"Sejak kapan kau bergaul dengannya?"
Joy diam membeku saat suara Ayahnya terdengar seperti mengintrogasi. Suho terlihat berjalan menuruni anak tangga. Joy tidak tau jika Ayahnya hari ini ada di rumah. Joy melihat sang Ayah berjalan mendekatinya.
"Kau tau, Daddy melarangmu untuk dekat dengannya. Daddy tidak ingin kau seperti anak itu." suara Suho terdengar dingin. Ini kali pertama Suho berucap dingin pada putri kesayangannya. Ia sungguh tidak suka anggota keluarganya berdekatan dengan anak tak dianggapnya itu.
Joy menutup pintu kamarnya perlahan, ia bersandar pada pintu itu. Memikirkan apa yang ia lakukan hari ini pada Yeri. Ia merasa tidak keberatan dengan sikapnya pada Yeri. Tapi saat tadi mendengar teguran sang Ayah, Joy merasa jika ia memang tak harus dekat dengan Yeri. Ia takut jika sang Ayah kembali memarahinya. Joy berpikir, apakah ini yang dirasakan Yeri saat menerima kemarahan sang Ayah. Hanya di tegur saja Joy langsung takut. Bagaimana dengan Yeri yang sering menerima bentakkan bahkan amarah dari keluarganya.
Joy kini di landa kebimbangan. Hatinya menyuruhnya untuk kembali dekat dengan adiknya, tapi di sisi lain ia takut pada orang tua juga kakak-kakaknya. Mereka pasti tak akan mengizinkan.
Yeri sama halnya dengan Joy, ia menutup pintu kamar dan bersandar pada pintu itu. Ia mendengar pembicaraan Ayahnya dengan Joy. Saat sang Ayah dengan tegas meminta Joy untuk tidak dekat dengan Yeri. Yeri menghembuskan nafas lelah, ia merasa takdirnya memang tidak akan bisa bersama keluarga kandungnya.
Yeri merogoh ponselnya yang ia simpan di saku almamaternya, mencoba mengetikkan pesan untuk sahabatnya. Yeri terus kepikiran tentang Lisa. Bahkan Lisa tidak mencarinya saat ia izin di jam terakhir. Pesannya terkirim, namun tidak ada tanda-tanda pesannya di balas oleh Lisa. Yeri kembali menghela nafas lelah. Kemarin Lisa memberinya ponsel agar bisa berkabar dengan dirinya, tapi sekarang Lisa malah mendiami Yeri.
Yeri berjalan ke arah cermin di kamarnya, ia menatap dirinya di pantulan cermin. Wajahnya sangat menyedihkan, terdapat memar di sudut bibirnya. Sedari tadi ia juga merasa sakit di bagian perutnya. Yeri rasa malam ini ia tidak akan tidur dengan nyenyak.
......
"Kau mendapat luka itu dari mana Yeri?"
Kini Sandara sedang mendudukkan Yeri di bangku dapur. Ia sedang membantu Yeri mengompres bibir juga perutnya.
"A-a-ku ja-ja-tuh."
Sandara jelas tau jika Yeri berbohong. Ia menatap Yeri kesal karna lagi-lagi Yeri tidak jujur.
"Memangnya kau jatuh dari mana sampai lukamu seperti ini? Bibi bisa membedakan mana luka jatuh dan mana luka kekerasan."
Sandara berucap dengan terus fokus mengobati Yeri. Yeri hanya diam mendengar ucapan Dara yang menurutnya seperti omelan.Dara tak habis pikir kenapa Yeri sering sekali mendapatkan luka. Apakah dirinya punya musuh di sekolah.
......
Anggota keluarga Kim baru saja menyelesaikan makan malam mereka. Belum ada yang beranjak dari tempat duduk, mereka sedikit berbincang mengenai kegiatan mereka hari ini.
"Dara, panggilkan anak itu kemari."
Suho tiba-tiba memberi perintah pada Dara. Dara yang mengerti maksud ucapan 'anak itu' langsung bergegas memanggil nona mudanya. Dara sempat cemas, apa yang akan tuan besarnya lakukan kali ini. Irene serta ketiga putrinya juga bingung dengan Suho yang meminta di panggilkan Yeri.Yeri berjalan mengekor di belakang Dara, mencoba bersikap tenang di depan Ayahnya.
Suho bangkit, ia berjalan mendekat ke arah Yeri. Tangannya terulur mengangkat kasar wajah Yeri. Hal itu membuat Yeri menatap wajah Suho.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...