2 hari setelah kemarahan Marissa dengan Kevin. Kevin pun berani untuk mampir ke rumah Marissa. Dia juga tidak mau terlarut-larut dengan kemarahan.
Kevin berencana mampir ke rumah Marissa setelah dia pulang kerja nanti malam. Karena pagi sampai sore, dia masih ada kerjaan yang tidak boleh ditunda.
Kevin berpamitan kepada mamanya lalu pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Selama 2 hari ini juga Kevin tidak fokus kepada kerjaannya karena pikirannya terhalang oleh Marissa. Dia sengaja menelepon dokter lain untuk menggantikannya bertugas. Kalau dipaksakan bekerja, takutnya nanti malah timbul masalah yang baru.
Setelah sampai di rumah sakit, Kevin pun melangkahkan kakinya untuk menuju ke ruangannya. Di sana dia mengecek seluruh data kesehatan selama dia digantikan oleh dokter lain. Untung saja tidak ada kesalahan sedikit pun dengan kerjaannya.
"Dok?" Ucap suster yang baru saja masuk. Kevin hanya menjawabnya dengan mengangkat alisnya.
"Maaf menganggu, tadi ada telepon dari orang negeri yang mau bekerja sama dengan rumah sakit ini! Kira-kira nanti meeting nya sekitar pukul 7 malam di rumah sakit Yusanda," terang suster kepada Kevin. Kevin pun hanya menjawab dengan anggukan lalu suster tersebut pergi meninggalkan Kevin.
Sekilas, Kevin teringat dengan tujuannya nanti malam. Tapi disisi lain, Kevin tidak bisa untuk malam ini. Karena malam ini merupakan penentu penunjang masuknya rumah sakit Guavisient sampai ke manca negara.
Kevin berpikir bagaimana ia membagi waktunya. Tak mungkin jika dia meninggalkan meeting nya begitu saja demi Marissa. Memang Marissa lebih penting daripada aset rumah sakitnya. Tapi disisi lain, Kevin juga ingin rumah sakitnya berkembang sampai ke manca negara. Karena sejak dari dulu hal ini yang diinginkan oleh Kevin.
Tak lama kemudian, Kevin pun memutuskan untuk menghadiri meeting nya tersebut lebih dulu. Jika nanti malam ada waktu, dia akan mampir ke rumah Marissa untuk minta maaf.
°°°
Malam harinya setelah meeting selesai, Kevin pun memutuskan untuk tidak mampir ke rumah Marissa. Karena malam sudah semakin larut. Tidak enak jika Kevin datang malam-malam di rumah Marissa.
Kevin pun pulang ke apartemennya sendiri. Lagian pula mamanya tidak ada di rumah, karena mamanya sedang berada di luar kota untuk menghadiri acara pesta pernikahan anak temannya.
Di apartemen, dia sendirian. Tak ada satu pun orang yang menemaninya. Disisi lain, Kevin ingin istirahat tetapi hingga saat ini dia belum ngantuk juga.
Akhirnya dia meraih handphonenya yang terletak di nakas meja. Dia mencari nomor Marissa, lalu dia meneleponnya.
Sayang Baby❤️
+62***********"Nomor yang anda hubungi sedang sibuk, cobalah beberapa saat lag–"
"Kemana? Oh mungkin sedang tidur," gumam Kevin dengan membaringkan tubuhnya lalu menutup matanya hingga tertidur.
°°°
Keesokan harinya, Kevin bersiap diri untuk pergi ke rumah Marissa sebelum dia berangkat ke rumah sakit. Namun, tiba-tiba handphonenya berdering dan menampilkan nomor yang tidak ada nama di kontak handphonenya. Dengan gerak cepat, Kevin mengangkat teleponnya.
No Name
+62**********"Hallo?" Ucap Kevin.
"...."
"Baik saya ke rumah sakit sekarang!" Ucap Kevin dengan cepat.
Iya, telepon tersebut dari pihak rumah sakit. Di sana menginformasikan bahwa ada operasi secara mendadak akibat korban kecelakaan subuh tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEVIL DOCTOR ✓ [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED✓] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Perjodohan yang dilakukan oleh kedua belah pihak justru membuat Marissa Clarasati Nishi merasa tersiksa. Karena dia masih belum siap untuk menikah. Dekat dengan seorang dokter tampan, kaya raya, namun sifatny...