Yeri melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah. Sepertinya ia berangkat terlalu pagi, hanya ada beberapa murid yang terlihat. Yeri mendudukkan dirinya disebuah bangku panjang, menatap pemandangan di hadapannya. Masih terngiang jelas ditelinga Yeri saat sang Ibu secara langsung menyuruhnya pergi. Jika bukan karna Sandara yang mencegahnya mungkin saat ini Yeri tidak berada ditempat itu. Memilih berangkat sekolah saat semua penghuni rumah belum terlihat keluar dari kamar masing-masing.
Jika bisa, Yeri akan memilih untuk tidak dilahirkan. Kehadirannya tak pernah diinginkan oleh keluarganya.
Seorang gadis kecil berusia empat tahun terjatuh dari sepedanya, ia menangis kala merasakan perih dilutut kanannya.
"Yerim, kau baik-baik saja. Mana yang luka?" Gadis bermata sipit berlari menghampiri Yeri. Tampak kekhawatiran diwajahnya, melihat sang adik menangis dengan luka dilututnya."K-ak Gi." ucap Yeri sesegukan.
Sang kakak yang tak lain adalah Seulgi, ia langsung menyuruh Yeri untuk naik kepunggungnya. Bergegas menggendong Yeri pulang ke rumah.
Sesampainya mereka langsung disambut Irene, melihat Yeri berada di punggung Seulgi reflek Irene langsung berlari menghampiri keduanya.
"Yerim kenapa?" tanya Irene cemas. Yerim juga tidak berhenti menangis.
"Yerim jatuh dari sepada Mom, lututnya berdarah." ucap Seulgi.
Tanpa menunggu lama mereka langsung membawa Yeri masuk. Irene dengan telaten mengobati luka Yeri. Sesekali Yeri meringis, Seulgi yang duduk di sebelahnya mengusap lembut punggung Yeri. Mencoba menenangkan adiknya.
"Sudah Mommy obati, besok jangan main sepeda dulu. Tunggu lukanya sembuh." ucap Irene lembut, seraya mengusap jejak air mata dipipi Yeri.
Yeri sudah berhenti menangis, ia menatap lututnya yang dibalut perban.Seulgi merasa bersalah, ia lalai dalam menjaga sang adik. Hingga membuat Yeri terjatuh dari sepedanya.
"Maafin kakak ya, kakak janji gak akan bikin kamu luka lagi." ucap Seulgi penuh penyesalan.
Yeri membuka matanya, ia merasa ada air menetesi wajahnya. Apakah turun hujan?
"Sudah mimpi indahnya?" tanya gadis yang sudah berdiri dihadapan Yeri. Ia tidak sendiri, ada dua rekannya. Tanpa menunggu lama mereka langsung menghadiahi Yeri dengan air yang tersisa di botol minum yang mereka bawa. Sontak hal itu langsung membuat Yeri berdiri. Bagian atas seragam nya sudah basah. Mereka tertawa melihat penampilan Yeri.
Yeri menatap mereka bertiga. Yeri tau tiga gadis itu satu kelas dengannya, tapi seingatnya ia tak memiliki masalah dengan mereka.
"Gadis gagap, kau sama sekali tidak pantas berada di sekolah ini!" ucap salah satu dari mereka, menatap sinis pada Yeri. Mereka juga yang beberapa hari lalu mengejek Yeri saat perkenalan di kelasnya.
"A-a-pa ya-yang ka-ka-li-lian la-la-ku-..."
"Kau masih tidak sadar diri, lihatlah dirimu, bicara saja sangat lambat. Bagaimana bisa sekolah ini menerima murid sepertimu."
Belum sempat Yeri menyelesaikan ucapannya, mereka langsung memotong ucapan Yeri. Tak ingin berlama-lama berurusan dengan mereka, Yeri mengambil langkah meninggalkan tempat itu. Namun langsung ditahan oleh ketiganya. Satu lawan tiga, Yeri sudah jelas kalah jumlah."Lepaskan temanku!"
Lisa berlari menghampiri Yeri dan tiga gadis yang terlihat mengganggu Yeri. Melihat Lisa datang, mereka langsung melepas lengan Yeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...