kevin cukup kuat.

"Ada apa ini rame-rame? Kok kamu usir Kevin sih?" Tanya mama Vania kepada Marissa. Marissa membalikkan badannya lalu mengusap air matanya agar mamanya tak curiga kalau dia habis menangis gara-gara Kevin.

"Ada apa Kevin?" Tanya mama Vania kepada Kevin karena Marissa tak kunjung menjawabnya.

Kevin yang hendak menjawab pertanyaan dari mama Vania, tiba-tiba kakinya di injak begitu saja oleh Marissa. "Gak ada apa-apa ma," jawabnya singkat dengan mendorong tubuh Kevin ke arah luar.

Ketika sampai di luar, tubuh Kevin di dorong begitu saja oleh Marissa. Untung saja, Kevin masih bisa menahan tubuhnya dan tidak sampai jatuh tersungkur di lantai.

"Lo mending pergi dari sini! Dan ingat jangan pernah bilang ke siapa pun kalau lo dekat dengan Jihan!" Peringat Marissa.

"Kan gue gak ada hubungannya sama Jihan," ucap Kevin.

"Kalau ada bukti sih bisa dikatakan dengan adanya hubungan,"

"Gak ada,"

"Terserah! Lo pergi dari sini karena gue gak mau lihat lo lagi," ucap Marissa lalu pergi ke dalam rumah dan meninggalkan Kevin sendirian di luar.

"Gue emang gak ada hubungannya sama Jihan, gue akan buktiin itu!" Gumam Kevin.

Marissa melirik dari arah jendela dan melihat Kevin sudah pergi dari sini. Biarin dia pergi, karena dia sudah menyakiti hati. Tidak usah kembali, kalau luka lama akan kembali.

°°°

Next part❤️

THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang