Part 34

1.6K 234 36
                                    

Tiffany merasa lega saat melihat Yeri berjalan menghampiri mobilnya. Sedari tadi ia cemas karna Yeri tak kunjung keluar dari rumah sakit. Yeri langsung membuka pintu mobil lalu duduk di sebelah kemudi. Tiffany pun membantu memasangkan sabuk pengaman untuk Yeri.

"Mengapa lama sekali?" tanya Tiffany dengan tangan sibuk memasang sabuk pengaman untuknya.

Yeri hanya meminta maaf karna sudah membuat sang Ibu menunggu lama. Padahal bukan itu maksud Tiffany. Ibunya hanya khawatir, Yeri pamit ke kamar mandi hampir setengah jam. Perlahan Tiffany menjalankan mobilnya meninggalkan pelataran rumah sakit.

Selama perjalanan pulang, keduanya hanya di selimuti keheningan. Beberapa kali Tiffany melirik ke arah Yeri, anaknya itu hanya diam menatap jalanan dari balik kaca mobil.

"M-ma."

Tiffany menoleh saat Yeri memanggilnya.

"Iya, ada apa?"
Tiffany kembali fokus mengemudi.

Yeri menggigit bibir bawahnya, ingin meminta sesuatu tapi dirinya ragu.

"Sayang, kenapa?"
Tiffany kembali bertanya dengan sesekali menatap Yeri.

"To-to-long a-an-tar a-a-ku ke-ke-ru-mah M-mom-my."

Hening. Tak ada jawaban dari Tiffany. Yeri kira mungkin Ibunya tidak mengizinkan. Hal itu tentu membuat Yeri murung.

"Apa kau merindukan mereka?" Tiffany bertanya tanpa mengalihkan fokusnya pada jalan.

Yeri jadi serba salah. Ia mengerti, Ibu angkatnya sedikit berat untuk mengizinkan dirinya pergi menemui keluarga kandungnya. Tapi Yeri harus tetap pergi, ia butuh kejelasan dari fakta yang baru saja ia simpulkan sendiri.

"Ha-ha-nya se-se-ben-tar. A-a-ku a-a-kan pu-pu-lang te-te-pat wa-wak-tu."

......

Yeri perlahan turun dari mobil.

"Jangan pulang sendiri. Jika sudah selesai Mama akan jemput kamu." ucap Tiffany.

Yeri mengangguk, ia tersenyum ke arah Ibu angkatnya. Setelah mobil Ibunya tak terlihat, Yeri berbalik menatap rumah mewah di hadapannya. Yeri menarik nafas perlahan lalu ia hembuskan. Ia harus menemui salah satu dari mereka untuk meminta penjelasan.

Beberapa saat setelah Yeri mengetuk pintu, seorang gadis yang tak lain adalah Joy. Gadis itu tersenyum lebar saat tau siapa yang datang ke rumahnya.

"Yeri! Kau datang."
Joy langsung memeluk tubuh Yeri. Ia terlihat senang saat Yeri datang menemuinya.

Yeri tersenyum di balik pelukan kakaknya. Namun tangannya tak membalas pelukan Joy, membuat Joy perlahan melepas pelukannya.

"Kau sendirian?"

Yeri tak menjawab. Ia hanya memandangi wajah kakaknya yang terlihat pucat. Membuat dirinya semakin yakin jika ada sesuatu yang terjadi pada kakak ketiganya itu.

"A-a-ku ha-ha-nya i-i-ngin me-me-ngem-ba-li-kan i-i-ni." ucap Yeri seraya tangannya mengulurkan benda kecil yang sangat Joy tau. Sontak hal itu membuat Joy terkejut.

"Yer, kau..."

"Se-se-jak ka-ka-pan k-kak?"
Rasanya Yeri sudah tak bisa menahan segala rasa ingin tahunya tentang kakak ketiganya itu.

"Kau mendapatkan ini dari mana?"
Bukannya menjawab, Joy malah kembali menanyai Yeri.

"I-i-tu tak pe-pen-ting. K-kau me-me-nyem-bu-nyi-ka-nya da-da-ri-ku?"

Joy terlihat gugup, sekarang apa yang harus ia katakan pada adik bungsunya.

"Aku... tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Menyembunyikan apa? Dan ini, bukan milikku."

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang