Jisoo menunggu di depan ruang UGD dengan cemas. Para medis yang menangani Yeri belum juga keluar. Tak lama terdengar suara pintu di geser oleh seseorang. Jisoo yang melihat seseorang berjas putih keluar langsung mendekat.
"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Jisoo cemas.
"Apakah anda keluarganya?"
Dokter tersebut malah balik bertanya pada Jisoo. Jisoo terlihat berpikir lalu perlahan mengangguk."Syukurlah kaki kirinya tidak sampai patah. Hanya saja untuk beberapa hari ke depan dia belum bisa berjalan normal. Dan saya liat dia kekurangan asupan hingga membuat tubuhnya lemas."
Penjelasan Dokter sedikit membuat Jisoo lega. Pasalnya saat dalam perjalanan ke rumah sakit, Yeri sempat tidak sadarkan diri.
"Boleh saya melihatnya?"
Dokter itu mengangguk.
"Dia sudah boleh pulang, tapi tolong lebih di perhatikan lagi asupan gizinya."Jisoo kembali mengangguk, ia membungkukkan tubuhnya sopan saat Dokter itu akan pamit. Jisoo perlahan masuk, ia melihat Yeri yang sudah duduk di atas bangsal. Yeri terlihat sedang menatap kaki kirinya yang di balut perban. Jisoo mengambil tempat duduk di sebelah bangsal Yeri, membuat fokus Yeri teralihkan ke arah Jisoo.
"Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?"
Yeri hanya menggelengkan kepalanya. Jisoo meminta maaf pada Yeri karna sudah membuatnya berakhir di bangsal rumah sakit. Yeri yang mendengar itu pun kembali menggelengkan kepala. Ia tidak ingin Jisoo merasa bersalah karna dirinya. Yeri juga sadar jika tadi ia tak memperhatikan jalan saat menyebrang.
Jisoo kembali menatap Yeri. Ia menatapnya dari kepala hingga ujung kaki Yeri. Penampilan Yeri terlihat berantakan, wajahnya sedikit pucat, juga mata yang terlihat sembab. Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Jisoo. Mengingat Yeri berada di luar dengan penampilan seperti ini, sebenarnya apa yang Yeri lakukan malam-malam hanya seorang diri. Jisoo mencoba menahan diri untuk tidak bertanya lebih banyak pada Yeri. Ia ingat jika Yeri tentu masih shock atas insiden tadi.
"Aku tebus obatmu dulu. Setelah itu biar ku antar kau pulang." ucap Jisoo seraya bangkit dari duduknya. Saat akan melangkah, tangannya di tahan oleh Yeri. Membuat Jisoo menoleh ke arah Yeri.
"K-kak, ji-ji-ka a-a-ku ce-ce-ri-ta a-a-pa-kah ka-ka-kak a-a-kan pe-per-c-ca-ya?"
Jisoo terdiam. Ia menatap Yeri yang juga sedang menatapnya. Jisoo melihat keseriusan di wajah Yeri, juga kesedihan mendalam dapat Jisoo tangkap saat menatap mata Yeri. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Memilih duduk kembali dan mendengar apa yang akan di sampaikan gadis di hadapannya itu.......
"Joy."
Suho memanggil anak ketiganya saat melihat Joy berjalan menaiki anak tangga. Joy berhenti tanpa membalikkan tubuhnya. Irene juga terlihat berjalan dari arah dapur. Ia mendekati Suho saat suaminya itu memanggil anak ketiganya.
"Daddy ingin bicara denganmu."
Joy masih diam di posisinya, tak ada niatan untuk membalikkan tubuh. Kakinya malah terlihat akan kembali menaiki anak tangga. Hal itu tentu membuat Suho geram."Joy sejak kapan kau tidak sopan seperti ini." Suho terlihat emosi melihat sikap anaknya. Irene yang melihat itu langsung mengusap bahu suaminya, mencoba menenangkan agar Suho tidak tersulut emosi.
Joy berbalik saat mendengar nada bicara Ayahnya yang meninggi. Ia perlahan berjalan menuruni anak tangga.
"Apa yang Daddy ingin bicarakan?" Joy bertanya dengan menatap wajah Suho. Joy masih sama, ia masih mendiami semua anggota keluarganya. Itu juga yang membuat Suho memanggilnya. Suho ingin tau penyebab sikap anaknya itu berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...